*drrrrttt drrrrtttt* Hp Chika bergetar, tertera panggilan masuk dari mamanya, Ara menegakan duduknya melepas diri dari rangkulan Chika, sementara Chika segera mengangkat teleponnya
"Iya ma ini lagi nunggu driver online.."
"Emm.. Iya.. Iya.. Enggak"
"Okey, yaudah ya"
Telepon terputus, mereka berdua terdiam sejenak, setelah mengetahui bahwa hari yang langka ini akan berakhir, perasaan itupun kembali muncul, perasaan tak ingin berpisah setiap kali mereka tengah berdua.
keheningan langit malam masih menemani, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Chika saat itu,"Sebenernya aku juga gak mau terlalu kepikiran tentang itu kak.. akupun ngerti banget kekhawatiran mama kamu, aku ngerti kenapa mama kamu bicara kaya gitu" Ara akhirnya yang lebih dulu buka suara, "maaf ya kak, aku nangis bukan karna kejadian siang tadi koq, beberapa hari ini emang udah terlalu banyak hal yang terjadi sama aku", Ia membuka HPnya lalu melihat jam, "yaudah pulang yuk, nanti lain waktu ketemuan lagi" Ucap ara seraya merapikan bajunya dan mulai berdiri
Chika masih duduk terdiam dikursi panjang itu, matanya malah terfokus pada rerumputan taman yang bergoyang diterpa angin pelan malam
"Ayo kak, nanti keburu makin malem, mama kamu marah nanti" Ajak ara lagi melihat Chika yang masih diam
Helaan napas keluar dari hidung Chika, pandangannya kini berganti fokus ke Ara yang berdiri di depannya, ia tatap ara dengan pandangan yang tajam, "Apa ra ?", ujarnya pelan
Melihat ekspresi aneh Chika, Arapun mengernyitkan dahinya, " Apaan ? Apanya yang apa ?"
"Ya kamu, kamu kenapa ? Apa yang terjadi sama kamu ?"
"Yaelah... kirain kenapa tiba tiba aneh gitu, hmmm.. Bukan sesuatu yang gimana gimana koq, aku ngomongnya terlalu serius yah ?"
"apa sih ra, bisa gak sih gausah alihin pembicaraan, cerita sama aku, kenapa ?"
"Bukan apa apa koq, gak usah khawatir, ayo cepetan pulang, udah jam berapa ini"
"Aku gak mau pulang sebelum kamu jawab "
Melihat Chika yang terus memaksa, Arapun sedikit mendengus kesal, ia tak habis pikir chika sama sekali belum berubah jika menyangkut sikap keras kepalanya itu, "Sepupu perempuanku.... yang sebelum ini kuliah di jogja, tiba tiba pulang dan mau tinggal disana, sementara kamar dia itu kamar yang aku pake saat ini, udah.. Udah aku jawab, sekarang ayo pulang"
"Terus kenapa ? Masalahnya apa ?"
"Masalahnya itu, selama ini aku sebenernya gak kenal deket sama dia, kayanya dia gak suka aku gitu, padahal aku sendiri gak tau apa sebabnya, tapi itu udah kejadian sejak lama...", ia rapikan rambutnya yang agak berantakan itu, "kemarin, tanteku langsung ajak ngobrol aku, dia bilang mau kasih biaya buat sewa hotel atau kos kosan, ya aku nolak dong, lagian aku sendiri punya uang koq, tapi kan kalo mendadak gitu gak bisa langsung dapet, akhirnya aku minta tolong temen aku, buat sementara tinggal di tempatnya sampe aku dapet kos baru, ya emang, kos itu sebenernya banyak sih tapi yang lokasinya strategis itu kan susah nyarinya.. "
"Emm, Temenmu? siapa ?"
"dia sebelumnya satu agensi sama aku, namanya nayla, 2 tahun lebih tua dari aku, tapi belum lama ini resign karna katanya mau lanjut kuliah, dan sebenernya tadi siang itu aku dari tempatnya dia"
"Terus rencananya sampai kapan ?"
"Ya belum tau"
"Terus malam ini masih kesana ?"
"Ya iyalah, mau kemana lagi ?"
Chika kembali terdiam, entah mengapa saat ini ia seperti sengaja bertingkah kekanakan, ia seakan terus mengulur waktu agar bisa lebih lama lagi bersama Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chikara : After Story
FanfictionKisah fiksi Chika dan Ara setelah skandal Mungkin tidak menyembuhkan tapi semoga bisa sedikit mengobati~