44. Amarah

27 5 0
                                    

Kedua tangan Darren bertumpu dan kaki kanannya terangkat. Tinggal menaikkan kaki kiri, maka dia akan segera melompat ke bawah dan menjadikan Celine sebagai miliknya. Akan tetapi, ketika kaki kiri hendak diangkat, seseorang menariknya dengan kuat. Tarikan itu membuatnya mencengkeram erat tumpuan, kemudian kandang tajam pada sosok yang menarik kakinya.

Lelaki bertubuh pendek. Namun, yang jadi masalah utamanya bukan hanya dia, tetapi juga beberapa orang yang berada dalam kamar mandi. Kesemuanya adalah laki-laki, kecuali sesosok berambut seleher yang sangat dikenalinya. Dia berdecak, kedua matanya yang memerah memandang gadis itu bagai pembunuh berdarah dingin. Cengkeraman pun makin kuat, menunjukkan rasa geram yang tak terbendung ketika memandang sorot matanya yang tajam tanpa rasa takut. Melati, gadis yang paling dibencinya karena dianggapnya sebagai lalat pengganggu antara dia dan Celine.

Bahkan dia pulalah yang mengganggu penyatuan dengan sang pujaan hati hingga memisahkannya. Awalnya dia pikir akan berpisah selamanya hingga kabar itu pun mencuat. Kabar berisi informasi di mana sang pujaan yang teringat dan dimimpikan siang-malam tanpa henti. Selalu terbayang hingga membuatnya gila setengah mati. Hingga kini dia dapat bertemu kembali dengan pujaan hati dan kembali menyatukan dua hati yang telah lama terpisah. Akan tetapi, mengapa ketika dia dan Celine akan bersatu, gadis itu selalu saja mengganggu. Dia geram. Sangat geram hingga ingin menyingkirkan gadis itu sejauh mungkin hingga tak terendus lagi keberadaannya.

“Cepat turun atau lo gue turunin!” Seruan yang sedikit berat terdengar dari bawah, penariknya.

Dia tak tahu siapa sebenarnya lelaki itu. Hanya saja, entah mengapa dia juga ikut geram ketika melihatnya ikut campur. Dia tak ubahnya dengan Melati—berusaha memisahkannya dari Celine. Seolah dia adalah hewan buas berbahaya. Padahal, nyatanya tak begitu, bukan?
Tarikan yang lebih kuat membuatnya mencengkeram atas pintu dengan lebih kuat. Decakan  keluar ketika melihat petugas berbadan besar membantu lelaki pendek itu untuk menurunkannya.

Sialan.

Tak membiarkan tertarik, Darren terus menendangkan kakinya pada para penarik. Gerakannya makin bengis seiring kuatnya tarikan. Bahkan dia juga menurunkan kakinya yang lain untuk menendang mereka. Sayangnya, tendangan yang kian meliar tak membuat mereka melepas tarikan. Justru kakinya makin tercengkeram dan tarikan pun makin kuat. Membuatnya pelan-pelan turun ke bawah. Sialnya lagi, kaki yang diturunkan dengan maksud melawan malah ikut tertawan dengan lelaki berbadan besar yang tadi menarik kaki kirinya.

Sialan.

Matanya memerah marah. Giginya semakin menguat ketika saling beradu. Dia benar-benar kesal. Napasnya terus memburu dengan dada yang panas bagai kobaran api. Membuat seluruh tubuhnya ikut memanas setiap detiknya.

Membuatnya tak bisa menahan diri lagi. Tendangannya pun dikuatkan hingga membuat lelaki bertubuh pendek terpental. Dengan kaki sebelah yang telah bebas, dia berniat untuk menyerang si pria berbadan besar. Akan tetapi, ternyata pria itu jauh lebih cekatan dari perkiraannya. Kedua kakinya telah berada dalam cengkeramannya. Bukan hanya itu saja, bahkan si pria sempat memutar sedikit kakinya, membuatnya berteriak kesakitan.

“Cepat turun atau kami panggilkan pihak berwajib.” Ancaman dilontarkan oleh pria itu. Pandangan matanya yang tajam serta suaranya yang tegas seolah menyiratkan bahwa perkataan itu bukanlah main-main. Bahkan sosok lelaki kurus di dekatnya juga memamerkan nomor telepon kepolisian. Membuatnya semakin tampak serius.

Akan tetapi, ancaman itu sama sekali tak mempengaruhinya untuk tetap menggapai pujaan hati. Dia masih tetap berusaha lepas dari cengkeraman si besar yang kian menguat. Hal itu membuatnya makin geram. Bara panas yang bersemayam dalam dada semakin besar. Kemarahannya kini sudah benar-benar di puncak. Dia sudah tak tahan lagi.

A Lovely Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang