33. Sepatu

72 12 4
                                    



Setelah bekerja keras selama hampir 3 minggu belakang. Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu pun datang—hari perilisan album. Kami semua bersorak ria di ruangan saat melihat nama NCT Dream di urutan pertama di setiap chart musik. Jumlah orderan album juga tembus sampai 4,5 Juta copy. Sangat fantastis bukan?

Aku berpelukan dengan Kak Jukyung sambil berjingkrak-jingkrak bahagia. Kerja keras kami semua tidak sia-sia. Member Dream tampak riuh melakukan ritual mereka. Jangan tanya mereka sedang apa disudut, aku tidak tahu dan tidak ingin tahu juga.

"Oke Oke Oke. Terimakasih semuanya atas kerja kerasnya. Nanti malam, Bos Sooman akan mentraktir kita semua. Jadi, nanti jangan lupa datang ke lantai 42 ya, seperti biasa Visual Party."- Manager Yoon mengucapkan kata terakhir dengan setengah berbisik sambil mengeluarkan setengah senyumnya. "Tepuk tangan untuk kita semua!!"- Manager Yoon berseru lagi sambil bertepuk tangan.

Kami semua langsung berseru ricuh sembari bertepuk tangan dengan gembira.

"Oke. Sekarang, saatnya kita kembali bekerja. Dreamis, cepat siap-siap dan ikut para stylist. Kita akan segera berangkat ke musik show."- tambah Manager Yoon.

"Siap!!"-

Kami segera menuju posisi masing-masing untuk melakukan tugas dan segera meluncur ke acara Musik Show.

***

"Yoora, Jeno mana?"-

Aku baru saja masuk ke ruang tunggu sehabis dari toilet. Tiba-tiba Kak Jukyung malah bertanya begitu padaku. Tentu saja aku tidak tahu. Sebelum aku ke toilet, perasaan tadi dia lagi ganti kustom di sini.

"Lhoh, tadi bukannya disini?"- tanyaku balik.

"Nggak ada. Tadi pas kamu keluar, nggak lama dia juga ikutan keluar."- jelas kak Jukyung. "Kakak pikir dia nyamperin kamu."-

"Yoora ke toilet kak. Yakali Jeno ngikuti Yoora ke toilet."- balasku setengah tertawa.

Kak Jukyung ikut tertawa sambil menepuk jidatnya. "Yaampun iya juga. Yaudah tolong cariin dia, Ra. Make-up Jeno belum finish, ada yang harus kakak perbaiki. Bentar lagi giliran mereka tampil."-

"Oke. Sebentar kak."- aku langsung ke luar ruangan untuk mencari Jeno.

Aku celingukan sambil mengintip berbagai ruangan yang ada. Siapa tau Jeno main ke ruangan para artis lain. Tapi, aku tidak juga melihatnya. Aku tidak bisa menghubungi Jeno karena handphonenya ada samaku.

Aku berbelok ke kiri diujung lorong—menuju toilet laki-laki. Siapa tau Jeno ada disana.

Nah, kan, benar dugaanku. Itu Dia!

Jeno terlihat sedang memperbaiki pakaiannya membelakangiku. Aku langsung saja menariknya tanpa melihat terlebih dahulu.

"Kamu kebiasaan deh suka ngilang. Ayo cepat balik. Riasan kamu belum kelar, bentar lagi giliran kamu naik panggung. Kamu suka banget deh di omelin mulu setiap mau perform ya."-

"Permisi. Ta-tapi saya.."-

"Astaga!"- aku memekik sembari melepas peganganku pada lengan lelaki yang ku pikir Jeno.

"Ah, astaga. Maaf, Maaf! Saya salah, maaf!"- aku membungkuk berkali-kali dengan perasaan menyesal sekaligus malu-malu. Bisa-bisanya aku salah orang.

Lelaki itu juga ikut membungkuk padaku. "Gapapa-gapapa kok."- katanya.

"Sekali lagi maaf ya."- kataku menyesal. Astaga bisa-bisa aku salah orang. Tapi, beneran deh dari belakang tuh mirip banget Jeno. Ah nggak, dari depan pun dia mirip Jeno. Rambutnya blonde dan wajahnya lumayan mirip dengan Jeno. Hidung mancung dan rahang yang tegas—Jeno banget.

Forbidden Rencard | Jeno LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang