***
Amell dengan mengenakan baju piyamanya itu berdiri tegap di hadapan mereka namun dengan pandangan mata yang sayu dan tak seutuhnya bahagia ada di parasnya.
"Kamu bisa berjalan Mell??!" Ibu Maya bersuara parau segera berlari hampiri putrinya itu dan memeluknya, Ibu Maya menangis di pelukan Amell.
Pak Ram melangkah pelan karena itu seperti mimpi baginya menyaksikan putrinya bisa berjalan di hadapannya yang bahkan itu pertama kali dalam hidupnya karena Amell.. lumpuh sedari lahir.
"Ini beneran anak Papih???" Pak Ram berdiri kaku di depan Amell dan istrinya. Pak Ram sama sekali belum berani menyentuh putrinya itu karena dirinya harus benar-benar yakin jika ini bukanlah mimpi belaka. Pria yang selalu berjas rapih menutup wajahnya dengan kedua tangannya menutupi bahwa kedua mata di balik tangannya tengah mengeluarkan airmata, namun isakan pelannya bisa terdengar oleh mereka, badan Pak Ram pun di raih Amell nan di peluknya.
"Papih..." Pak Ram tak bisa menutupi jika dirinya sangat terharu melihat putrinya bisa berdiri dan berjalan seperti itu, beliau lalu menangis kencang di pelukan Amell dan Amell pun jadi ikut menangis.
Mba Ida tersedu-sedu begitupun Mang Danu yang langsung masuk setelah mendengar suara tangisan kencang Pak Ram tadi karena terdengar hingga keluar garasi.
***
Di waktu yang sama di rumah Bella lebih tepatnya di kamar Bella, terdapat keadaan Bella yang sudah sedari tadi tersedu-sedu menangis duduk di atas kasurnya dan itu di lihat oleh Mbo Inah yang seperti biasa di setiap pagi tugasnya adalah datang ke kamar anak majikannya untuk membangunkan Bella dan menyiapkan perlengkapan Bella kuliah.
"Loh Nok?? kenapa kok baru bangun tidur udah nangis??" Mbo Inah khawatir dan menghampiri.
Bella memeluk Mbo Inah dengan erat seperti ketakutan karena mimpi buruknya semalam telah datang lagi.
"Bella mimpi buruk lagi Bi..." terus tersedu dengan gemetar.
"Itu cuma mimpi Nok, ndak akan terjadi di kehidupan nyata, percaya sama Simbok! Ayo sekarang sebaiknya mandi dulu udah hampir setengah 7 lebih Nok." bujuknya sambil mengelus-ngelus punggung Bella bak seperti pada cucunya sendiri.
Syukutlah Bella pun nurut dan segera mandi karena harus kuliah terlebih hari ini juga jadwalnya latihan taekwondo.
***
"Sejujurnya sudah satu minggu lebih Amell udah bisa jalan Mih, Pih. Tapi Amell waktu itu belum siap berterus terang karena Amell masih ragu dengan kekurangan Amell ini." parasnya menunduk dan menangis pilu kembali.
Bu Maya mengusap-ngusap punggung Amell supaya Amell bisa lebih tenang lalu mengajak putrinya itu untuk duduk di sofa, Amell pun duduk.
"Lanjutkan ceritanya Nak, Papih ingin dengar semuanya." jongkok Pak Arya di depan sang putri seraya memegang tangan putrinya tak peduli sudah pukul berapakah itu walau harus tak pergi ke kantor, tak ada yang lebih penting daripada putrinya.
"Amell selalu ragu untuk memberitahu karena Amell, Amell takan mampu terus berdiri dan berjalan seperti ini jika tidak ada Bella..." terisak semakin mengencang namun itu pernyataan yang membuat semuanya belum mengerti.
"Maksud kamu gimana Mell?? Bella?? Kenapa dengan Bella?" lontar lirih ibunya penuh tanda tanya.
"Bella? Siapa itu Bella??" Pak Ram mendongak pada istrinya dengan mengerutkan urat di kening.
"Temennya Amell Pih." jawab heran Ibu Maya.
Terlihat Mba Ida dan Mang Danu saling noleh dan keduanya mematung kembali dalam berdiri mereka itu karena merekapun merasa harus mengetahui semua tanda tanya mereka selama ini tentang anak majikan mereka itu, juga Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESOUL |EnD|
Подростковая литератураCerita fiktif yang menyuguhkan kisah dua manusia yang saling tergantung satu sama lainnya karena naluri mereka berkata bahwa, secara rasa mereka memiliki satu nafas yang sama dan satu ikatan batin yang sama. Wujud dua perempuan remaja yang menjelaja...