27. Maaf

16 2 0
                                    

Selamat membaca🤗🖤
Semoga suka!❤️

*****>_<*****

Arden menutup pintu ruangan rawat inap kakaknya. Setelah itu, dirinya berjalan beriringan dengan Disya menuju parkiran rumah sakit untuk pulang. Di tengah-tengah perjalanan, Disya melirik pria seumurannya dengan alis mengerut. Ia memberhentikan langkah kakinya, membuat Arden menatapnya bingung.

"Lo yakin dia bakal ngomong semuanya? Maksudnya, gimana kalo dia malah ngomong hal lain?" tanya Disya membutuhkan jawaban.

"Gue juga ragu. Tapi, liat aja nanti. Yang penting, kita udah berusaha. Soal hasilnya, kita serahkan sama yang maha kuasa," papar Arden santai. Ia juga tersenyum yang membuat ketampanannya semakin bertambah.

Disya berdehem seraya mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Kakinya pun kembali dilangkahkan seperti tadi. Begitu juga Arden. Suasana pun kembali hening. Percakapan singkat itu, membuat mereka memilih untuk diam sampai di tempat tujuan. Awalnya, Arden dan Disya hendak pergi meninggalkan area rumah sakit. Namun, tidak jadi karena ponsel Arden berdering.

"Siapa?" Disya terlihat penasaran.

"Abang lo," sahut Arden santai seraya berjalan sedikit menjauh dari Disya yang langsung mengangguk pelan.

"Tumben nelpon Abim? Ada apa, ya?" gumam Disya ingin tau, tapi, tidak berniat bertanya setelah Arden selesai bertelponan dengan Rizal.

"Halo, Bang."

"Halo juga, Den."

"Ada apa, Bang?"

"Sekarang sibuk gak? Kalo enggak, bisa kita ketemu sebentar? Ada yang ingin Abang omongin sama kamu. Berdua. Jangan ajak Disya."

"Enggak kok. Oke. Sharelock tempatnya, ya."

"Siap."

Percakapan antara pria yang selisih usia tiga tahun itu, selesai dengan singkat dan jelas. Kemudian, Arden berjalan mendekati Disya yang masih berada di dekat mobilnya. Gadis itu juga terlihat tengah melamun, entah memikirkan apa.

"Kenapa gak masuk? Lumayan panas loh. Gimana kalo lo sakit?" Arden baru datang dan langsung menanyakan itu, suaranya terdengar tidak santai.

"Gue nunggu lo. Gue tau panas. Sakit? Gue gak mudah sakit kalo kepanasan," sahut Disya santai.

Arden hanya ber'oh' menanggapi ucapan Disya barusan. "Gue mau ngobrol sama Bang Rizal. Jadi, sekarang gue antar lo pulang. Lo gakpapa harus makan siang sendiri?" papar Arden yang diakhiri dengan pertanyaan.

"Ngobrol? Kalian mau ngobrol sekarang?" ulang Disya.

"Iya. Kenapa? Lo gak setuju?" tanya Arden ingin tau.

"Enggak. Gue gak bilang gue gak setuju. Gue cuma ngulang aja," balas Disya setelah menggeleng cepat.

"Oh, gitu. Yaudah. Yuk, sekarang gue antar lo pulang," ajak Arden kepada Disya yang mengiyakan. Ia dan gadis itu pun masuk ke dalam mobil secara bersamaan, kemudian, pergi meninggalkan kawasan rumah sakit.

*****

"Katakan. Katakan semuanya!" suruh Nindi dengan tegas.

"Kamu yakin mau dengar semuanya? Nanti, aku liat kamu nangis dong. Aku gak mau itu terjadi," ujar Nizar seraya memanyunkan bibirnya. Sungguh, ia sangat lucu untuk usia yang sudah memasuki kepala dua.

"Cepat! Katakan! Jangan buang waktu aku!" Nindi semakin menegaskan, ia berusaha untuk tidak baper sekarang.

"Tapi, aku gak mau, Nin," ucap Nizar menggeleng cepat. Sikapnya seperti anak kecil.

Everything is Revealed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang