--

753 69 2
                                    

Harapan, hanya itu yang masih tersisa dari nya. Setelah hari-hari sulit yang penuh sesak, seolah esok tidak ada lagi.

Yang ia harapkan hanya utuh,
Utuh dalam artian ia masih memiliki harapan
memiliki impian, atau bahkan
keluarga utuh.

16 tahun hidupnya penuh sesak, bayangan dirinya kecil selalu menghantui.
Trauma yang ia alami nyata nya belum sepenuhnya sembuh.

Wardhana kafiarrizal, nama yang penuh makna, nama yang ibu nya sematkan. Nama yang tercantum di akta kelahiran dengan wali sang ibunda.

Atau biasa di sebut sebagai akta ibu.
Akta khusus yang ibu buat untuknya,
akta yang berbeda.
Atau akta yang sebagai penegas, bahwa
yang ia miliki hanya ibu tidak dengan ayah.

Wardhana kafiarrizal yang berarti "kasih sempurna yang diberkati"

Meskipun ia tahu, hidup nya bahkan tak sesuai dengan nama yang ibu sematkan.

Dhana atau yang akrab disapa Nana, pemuda yang 2 bulan lalu genap berusia 16 tahun. Pemuda dengan binar mata ceria serta senyum menawan, pemuda yang memiliki ibu secantik dan sebaik ibu Giatri Nurmala.



"Dhana bahagia bersama ibu, tapi mungkin akan lebih bahagia jika di tambah dengan ayah. Kan Bu?"

Sepenggal kalimat yang Dhana kecil dulu masih begitu melekat di ingatan seorang ibu. Gia masih ingat betul, dulu Dhana menangis sepulang sekolah dengan celana robek serta luka di lutut nya.

"Bu, Dhana punya ayah kan Bu? Dhana mau ayah Bu, kata mereka enak punya ayah, nanti tiap hari bisa gendong banyak-banyak, bisa mandi bareng ayah, bisa ke pasar malem naik komedi putar sama ayah. Ibu Dhana juga mau, kapan Dhana bisa kaya temen-temen Dhana?"

Gia teriris, batin nya seperti di banting keras. Kesakitan putra nya, dan kesakitan nya beradu menjadi satu.

Kilasan balik itu nyatanya masih terus berputar layaknya kaset rusak. Tangisan serta luka yang setiap hari putra nya peroleh.

Gia yang bersalah, lantas mengapa putra nya yang harus menderita?




"Assalamualaikum, ibu. Dhana pulang" teriak nya, melemparkan tas hitam ke sembarang arah kemudian merebahkan diri di karpet ruang tengah.

Setelah mendengar teriakan sang anak, lantas gia langsung mematikan kompor kemudian beranjak untuk menemui putra nya.

"Wa'alaikumussalam, tumben pulang cepet nak?" Setelahnya ibu mendudukkan diri di samping dhana dan di sambut salaman hangat sang putra.

"Kata nya ada rapat, Bu. Makanya di pulangin cepet" jawab Dhana, kemudian merebahkan kepala nya di paha ibu.

"Oh gitu, ibu kira kamu bolos loh tadi"

"Enggak ya, Bu. Anak ibu ini baik dan Sholeh, mana ada bolos"

"Iya iya ibu tau, anak siapa dulu dong?" Tanya nya sambil terkekeh

"ANAK IBU DONG mpphh"

Reflek tangan ibu membekap mulut toa anaknya, "Ih Nana, jangan teriak juga dong jawabnya. Tetangga denger ntar" 

"Biarin, biar semua tau kalo Nana.
Wardhana kafiarrizal itu anaknya ibu Giatri Nurmala yang paling cantik di dunia" jawabnya dengan bangga, hingga membuat ibu gemas kemudian mengusak rambut sang putra.

"Lebay kamu"

Hingga tawa mereka menjadi sebuah moment di siang hari itu. Dan gia ingin membuat moment seperti itu setiap hari dengan putra nya Wardhana kafiarrizal.

Begitupun Dhana, dia hanya ingin melihat ibu nya tertawa, bahagia, sudah cukup meski tanpa ayah di dunia nya.

Meski kata hati nya melawan fakta itu.









Gimana?????
Ini baru, Pemanasan dulu ya.
semoga suka. See u

Imy, 2-2-22

intact. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang