Part 34

971 62 1
                                    

Seperti yang di bilang Aira semalam, siang ini Ayas dan Aira sedang berada di rumah terakhir ayah mereka. Ayas maupun Aira kini sama-sama sedang berdo'a mendo'akan ayah mereka dan tak lupa untuk omah mereka juga yang di makamkan di sebelah makam ayah.

"Ayah, omah. Ayas bawa kabar gembira buat kalian. Sebentar lagi Ayas bakal jadi seorang ayah. Dan ayah bakal jadi seorang kakek, lalu omah jadi buyut untuk anak Ayas nanti" ucap Ayas setelah selesai dengan berdo'a nya.

"Ayas bakal ceritain sosok kalian ke anak Ayas nanti, biar dia tau kalo dia punya kakek dan buyut yang baik"

Aira hanya mengusap lembut bahu Ayas dengan menatap batu nisan yang bertuliskan nama lengkap ayah dan omah nya.

Ayas dan Aira menyimpan satu tangkai bunga lalu menaburkan bunga di masing-masing makam.

"Ayas sama Aira pulang dulu" ucap Ayas setelah selesai menabur bunga. "Assalamu'alaikum" ucapnya memberi salam walau tau tidak akan ada yang menjawab.

Ayas dan Aira berjalan meninggalkan tempat ini dengan tangan yang saling menggenggam. Ayas tersenyum tipis ke arah Aira yang di balas senyuman lagi oleh sang istri.

Baru saja kemarin Ayas berduka merasa kehilangan semuanya. Namun ternyata Allah begitu baik kepada Ayas hingga mengganti yang hilang dengan kabar baik istrinya yang tengah mengandung anaknya.

"Habis ini mau kemana?" tanya Aira.

"Ke rumah bunda, mau?. Kita kan belum ngasih kabar ini ke bunda" 

Aira tersenyum dan mengangguk "Boleh"

"Tapi mampir dulu di tukang mie ayam ya" pinta Ayas.

"Mau beli buat bunda?" tanya Aira.

"Nggak, tapi buat aku. Lagi kepengen makan mie ayam" jawab Ayas.

Aira hanya mengangguk paham.

****

Sesampainya di rumah bunda, Aira dan Ayas sudah di teriaki oleh teriakan Alfi yang berlari ke arah Aira dan memeluk Aira sepaha karena tinggi Alfi hanya sampai paha orang dewasa.

"Kak Aira!. Alfi kangen sama kakak" gerutu Alfi.

Aira tersenyum dan menyamakan ketinggiannya dengan Alfi. "Emm, kak Aira juga kangen sama Alfi!" balas Aira menoel hidung Alfi.

"Eh, siapa ini yang datang" seru bunda yang baru datang dari arah dapur.

Aira tersenyum "Assalamu'alaikum, bunda" ucap Aira dengan tangan menyalami bundanya begitupun dengan Ayas.

"Waalaikumusalam" balas Indri memeluk menantunya.

"Ayo duduk"

Aira pun duduk bersebelahan dengan bundanya sedangkan Ayas duduk sendiri di kursi yang satu.

"Alfi, mau duduk di pangkuannya kak Aira!" ucap Alfi.

"Nggak boleh!, Nanti anaknya Abang ke genjet!" cegah Ayas.

"Hah, anak?" tanya bunda heran setelah mendengar apa yang Ayas bilang.

Aira tersenyum dan mengangguk.

Indri sudah mengerti dari anggukkan dan senyuman Aira. Seketika Indri menutup mulutnya kaget.

"Pokoknya bunda minta penjelasan!"

"Hmm, iyah di sini udah ada calon cucunya bunda" ucap Aira mengelus perutnya yang masih rata.

Bunda Indri ikut mengelus perut Aira "Dari kapan?, Ko baru ngasih tau"

"Dokter bilang, udah mau masuk 8 minggu. Aira sama mas Ayas juga baru tau semalam" balas Aira.

"8 minggu?" tanya bunda tak percaya.

Lebih Dari Seorang UstadzahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang