Gaeul memaksa Jake membuka pintu mobilnya supaya keduanya bisa mengobrol dengan nyaman di dalam. Ia hanya tidak mau ada orang yang mendengar dan mengetahui situasi mereka berdua yang rumit.
"Aku benar, kan?" Jake kembali memastikan. Tatapannya tak lepas dari Gaeul daritadi, dengan senyum simpul yang entah kenapa membuat Gaeul berpikir dirinya tengah berhadapan dengan seorang iblis.
Gaeul menarik napasnya dan menghembuskannya perlahan, menoleh, membalas tatapan Jake dan mengatakan hal yang telah ia siapkan sejak di toilet tadi apabila ia ketahuan.
"Iya, itu adalah aku. Kita pernah bertemu sebelumnya, di bar saat malam tahun baru" jawab Gaeul dengan yakin, meski jantungnya mau lepas saat itu juga.
Jake mengangguk-ngangguk.
"Tidak kusangka kita bertemu lagi disini, di pertemuan keluarga" ujar Jake dengan nada ceria.
Gaeul merasa heran kenapa Jake justru tampak senang alih-alih gugup sepertinya, apa semua laki-laki seperti ini?
"Kau senang?"
"Senang bertemu denganmu lagi? Tentu saja, kau tidak senang kita akhirnya bertemu lagi?"
Dengan wajah serius Gaeul menjawab, "Tidak, sama sekali. Aku tidak pernah berharap bertemu lagi denganmu" sekarang Gaeul memegangi kepalanya yang pening.
"Apa karena kita akan jadi saudara?"
"Hm.."
"—dan karena kita pernah tidur bersama?" tebak Jake.
Gaeul menelan ludahnya dalam-dalam mendengar kalimat yang sedikit vulgar itu.
Ia ingin melupakan hal itu tapi malah Jake sendiri yang mengatakannya.
"Apa maksudmu? Kita tidak pernah tidur bersama!" bantah Gaeul, membuang muka menghadap ke jendela.
"Heyy...Kau bercanda? Kau sungguh tidak ingat?"
"Siapa yang bercanda? Memang benar malam itu kita bertemu di bar dan kau membawaku ke hotel, tapi tidak ada yang terjadi." Gaeul memperjelas keadaan.
"Oh ya, karena malam itu kita mabuk mungkin kau tidak terlalu ingat, jadi aku menjelaskan keadaan yang sebenarnya padamu" imbuhnya, meyakinkan.
Jake menghempaskan tubuhnya di kursi pengemudi, ia tertawa selanjutnya.
Gaeul meliriknya dan bergidik ngeri, kenapa dia tiba-tiba tertawa padahal tidak ada hal yang lucu.
"Ada yang lucu?" tanya Gaeul dengan nada serius. Dia merasa sedikit tersinggung karena sepertinya Jake sedang main-main dengannya.
"Oh, tidak ada, jadi....sekarang kau ingat?" Jake nampak antusias.
Gaeul dengan cepat mengalihkan pandangannya, dadanya berdegup kencang, ia masih gelisah bagaimana cara menghadapi Jake.
"Kimga?"
"Bisakah kau tidak memanggilku, Kim-Ga-? Panggil saja Gaeul, ok?" balas Gaeul cepat dengan nada tinggi, ia merasa terpojok.
"Kau marah padaku?"
"Ti-tidak, tidak, siapa juga" sekarang Gaeul merasa sedikit bersalah karena sudah membentak Jake tadi. Ia meliriknya, melihat Jake yang malah sedang menatapnya.
"Bisakah kau bicara sambil menatap lawan bicaramu? aku disini, bukan di luar kaca jendela" ucap Jake dengan lembut.
Setelah mendengar itu, mau tak mau Gaeul membenarkan posisi duduknya dan dengan mengumpulkan seluruh keberaniannya, mata mereka pun bertemu.
"Bolehkah aku minta tolong padamu?"
"Untuk merahasiakan apa yang telah kita lalui? Dari orang tua kita?"
Bagaimana Jake bisa tau?
"Yap! Kurang lebih seperti itu"
"Lalu apa yang kudapatkan?"
"Maksudnya?"
"Kau minta padaku untuk menjaga rahasia dari orang tua kita, jadi apa imbalan yang akan kudapatkan?"
"Imbalan? Bukankah ini untuk kebaikan kita bersama"
"Tapi bukankah tadi kau bilang minta tolong padaku?"
"Jadi?"
"Seharusnya ada imbalan yang kudapatkan, benar?"
Gaeul memutar lidahnya di langit-langit mulutnya dan menatap ke arah lain. Jake, rupanya kau tipe pria seperti ini.
"Kau mau tidur lagi denganku?"
"KAU GILA!!" *plak
Gaeul tak dapat menahan lagi emosinya begitu Jake mengungkapkan imbalan yang ingin ia dapatkan dari menjaga 'rahasia'.
"Gaeul, tunggu!" Jake berlari mengejar Gaeul, ia bahkan memegang tangannya.
"Lepas! Atau aku akan teriak" ancam Gaeul.
Jake segera melepaskan tangannya.
"Aku hanya bercanda" jelas Jake padanya.
Gaeul memutar badannya, "Bercanda katamu?"
"Tolong maafkan aku, tidak seharusnya aku bercanda disaat serius"
"Sudahlah, kita harus kembali"
"Aku akan menjaga rahasia itu"
"Tidak, tidak perlu, jika kau keberatan maka tidak perlu, kau bisa katakan pada ayahmu, pada seluruh temanmu kalau kita pernah—" Gaeul berhenti bicara disaat Jake tiba-tiba berlutut di hadapannya.
Ia pun segera membantunya berdiri. "Apa yang kau lakukan? Ini tempat umum?" tanyanya dengan nada berbisik.
"Jangan marah lagi padaku, aku bilang aku akan menjaga rahasia itu"
"Cepat berdiri! Jake!"
Jake kembali berdiri. Ia tersenyum melihat wajah panik Gaeul yang takut ada orang yang melihatnya.
"Apa id mu?"
"Apa?"
"Jshim02"
"Oh"
Gaeul mengeluarkan ponselnya dan memasukkan id Jake, kemudian ia tersadar kenapa ia melakukan itu? Apa Jake baru saja menghipnotisnya?"
"Tunggu..!"
Jake tersenyum lagi. "Ayo kita masuk! Aku akan mengirimkan 'kado tambahan' nanti malam"
"Kau janji kan merahasiannya dari orang tua kita?"
"Um! Tenang saja, aku selalu menepati janjiku"
"Jika kau berani main-main denganku, aku akan—"
"Akan apa?" Jake mendekatkan wajahnya, menatap Gaeul dan menarik sudut bibirnya, membentuk smirk yang seakan menantang Gaeul.
"Ti-tidak ada!"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [END ✔️]
FanfictionBagaimana jika laki-laki yang pernah tidur denganmu tiba-tiba jadi saudaramu? 14-03-22 🥇 Rank 1 in enhypen 03-03-22 🥇 Rank 1 in jaeyun 04-03-22 🥇 Rank 1 in jakeenhypen