4: Lusi

3.3K 731 40
                                    

Hari ini jadwal syuting Arga cukup padat. Pasalnya setelah mengambil adegan di beberapa tempat, Arga juga harus manggung di salah satu televisi untuk bernyanyi.

Arga tidak hanya berprofesi sebagai aktor, tapi juga penyanyi, sekaligus anak band yang untungnya grup band mereka masih bertahan sampai saat ini.

Popularitas Arga semakin dikenal di mana-mana. Selama ini Arga tidak pernah dikenal dekat dengan banyak perempuan. Bahkan, anggota keluarga Arga saja tidak pernah muncul di televisi selama pria 27 tahun itu menjadi public figure.

Arga sangat menyembunyikan privasinya dari publik agar tidak diketahui. Arga tidak ingin keluarganya terlibat di dunia entertain karena memang keluarga mereka tidak terlalu suka terekspos.

Arga menatap asistennya yang saat ini sedang membawa botol minuman untuknya.

"Bang Gaga, tadi Mbak Chyntia minta nomor Abang. Tapi, enggak saya kasih. Takut Abang ngamuk lagi," ujar Miko.

Miko adalah salah satu asisten Arga yang sudah 5 tahun bekerja dengannya. Miko tidak hanya sendiri karena ia bersama adik kembarnya yakni Melly bekerja sebagai asistennya. Hasil kinerja mereka pun cukup memuaskan untuk Arga pertahankan.

"Bagus. Jangan sebarkan nomor saya. Saya enggak mau berurusan dengan orang-orang di luar dari pekerjaan." Pria itu membuka tutup botol minuman kemudian menegaknya hingga tandas. "Habis ambil adegan terakhir, langsung pergi?"

"Iya, Bang. Langsung ke lokasi tempat Abang manggung." Miko menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu saya siapkan mobil dulu sebentar. Abang tunggu di sini aja."

Arga menganggukkan kepalanya sebagai respons. Setelah Miko pergi, Arga kembali duduk seorang diri sambil menikmati pemandangan di depan matanya.

Tak lama kemudian sosok seorang wanita datang menghampiri Arga kemudian dengan santai duduk di sebelahnya.

Dia adalah Lusi--lawan main Arga-- yang tanpa dikomando sudah duduk di sebelahnya.

"Kamu duduk sendiri aja di sini, Ga?"

"Memangnya yang kamu lihat saya duduk sama siapa?" sahut Arga tanpa menoleh.

Arga tidak mengerti mengapa wanita silih berganti berusaha masuk ke dalam kehidupannya. Apa mungkin karena wajahnya yang tampan? Pikir Arga di dalam hati.

"Siapa tahu kamu sebelumnya duduk sama orang lain 'kan?"

"Enggak. Tadi cuma ada Miko di sini. Terus, dia pergi untuk mempersiapkan mobil," jelas Arga.

Pria itu tidak pernah bersikap terlalu welcome pada wanita, namun juga tidak terlalu judes atau sombong. Arga bersikap biasa pada banyak perempuan namun anehnya mereka tetap tergila-gila padanya.

"Oh, iya, nanti malam kamu ada acara enggak? Aku dan yang lainnya mau mengadakan dinner begitu buat merayakan syuting kita yang selesai hari ini."

Ajakan Lusi memang cukup menarik. Namun, nanti malam ia harus pulang ke rumah karena pamannya--Dirga-- akan datang ke rumah kekasihnya untuk melamar. Sebagai anggota keluarga dan juga keponakan Dirga, tentu saja Arga diwajibkan untuk hadir. Terlebih lagi, jika ia tidak hadir, maka maminya pasti akan bertindak.

"Saya enggak bisa. Kebetulan nanti malam saya juga ada acara," sahut Arga menolak.

Terlihat raut wajah Lusi yang sedikit kecewa atas penolakan Arga. "Yah, sayang sekali kalau begitu."

"Hem. Mungkin kapan-kapan saya akan bergabung. Itu pun kalau kita masih dalam satu project," sahut Arga santai.

Tak lama kemudian Miko kembali muncul dan mengatakan pada Arga jika mobil sudah dipersiapkan. Pria itu bangkit berdiri kemudian pamit pada Lusi untuk pergi.

Setelah kepergian Arga, salah satu teman Lusi mendekat.

"Sepertinya bakal sulit kalau kamu mau meluluhkan hati Arga," ujar temannya Lusi. Namanya adalah Linda dan berprofesi sebagai aktris sekaligus mengambil peran dalam film yang diambil bersama Lusi dan Arga.

Wanita itu sejak tadi memperhatikan bagaimana Lusi berusaha untuk mendekati Arga. Namun, melihat ekspresi wajah Lusi yang kecewa sepertinya ia tahu jika temannya itu tidak mendapatkan hasil yang maksimal.

"Aku akan berusaha. Lagipula, dia benar-benar tipe idealku," sahut Lusi sambil tersenyum.

"Kalau begitu aku akan selalu dukung kamu."


Linda tersenyum menatap temannya begitu juga sebaliknya.

Sedangkan di sisi lain, Arga yang sudah tiba di rumah segera turun dari mobil. Pria itu meminta sopirnya untuk mengantar Melly dan Miko ke apartemen tempat tinggal mereka. Baru setelah itu Arga masuk ke dalam rumah dan menemukan rumah sudah ramai dan banyak keluarga yang hadir.

"Ini serius, kita semua berangkat?" Arga tentu saja terkejut saat masuk ke dalam rumah dan menemukan semua anggota keluarga sudah bersiap.

Dihitung saja, dari keluarga papanya ada mami, papanya, Jillo dan anak-anaknya, Kello, Alea, Alana, dan dirinya. Kemudian dari pihak kakeknya ada bibinya, Omanya, opanya, dan sang paman yang akan segera menikah. Mereka semua berkumpul dalam satu rumah saja sudah memenuhi ruang tamu. Ditambah lagi dengan anggota keluarga dari pihak perempuan, pasti lebih banyak lagi.

"Namanya juga keluarga, Argano. Jelas aja harus ikut semua. Ini lagi dari keluarga inti. Belum lagi pas hari-H pasti bakalan tambah banyak. Ditambah anak-anaknya paman kamu si Hiro itu ada delapan. Anak bibi Helia berikut cucunya juga," oceh Nia. "Pokoknya banyak, deh. Makanya kamu cepat-cepat menikah, biar anggota kita juga tambah banyak. Enggak malu apa kamu sama adik kamu si Jillo yang udah punya tiga anak?"

Mampus, ucap batin Arga. Pria itu benar-benar menyesal mengajukan pertanyaan yang akan berakhir dengan rentetan omelan sang mami.

"Aku ke atas dulu, Mi. Mau ganti baju sebentar."

Dengan jurus kilat, Arga berhasil melarikan diri dari omelan sang mami yang mungkin tidak akan berhenti sampai maminya mulai bosan.

KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang