13. Putus atau Nggak?

9 8 0
                                    

"Farhan!" panggilku dengan keras, bahkan aku sudah berteriak pun ia tidak menghentikan langkahnya.

Aku berlari menyusulnya hingga aku berada di sampingnya, menyesuaikan langkahku dengan langkah besarnya.

Ah, pantas Farhan tidak mendengar panggilanku, rupanya dia menyumbat telingannya dengan earphone, aku mencabut satu earphone yang menyumbat telingannya. Farhan menghentikan langkahnya dan menengok kearahku, sedikit menunduk.

"Ada apa?" tanyanya membuatku berdecak dan memutar bola mata.

"Baru satu pertemuan hari ini, tunggu pertemuan keduanya." Aku memberikan satu earphone tadi yang yang aku cabut dari telingannya.

Saat aku hendak melangkah meninggalkan Farhan, Farhan malah menahanku.

"Ya, baru satu pertemuan, tapi santai dululah. Temenin gue bentar ke kantin," ucapnya sambil mencolek daguku.

Aku mengusap jejak colekannya, itu menggelikan. "Farhan emang suka colek semabarang gitu sama semua cewek, ya?" tanyaku sambil mengangkat satu alis.

Farhan menggeleng. Farhan memasangkan satu earphone di telingaku. Aku kira ia sedang mendengarkan lagu, tapi ternyata tak ada suara apapun.

Saat aku hendak menanyakannya, iya mengeluarkan ponselnya. "Lo suka lagu apa?" tanyanya tanpa melihat kearahku.

"How you like that-BLACKPINK sama Ragu-Rizky Febian," jawabku cepat.

Tak lama dari itu lagu Rizky Febian menggema di telingaku. "Gue gak suka Korea," ucap Farhan. Membuatku mengedikan bahu tak peduli.

Aku dan Farhan duduk di salah satu meja kantin. Aku dan Farhan tak lagi mendengarkan lagu. "Suka banget di sini, ya, Farhan?" tanyaku.

"Tempat favorit sih."

"Kok bisa?"

"Banyak makanan."

Aku hanya menganggukkan kepala. Ari sekarang pasti sedang ada di kelas atau di taman bersama Sindi. Saling mengobrol, berpegangan tangan, ketawa bareng pasti sangat seru.

"Lo mantan si Dito, 'kan?" tanya Farhan tiba-tiba membuatku langsung menegakkan tubuh. Aku menengok kearahnya.

"Farhan kenal Dito?"

"Ya, gue temen dia, lo tau soal taruhan itu, ya?" tanyanyanya penuh selidik.

"Ya karna Riri nguping gosip cewek-cewek waktu itu."

"Nguping mah emang hobby lo!"

"Eh, enggak ihk!" ucapku sambil menunjuknya memberi peringatan.

Farhan menurunkan tanganku dengan wajah menahan kesal, ah aku melupakan satu hal, jika Farhan memang taksuka di tunjuk-tunjuk. Farhan mengedikan bahunya, lalu ia bersuara, "Mending sekarang lo pesenin gue nasi goreng, gue laper nih."

"Eh, siapa Farhan main segala perintah aja sama Riri?!" protesku.

"Gue calon lo, jadi cepetan gue laper!" Farhan mendorong bahuku. Apa katanya tadi? Calon? Calon apa yang Farhan maksud?

Daripada aku memikirkan ucapannya yang gak ada manfaatnya sama sekali, aku lebih baik menuruti perintahnya. "Mau minum apa?"

"Jus mangga aja," jawabnya sambil mengibaskan tangannya menyuruhku bergerak cepat. Aku memutar bola mata dan dengan gerakan malas aku menghampiri penjaga kantin dan memesan makanan.

Aku kembali ke meja kantin yang Farhan tempati dengan kedua tangan yang memegang nampan. aku menyimpan satu nasi goreng di atas mej, satu jus mangga dan satu teh manis hangat.

Him or Him? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang