" Semua akan baik-baik saja, jangan bersedih karena masalahmu setiap masalah akan selalu ada jalan keluarnya, ada aku disini "
-Alvi-
***
Alvi berdiri bersandar disamping pintu masih setia mendengarkan suara tangisan lirih Aina. Alvi belum berani masuk karena ia tau Aina masih butuh waktu untuk mengeluarkan semua kesedihannya, maka dari itu Alvi masih berada ditempatnya untuk menemani Aina dan menjaga pintu agar tidak ada yang tau Aina sedang menangis didalam.
Suara tangisan Aina sudah mereda, Alvi mulai melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu. Alvi duduk didepan sebuah piano yang tidak jauh dari tempat Aina. Aina masih belum sadar akan kedatangan Alvi ia masih menelungkup kan kepalanya diantara lututnya.
" Jangan menangis Aina " Suara Alvi membuat Aina mendongakkan kepalanya terkejut.
" Masalah tidak akan selesai hanya dengan menangis, aku memang tidak tau apa masalahmu tapi, kalau kamu terus menangis itu akan membuatmu semakin stres " kata Alvi
" Aku tau menangis membuatmu sedikit lebih lega tapi tetap saja itu tidak akan menyelesaikan masalahmu, semua akan baik-baik saja Aina, jangan bersedih karena masalahmu setiap masalah akan selalu ada jalan keluarnya, ada aku disini " kata Alvi lagi membuat Aina memandangnya sendu.
" Ami tidak ingin berbicara padaku Al " kata Aina membuka suaranya
" Ami menginginkan hal yang tidak bisa aku kabulkan, aku bingung harus bagaimana " kata Aina dengan suara sedikit bergetar menahan tangis
Alvi tersenyum, ia kembali mendekati Aina berdiri tepat dihadapan Aina menangkup pipi Aina agar melihat kearahnya.
" Aku ada disini Aina, cerita padaku kita akan mencari solusinya " kata Alvi tersenyum memandang Aina.
Aina mengangguk sambil tersenyum, hatinya sedikit lebih lega karena ucapan Alvi, ah bukan lega hanya saja ia sedikit salah tingkah mendengar kata-kata manis itu dari Alvi.
" Ternyata karena ini kau menolak permintaanku Aina " suara dingin Ami membuat mereka tersadar dan menjauhkan diri masing-masing
" Ami ini tid- " ucapan Aina dipotong oleh ucapan Ami yang semakin menyakitkan
" Kupikir kau temanku, kupikir kau sahabatku, dan kupikir kau wanita baik-baik tapi ternyata aku salah kau bukan temanku dan kau bukan wanita baik-baik, kau tau Aina aku sungguh kecewa terhadapku " usai mengatakan itu Ami keluar dan membanting pintu ruang musik dengan sangat keras.
Aina mematung ditempatnya mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Ami untuknya. Ia tidak menyangka Ami akan sampai sejauh ini, dulu ia kira Ami hanya bercanda. Aina tidak dapat menangis lagi, hatinya sudah terlanjur sakit. Dengan berat ia melangkahkan kakinya keluar dari ruang musik tanpa memperdulikan Alvi yang masih bingung dengan masalah antara Ami dan Aina.
Alvi berjalan mengikuti langkah Aina, lorong sekolah mulai ramai banyak pasang mata yang bingung melihat Alvi berjalan dibelakang Aina. Karena selain Ami, Alvi merupakan teman terdekat Aina juga biasanya mereka berjalan berdampingan sambil mengobrol tapi kali ini seperti mereka sedang bertengkar.
Aina menundukkan wajahnya saat berjalan melewati kelas Ami. Ada Ami disana ia berdiri didekat pintu kelasnya bersama teman sekelasnya. Saat Aina melewatinya dapat ia dengar dengan jelas Ami mendengus tidak suka membuat Aina semakin menundukkan wajahnya. Alvi yang melihat itu memandang wajah Ami tidak suka.
Sampai dikelas Aina hanya diam, saat pelajaran dimulai Aina hanya memandang kosong papan tulis bahkan saat istirahat pun ia hanya duduk diam menelungkup kan tangannya keatas meja. Saat pulang pun Aina masih sama ia enggan untuk berbica, ia juga menolak tawaran pulang bersama oleh Alvi. Aina lebih memilih menaiki angkutan umum.
Alvi sangat khawatir dengan Aina. Pikiran Aina sedang tidak baik, bagaimana bisa ia meninggalkan Aina menaiki Angkutan umum. Alvi mengikuti angkutan umum yang dinaiki oleh Aina ia tidak bisa tenang meninggalkan Aina begitu saja. Aina tau Alvi mengikutinya tapi saat ini Aina sedang tidak ingin berbicara maka ia hanya membiarkannya.
Alvi terus mengikutinya sampai Aina tiba dirumah ia berhenti sedikit jauh agar Aina tidak melihatnya. Alvi menunggu sampai Aina memasuki rumah. Saat Aina sudah masuk ia mulai kembali melajukan motornya menjauhi rumah Aina.
***
Aina memasuki rumahnya dengan sendu bahkan ia lupa untuk mengucapkan salam. Hal itu tidak lepas dari pengamatan sang Bunda. Bunda tau anak gadisnya sedang ada masalah.
Setelah sampai dikamar Aina langsung membersihkan dirinya dan berbaring diatas tempat tidurnya. Air matanya kembali menetes mengingat ucapan menyakitkan Ami.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuatnya cepat-cepat menghapus air matanya.
" Siapa? " Tanya Aina dengan suara yang sedikit serak
Ceklek
Pintu terbuka menampilkan Bunda yang berjalan masuk ke kamarnya. Bunda duduk dipinggir tempat tidur Aina menatap wajah anaknya yang sembab.
" Kalau Aina ada masalah cerita sama Bunda " kata Bunda mengelus lembut rambut Aina.
" Untuk apa Bunda ada dirumah kalau Aina ga bisa manfaatin bunda untuk curhat " kata bunda lagi sambil tetap mengelus rambut Aina.
" Aina bertengkar dengan Ami Bun " kata Aina menahan tangis
" Kenapa Ami ga mau ngerti sama keinginan Aina? Kenapa selalu Aina yang mengalah Bun? Kenapa dia harus selalu dimengerti sedangkan Aina ga? Kita udah temenan dari lama tapi kalau Aina ingat sekalipun Ami tidak pernah mengerti keinginan Ai " air mata Aina sudah tidak terbendung lagi, didepan sang Bunda Aina menangis dengan keras menumpahkan seluruh rasa sedihnya
" Kamu ada masalah apa sayang dengan Ami? " Tanya Bunda
" Ami meminta Aina untuk menikah dengan Ayahnya Bun " kata Aina membuat Bunda sangat terkejut
" Aina " lirih Bunda
" Aina ga mau Bun, tapi Ami terus memaksa Aina juga udah ngomong baik-baik dengannya tapi Ami marah, jadi Aina harus gimana Bun? Aina ga mau kalau harus jadi ibu sambung untuk Ami sahabat Aina sendiri " kata Aina berurai air mata
Bunda langsung mendekap tubuh sang anak, mengelus punggung Aina mencoba menenangkannya. Bunda juga tak habis pikir dengan keinginan Ami. Bunda juga tidak ingin anaknya menikah dengan pria seperti itu. Bunda ingin anaknya menikah dengan pria yang ia cintai bukan pria tua ayah dari sahabat anaknya.
" Nanti kita bicara sama Ayah ya, kamu tidur aja dulu sambil tunggu ayah pulang, kamu pasti capek kan " kata Bunda
Aina hanya mengangguk dan langsung merebahkan dirinya. Tidak lupa Bunda menyelimuti anak kesayangan nya itu lalu perlahan meninggalkan Aina untuk beristirahat.
***
Terima kasih untuk kalian yang masih setia baca cerita ini. Jangan lupa untuk vote and komennya :)Kalian bisa komen ya untuk bantu aku cari ide
See you all
-Na-
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And My Buna
Teen Fiction" Mau yah jadi Buna aku " ucapnya dengan wajah memelas " Kan aku udah jadi Buna kamu di sekolah " Kataku memandang wajahnya yang tiba-tiba lesuh " Bukan itu, aku mau kamu jadi Buna aku disekolah ataupun dirumah " ucapnya yang membuatku terkejut " Ak...