1. Awal mula

10.5K 625 18
                                    


Lorong salah satu rumah sakit di kota itu tampak ricuh. Itu semua karena seorang pemuda manis berambut hitam yang berteriak dan mendramatisir keadaan. Sedangkan sahabatnya hanya menatap datar dirinya.

"Ya! Haechan! yang mau melahirkan itu aku, bukan kau! menyebalkan!"

Dan Haechan yang tersentak hanya bisa memandang tajam sahabatnya.

"Renjun! aku hanya tak ingin bayi berdosa ini lahir tiba-tiba! huh!"

"APA KAU BILANG?! BAYI BERDOSA? JADI, MAKSUDNYA BAYIKU HASIL HUBUNGAN GELAP, BEGITU?!"

Dan berakhir dengan para suster yang hanya bisa memejamkan mata mereka dari teriakan-teriakan nyaring dua pemuda manis itu, sampai mereka semua tiba di ruang operasi.
_____

"Huhuu ... Renjun, kenapa anakmu begitu tampan? HUAAA!!!"

"BERISIK HAECHAN! ISH!"

Oekkk oekkk!!!

"Cup cup cup ... anak mommy jangan menangis, ya? haus? aunty Haechan nakal ya?"

"AKU LAKI-LAKI RENJUN!"

"JANGAN BERTERIAK! NANTI ANAKKU MENANGIS BODOH!"

Oekkk oekkk!!!
_____

"Guanlin!!! akhirnya kau tiba. Lihat, putra kita begitu tampan, bukan?" tanya Renjun dengan penuh semangat. Dirinya begitu senang, mendapati sosok suaminya yang baru saja datang. Maklum ... saat Renjun melahirkan, Guanlin masih ada diluar kota dan tidak tahu menahu tentang ini. Jika bukan karena amukan Haechan tentang suami tidak peka, Guanlin pasti baru akan kembali minggu depan.

"Apa kau yakin jika itu anakku, Renjun?" tanya Guanlin setelah melihat bayi yang berada di gendongan istrinya dengan nada mengejek.

Bak tersambar petir, Renjun sangat terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa suaminya itu berpikir demikian?

"G-guanlin ... apa maksudmu? i-ini anakmu!"

Air mata sudah tidak bisa dibendung oleh pemuda manis itu. Dirinya masih sensitif dan seharusnya suaminya tidak bertanya hal konyol seperti itu, bukan?

"Ck! asal kau tahu, Renjun. Aku, sama sekali tak pernah menyentuhmu! lalu, bagaimana kau yakin jika itu adalah anakku?!"

Oekkk oekkk!!!

"Sudahlah, ini semua hanya menghabiskan waktu berharga milikku. Aku pergi," pamit Guanlin.

Namun, sebelum dirinya benar-benar meninggalkan sang istri, sebuah kalimat terlontar dari mulutnya.

"Aku akan mengurus surat perceraian kita sekarang juga, Renjun."

Guanlin pergi, meninggalkan Renjun yang menangis sembari memeluk bayinya.
_____

"Mi? ang!"

Lamunan Renjun buyar seketika saat sesosok balita tampan menepuk-nepuk dadanya dengan girang.

"Ei ... bukankah kau tadi sudah minum, Jisung-ah?" tanya Renjun gemas. Dirinya sedang berbaring menyamping setelah menyusui anaknya tadi. Saat dilihat anaknya sudah tertidur, ia tak bangun atau membenarkan posisi tidurnya, melainkan hanya memandangi wajah anaknya, berakhir dengan dirinya yang melamun.

"Tu! mi? tu ... tu!" Renjun tersenyum manis menahan gemas, saat mendengar sang anak berbicara dengan bahasa bayinya.

"Kau mau susu, hm? aigo ... kenapa perutmu masih belum kenyang? nah, minumlah sampai puas lalu tidurlah lagi, ya? mommy ingin membantu aunty Haechan memasak." ucap Renjun sembari mengarahkan dadanya pada mulut sang anak.

"Sshhh ...." rintihnya pelan saat dirasa sang anak menyedot dengan kuat. Dan jangan lupakan gigi kecilnya yang terasa tajam itu.

"Jangan menggigitnya, sayang ...." Renjun mengelus-elus rambut lebat anaknya, mencoba membantu sang anak agar cepat tertidur.

Hampir lima belas menit lamanya, namun sang anak tak kunjung tertidur, membuat Renjun meringis pelan. Oh ayolah! tenaganya benar-benar terkuras habis seolah ikut tersedot berbarengan dengan air susunya tadi. Dan sekarang? balita gemuk ini tidak kunjung tertidur dan malah asik memilin tonjolan kecil didadanya yang lain.

Tok!

Tok!

Tok!

"RENJUN!!! KAU ADA DIDALAM?" teriak seseorang.

"Masuk saja ...." lirih Renjun. Sepertinya, dia benar-benar lelah dan sudah lemas. Tapi sayang, anaknya itu malah makin asik menyedot aliran manis dari dadanya tanpa mau berhenti.

Klek

Bunyi pintu terbuka, dan tampaklah Haechan dengan mulut terbuka lebar.

"Ada apa denganmu, Haechan?" tanya Renjun pelan.

Haechan yang mendengarnya lantas mengerutkan keningnya dan cepat-cepat menghampiri sahabatnya yang terlihat lemas itu.

"Oh jinjja? wah Renjun, kasihan sekali dirimu itu ck ck ck."

"Aish Haechan ... aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu. Aku lemas ... Jisung tidak ingin melepaskannya sedari tadi ...."

Mendengar suara lirih sahabatnya, membuat Haechan menjadi benar-benar kasihan sekarang.

"Baiklah. Kau berusaha lah untuk melepaskannya, dan aku akan turun untuk membawakan mu makanan. Sepertinya anakmu itu sudah tertidur," kata Haechan.

"Ya ... terima kasih." ucap Renjun setelah melepaskan mulut sang anak dari putingnya. Lihatlah, putingnya sampai merah dan berbekas! rasanya? jangan ditanya! sangat perih bahkan rasanya ingin putus.

Setelah membenarkan posisi tidur anaknya, lalu mencium sebentar kening balita itu, Renjun segera mendudukkan tubuhnya dan bersandar pada kepala ranjang. Matanya terpejam dan sesekali meringis pelan saat dirasa putingnya bergesekan dengan bajunya.

Entah apa yang membuat ibu satu anak itu mengantuk, namun tiba-tiba dirinya tertidur dengan posisinya yang masih terduduk. Mungkin, efek kelelahan tadi?

To be continue

New Husband (Noren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang