Masih dengan emosi yang menggebu-gebu, kini Merry duduk disamping seseorang yang tengah menatap Merry yang kini tengah meredakan amarahnya. Rasa marah kepada dadnya yang baru pertama kali bentak dirinya, dan rasa benci ke saudara kembarannya. Ya menurutnya karena Luna lah semua masalah ini terjadi.
"Gimana nyokap Lo?"
"Ntah. Malas banget gue urusin si wanita tua itu! Nyusahin banget. Dipikirannya Luna, Luna dan Lunaaa mulu. Emang anaknya cuma Luna apa?!"
Cowok itu merotasikan bola matanya. "Gausah lebay! Lo udah seharusnya ngurus nyokap lo. Kan ini kemauan lo kan? Dia pergi dan lo senang. Bukannya marah-marah gajelas gini."
"Gue emang senang, tapi kalau gini terus yang ada gue makin tersiksa! Apalagi dad malah nyuruh gue yang harus urusin mom. Kalau gini terus kapan gue jalan? Gue aja semingguan ga maskeran karna sibuk urus ini itu. Menyebalkan!"
Merry terus saja ngoceh tentang masalahnya belakangan ini. Sesekali menyumpah serapah Luna padahal gadis itu jauh. Merasa semua masalah ini berasal dari Luna. Padahal tanpa dia sadari, Merry lah yang buat semua ini kacau. Tapi ya namanya manusia tak pernah ngaku kalau dia yang mulai. Selalu cari orang yang pantas dituduh agar dia terbebas.
"Terus Lo maunya gimana? Tuh cewek balik lagi kesini?dan lo jadi uring-uringan gajelas karena kehadirannya? Lo tuh aneh banget. Udah deh gak usah lebay!" Rasanya cowok ini ingin sekali mencakar muka gadis dihadapannya ini. Tapi ia sadar bahwa gadis ini kekasihnya.
"Lo kok jadi nyebelin sih? Bukannya belain gue, nenangin gue, malah ngatain gue! Nyesal gue suruh Lo kemari."
Cowok itu pun menghela napas lalu menahan tangan Merry dan menariknya dalam sekali hentakan. Membuat gadis yang tadi berdiri Kini duduk diatas paha cowok itu. Cowok itu mendorong pelan kepala gadis itu hingga menabrak pelan dada cowok itu. Satu tangannya terangkat mengelus pelan Surai itam gadis itu. "Yauda maap, gue salah. Gue bilang begini karena gue gamau Lo jadi anak durhaka. Nyokap urus Lo dari bayi sampe sekarang apa pernah ngeluh? Enggak kan? Lah lo aja hanya urus nyokap Lo sakit udah merepet kek emak-emak komplek. Ntar kalau nyokap lo mati baru Lo nyesal setengah mampus."
"Ck! Iya iya sayang, bawel amat huh."
Tidak terasa sudah hampir 10 menit mereka saling berpelukan. Mungkin karena mereka sama-sama sibuk jadi tidak ada waktu buat bertemu.
"Jadi gimana? Lo udah berhasil bikin cewek sialan itu hancur?" Tanya Merry penasaran. Pasalnya cowok itu selalu bilang iya, janji, dan besok. Tapi entah kapan dia ngelakuin nya. Dia tak sabar menunggu kabar kehancuran saudaranya.
"Sabar. Jangan tergesa- gesa sayang. Kita nikmati aja dulu permainan ini. Jangan langsung gas."
Sontak Merry melepaskan pelukannya. Menatap sengit kearah cowok itu. "Santai-santai mulu. Bilang aja Lo udah mulai ada rasa sama itu orang, ya kan?!"
"Ck, jangan mulai. Lo tuh terlalu terburu-buru. Nikmati aja dulu. Perlahan-lahan kota hancurkan sampai dia..." Jempol cowok itu digerakkan didepan leher, seperti pisau digoreskan ke arah leher. Pasti tau lah kan maksudnya apa
"Ya sayang. Gue ga sabar banget tunggu kabar bahagia ini. Pokoknya misi kita harus lancar. Gue gak mau tau itu." Ujarnya diakhiri sudut bibirnya terangkat keatas. Membayangkan gadis sialan itu mati.
"Ya, lo nikmati aja dulu."
"Okee. Gue tunggu. Awas Lo berpaling dari gue ya. Sampe Lo ada rasa beneran sama itu cewek, gue bunuh juga lo!"
"Ampun sayang, Fer Lo gak akan berpaling dari cewe lain. Karna gue hanya milik Lo seorang."
***
Di sisi lain, dua orang beda gender tengah adu bacot. Padahal di sana ada satu gadis yang belum sadarkan diri sejak sejam yang lalu.
"Jujur aja lo, pasti lo yang buat sahabat gue kek gini kan?!" Hardik Tabitha. Mata sipitnya menjadi makin sipit kala menatap penuh selidik ke arah cowok dihadapannya ini. Tidak lupa dengan lengan kaosnya yang udah digulung keatas lalu memasang kuda-kuda kalau emang betul Viko lah yang buat sahabatnya pingsan.
Tak salah kan? Dia hanya ingin melindungi sahabatnya dari tangan cowok dihadapannya ini.
Cowok itu mendengus kesal. Merasa jengah karena sudah berkali-kali diceritakan pun gadis didepannya ini tak percaya. "Harus pakai bahasa apa lagi biar lo percaya kalau gue nemu Luna dijalan. Bukan gue pelakunya."
Dari mata cowok itu membuktikan bahwa dia emang benar. Tapi dia tidak ingin cepat percaya kepada cowok itu. Mengingat masalalu Luna yang pernah dikecewakan oleh cowok itu membuatnya kurang percaya.
"Serah Lo dah mau percaya atau ga. Itu urusan lu. Gue pamit dulu. Badan gue gerah. Entar gue balik lagi." Pamitnya seraya menenteng plastik belanjaannya tadi. Setelah itu berjalan kearah pintu yang disusul Tabitha.
"Ye pulang sono. Makaseeeh udah antarin Luna kemari."
TBC
Duhh penasaran ga siapa cowok sama Merry tadii?
Kok namanya ga asing yaa?
Eh tapi-tapi kok Luna bisa pingsan? Kenapa malah pingsan nya diluar? Ada apeniii??
Penasaran?
Stay tune Bestiee. Jangan lupa vote and komennyaSee you✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...