Chapter 7

104 15 0
                                    

Karina menghela napasnya melihat sosok itu muncul lagi setelah sekian lama kehilangan jejak dirinya. Senyum lebar pria itu membawa hawa merinding bagi Karina.

Tidak banyak yang tahu, jika pria bernama Putra ini adalah penguntitnya sejak jaman sekolah, bahkan sebelum dirinya bertemu dan berpacaran dengan Angga. Toh bagi Karina, selama Putra tidak berbuat hal yang membahayakan nyawanya, ia tidak akan mengambil pusing masalah ini.

"Kabar buruk? Kamu masih jahat aja sama aku, padahal kita udah lama gak ketemu loh." Ujar Putra dengan nada lembut.

Karina mendelik mendengarnya. "Harus jadi orang jahat buat ngehadapin orang kayak lo."

Putra tersenyum mendengarnya.

"Dia siapa, Karina?" Tanya Dimas setelah sekian lama hanya diam memperhatikan.

Karina tersenyum. "Orang gila yang selalu ngikutin saya, Pak."

Secara tiba-tiba Putra duduk di sampingnya dan memiringkan kepalanya ke arah Karina. "Kamu udah putus ya sama Angga? Kok gak bilang sama aku sih? Kan aku jadi kehilangan kesempatan." Ujar Putra dengan nada sedih.

Karina mendelik mendengarnya. Ia malas menanggapi ucapan pria itu. Putra adalah jenis makhluk yang akan terus berlaga jika ditanggapi dengan serius, maka dari itu Karina lebih memilih untuk mengabaikannya.

“Silahkan pergi dari sini atau saya panggilkan security." Tegas Dimas yang mulai gerah melihat kelakuan putra.

"Santai, bro. Gue cuma sekedar nyapa." Ujar Putra sembari tersenyum menyebalkan.

"Karina, lo tuh bener-bener bukan orang yang peka. Anehnya, gue capek ngikutin lo dulu tapi gue enggak bisa berpaling. Pake pelet apaan sih lo?”

Karina kembali mendelik. Apa hal yang dilakukan Putra bisa dikategorikan sebagai rasa suka? Mengikutinya setiap hari kemudian mengirim spam pesan, belum lagi pria ini selalu mengikuti setiap kegiatan ekskul dirinya. Ah.. jangan lupakan dengan kelakuan pria itu yang selalu mengaku sebagai pacarnya dulu.

"Gak ada orang suka neror kayak lo." Sungut Karina.

"Gue gak pernah neror tuh, yang gue lakuin kan cuma ngikutin lo doang."  Bela Putra.

"Nah.. itu." Pekik Karina. "Ngikutin gue tiap hari bahkan sampe samain ekskul yang gue ambil. Itu ganggu, tau gak."

"Masa sih? Seharusnya lo seneng dong, kan gue termasuk salah satu FB."

"FB?" Tanya Karina tidak mengerti.

Putra tersenyum lebar sembari menaik turunkan alisnya. "Flower Boy. "

Karina membolakan mata mendengarnya. Ekspresinya tak dapat ditahan, keningnya mengernyit jijik. "Modelan kayak lo jadi flower boy?" Tanyanya tidak percaya.

"Emang gue kenapa? Muka gue terjamin ketampanannya, otak gue juga terbukti kepintarannya, apa yang salah dari gue?" Tanya Putra dengan nada bingung.

"Sikap lo minus." Ujar Karina dengan cepat.
Tuk. Tuk.

"Maaf, scene saya ngomong kapan dimulai ya?" Tanya Dimas dengan nada jengkel.

Karina tersenyum lebar. “Maaf, Pak. Silahkan Bapak ngomong, saya udah selesai kok.”

Dimas berdeham pelan sembari melipat tangannya ke atas meja. “Jadi.. lo kesini cuma buat nyapa Karina atau ada maksud lain?” Tanya Dimas dengan nada serius.

“Pfft.”

Menoleh dengan cepat, Dimas menatap bingung Karina yang tengah menutup mulutnya, menahan tertawa. “Kamu kenapa?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Call U BabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang