14. Keinginan

12.2K 290 34
                                    

14. Keinginan

***

Aluna berjalan mondar mandir di depan rumah makan bakso. Sesuai dengan kemauannya, Aluna tidak mau membeli bakso tanpa di tawari langsung oleh yang jual. Sedangkan Elang, ia berdiri tidak jauh dari Aluna. Pak Rangga dan Bu Yuli masih sudah lebih dulu memesan tempat dan berbagai menu yang ada di rumah makan bakso.

Penjual yang melihat Aluna mondar mandir keheranan. Setelah selesai menyajikan pesanan pembeli, Penjual wanita paruh baya yang nampak sudah sangat tua mendekati Aluna. Dengan suara lembut Penjual itu bertanya pada Aluna.

"Kenapa atuh neng bolak balik?" Tanya penjual. Aluna tidak menjawab, ia hanya menatap gerobak bakso.

"Neng mau bakso?" Tanya penjual. Dengan cepat Aluna menganggukkan kepalanya. Penjual mengajak Aluna masuk ke rukonya, namun ketika hendak meracikan bakso, Aluna dengan cepat menghentikannya.

"Bu, yang buatin boleh orang lain gak?" Tanya Aluna hati hati. Penjual yang merasa kebingungan menatap Aluna dengan tanda tanya.

Bu Yuli yang dari tadi melihat menantunya beranjak mendekati penjual.

"Maaf ya bu, ini menantu saya lagi hamil. Dia lagi nyidam bakso tapi gak mau beli harus di tawarin" ucap Bu Yuli merangkul Aluna.

"Oh lagi hamil ya, mau di buatin sama siapa neng baksonya?" Tanya penjual yang langsung paham dengan ke inginan Aluna.

"Sama suaminya" ucap Bu Yuli penuh semangat.

Elang muncul di balik gerobak, dengan wajah kesal ia menatap ke arah sang istri. Tanpa membantah sepatas kata, Elang meracikan bakso di ajari oleh sang penjual. Setelah selesai membuatkan bakso, mereka menikmati bakso dengan hikmat.

Banyak canda tawa saat makan berlangsung, dari bu Yuli yang menceritakan masa kehamilan Elang, kenakalan Elang kecil sampai sebesar ini, menanyakan bagaimana keadaan Aluna hamil, namun Aluna hanya menjawab semua pertanyaan dengan malu malu. Rasanya begitu sangat canggung, tapi kedua orang tua Elang sangat sangat humoris. Jadi Aluna tidak perlu susah payah memulai percakapan, jika bukan ibu mertua, pasti ayah mertuanya yang asik bercerita.

Hari ini Elang berangkat sekolah, ke empat temannya menjaga jarak dengan Elang, setelah kejadian beberapa minggu yang lalu. Apa lagi Mutiara, gadis itu benar benar menjaga jarak dengan Elang setelah mengetahui Aluna anak dari bak Baron. Ia sama sekali enggan berhadapan atau berurusan dengan si tua bangka yang menyebalkan itu.

Fandi yang baru saja meletakan semangkuk bakso di meja kelas sontak mengundang amarah Rara yang tengah menidurkan kepalanya di atas meja.

"Lo yang bener aja bawa makanan ke kelas!" Sentak Rara membuat Fandi yang tengah mengaduk bakso dengan hikmat menoleh ke arahnya.

"Siapa yang ngelarang? Yang lain bawa bekal otomatis bawa makanan ke kelas kan?" Tanya Fandi membuat Rara menghela nafas malas. Denis yang sedang sibuk mengerjakan tugas menoleh ke arah teman temannya.

Hari terakhir jam pelajaran, kelas mereka mendapatkan jam kosong, otomatis kelas bebas melakukan apa saja. Ada yang tidur seperti Rara, ada yang siap siap untuk pulang, ada yang main game, nonton film sampai ada yang sibuk membeli makanan di kantin seperti Fandi dan Mutiara. Tapi gadis itu sejak tadi belum muncul juga.

Sedangkan Elang, pria itu memilih diam memainkan handphone di sebelah Denis. Denis sedikit banyak bicara tidak mendiamkan Elang seperti yang di lakukan teman temannya. Hanya saja Denis berharap Elang mau berubah sedikit saja. Kebiasaan buruk yang benar benar harus Elang buang apa lagi sekarang ia memiliki istri.

"Lo juga sama aja" Suara Rara membuat Denis menoleh, pria dengan kacamata itu menutup buku lalu memasukkan ke dalam tasnya. Sebelum mendekati ke tiga temannya, Denis menepuk pundak Elang membuat sang empu menoleh sebentar lalu kembali pada layar handphonenya.

KISAH ALUNA (tahap revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang