08 • Meet (Again)

1.9K 160 4
                                    

Gaeul berada di toilet perempuan selama 15 menit dan belum kembali sejak ia tau marga dari pacar ibunya.

Tidak, lebih tepatnya nama anaknya.


Jake Shim!


Nama asing, tapi tidak terlalu asing, nama itu, yang mengguncang hati Gaeul dan mengharuskan ia sembunyi di toilet dengan dalih sakit perut.

Gaeul tak mungkin menemuinya. Yang benar saja!

Awalnya Gaeul tak yakin dan meragukan pikirannya sendiri. Tapi setelah mengetahui bahwa paman Juyoung merupakan orang blasteran Australia-Korea, dan juga wajah mereka ada kemiripan, jadi tak bisa dielak lagi bahwa Jake anak paman Juyoung adalah Jake yang sama yang tidur dengannya saat malam tahun baru.

Membayangkannya saja membuat Gaeul merinding, dan sekarang kejadian itu menjadi nyata.

Bayangkan, laki-laki yang pernah tidur denganmu tiba-tiba hadir kembali sebagai saudara tirimu.

Gilaaaaaaa!



Gaeul memukul kepalanya sendiri dan mengaduh.
Ia sungguh mau menangis saat itu.

Bisakah dia menghilang saat itu juga? Kemana saja, mars atau Ukraina sekalipun.

Dunia memang sangat kejam, tapi ini adalah hal paling kejam dan juga memalukan sepanjang hidupnya. Bahkan lebih memalukan dari memakai bikini ke sekolah.

Jika ia dan Jake hanya sekedar kenalan atau pernah kencan sekali saja pasti Gaeul masih punya muka untuk menemuinya.

Tapi mereka pernah 'tidur bersama'. Memandang tubuh telanjang masing-masing dan bahkan melakukan hal paling intim yang biasa dilakukan pasangan suami istri.

Bagaimana Gaeul bisa mengatasi situasi yang mengerikan ini????

Setelah berpikir keras, sekarang ia memutuskan untuk keluar.

Otaknya telah menemukan satu cara. Walaupun ia sendiri juga tak yakin, Gaeul akan mencobanya.



"Gaeul, kenapa kau pergi lama sekali?"

"Ibu, sepertinya aku harus pergi, aku lupa ada janji"

"Mau kemana? Kau bilang sudah tidak ada janji. Ayo duduk dulu, Jake baru saja datang"

"Halo, apa kabar?" sapa Jake, dengan nada sopan.

"Ha-halo"

Gaeul melirik Jake.

ITU BENAR-BENAR JAKE YANG SAMA!

Rasanya Gaeul mau berteriak dan lari secepat mungkin.

Ia mengalihkan pandangannya setelah berjabat tangan. Pura-pura menikmati puding yang sebenarnya milik ibunya.

"Gaeul?"

"I-iya?"

"Ayo kenalan dengan Jake, dia seumuranmu"

"O-oh, benarkah? Oh ya? Hahah..." Gaeul melihat Jake lagi.

Jake tersenyum simpul.

Melihat gerak gerik Gaeul yang seakan menghindari Jake, paman Juyoung pun berkomentar.

"Apa kalian pernah bertemu sebelumnya?"




Jake: Tidak..?

Gaeul: Tidak!





Gaeul bernapas lega.

Entah Jake benar-benar lupa, atau memang sengaja mengatakan tidak, tapi Gaeul sedikit senang mendengarnya.

"Ngomong-ngomong, Jake memilih kuliah dimana?" tanya ibu Gaeul.

"Kedokteran di SNU" jawab Jake singkat.

"Wah... jadi dokter ya? Bagus sekali. Oh ya, apa mau pesan makanan dan minuman lagi?"

"Tidak perlu, ini sudah cukup" kata Jake sopan.

"Kalau mau pesan lagi, bibi panggilkan pelayan"

"Terima kasih"

"Aku ingat, bukankah Gaeul juga akan kuliah di SNU?" tanya ayah Jake.

Jake menyeruput minuman di depannya seraya melirik Gaeul.

Gaeul berhenti makan kue dan menjawab, "I-iya"

"Jurusan apa yang kau ambil disana?"

"Ilmu komunikasi"

"Gaeul punya cita-cita tampil di TV"

Mendengar hal itu dari ibunya, Gaeul menjadi kaget dan sedikit kesal karena hal itu terdengar memalukan, "Ibu!"

"Kenapa? Dulu saat kecil kau suka sekali kan melihat pembawa acara?"

"Tidak perlu diceritakan!" pinta Gaeul yang menahan malu.

Paman Juyoung tertawa kecil melihat interaksi antara wanita yang dicintai dengan anaknya tersebut.



"Ayah, aku sudah membeli hadiahnya"

"Kenapa kau tidak membawanya kemari?"

"Aku akan mengambilnya sekarang"

Jake berdiri bersiap pergi mengambil hadiah untuk Gaeul.

"Gaeul, temani Jake mengambilnya" pinta ibu.

"Apa? Kenapa?" Gaeul yang protes segera mendapat death glare dari ibunya.

Jake dan Gaeul pun keluar bersama.




Sampai di mobil kedua orang yang canggung satu sama lain itu hanya sesekali melirik dan tidak bicara sepatah katapun.

Hingga Jake membuka pintu mobilnya dan mengeluarkan sesuatu berupa box yang cukup besar.

"Astaga, kau tidak perlu repot-repot" kata Gaeul menerimanya.

"Tidak repot, hanya mac book terbaru. Aku membeli satu untukmu dan satu untuk diriku sendiri"

"Ini terlalu mahal, bagaimana bisa aku menerimanya"

"Tokonya tidak menerima pengembalian barang"

"Ah...."

"Lagipula aku membelinya dengan kartu debit ayahku"

Gaeul cukup terkejut dengan pernyataan Jake yang terkesan dingin dan lucu. Dia bahkan tidak bertanya.

"Oh, baiklah, terima kasih"

Sebelum kembali, Jake menahan Gaeul. Ia memegang pergelangan tangannya sehingga Gaeul tak bisa pergi.

Ia daritadi berusaha maksimal untuk baik-baik saja. Bersikap poker face dan melupakan apa yang telah terjadi. Tapi sekarang, Gaeul kembali merasa gugup dan takut.

Apa yang ia khawatirkan akan terjadi?

Apa kiamat akan terjadi hari ini?

Gaeul hanya ingin menghilang.

Mungkinkah Jake ingat itu adalah dia, Gaeul yang sama yang ia temui malam itu.




"Ada lagi?" tanya Gaeul hati-hati, sambil tersenyum canggung dan berusaha melepaskan tangan Jake.

"Itu kau kan, Kimga?"





Tbc.

BROTHER [END ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang