60. Party : Attention.

2.7K 301 18
                                    

***

Mobil Galen terparkir di sudut utara, tempat paling strategis yang paling sering ia gunakan ketika membawa mobil ke sekolah. Sampai detik mobilnya tiba, tempat itu masih tersedia untuknya.

Para murid sepertinya tahu, siapapun yang mengusik wilayah kepemilikan Galen akan berurusan dengan orang-orang terdekat yang menjadi tangan kanannya. Singkatnya, tidak akan ada yang berani untuk memenuhi tempat tersebut untuk menaruh kendaraan mereka.

Gerimis kecil terlihat berjatuhan di kaca mobil paling depan. Pria itu melirik pada Anin yang sibuk melepaskan seatbelt serta merapikan pakaian yang ia kenalan sebelum turun dari mobil Galen.

Galen terlihat mencari sesuatu di kursi bagian belakang dan menemukan sebuah jaket hitam miliknya, yang selalu tersedia sebagai pakaian cadangan.

"Nih, pake."

Anin yang semula tidak memperhatikan gerak-gerik Galen melirik dengan bingung saat pria itu memberikan sebuah jaket kepadanya.

"Buat apa?" tanyanya bingung.

Kepala Galen menoleh ke arah luar. "Gerimis, nanti baju lo basah."

Sontak, gadis itu ikut melihat ke arah luar dan menyadari bahwa memang benar jalanan tengah diguyur hujan tipis.

"Makasih," jawabnya lalu ia menerima jaket tersebut untuk di pakai.

"Gue dulu yang turun," kata Galen melarang Anin untuk keluar dari mobil sebelum dirinya. Lagi-lagi gadis itu terdiam karena bingung atas setiap ucapan Galen yang memiliki penuh makna tersembunyi.

Ia melihat Galen turun dan bergegas ke arah pintu mobil lain dimana Anin berada. Galen mengulurkan tangannya kepada Anin seraya menutupi kepalanya dengan blazzer berwarna biru tua, pasangan dari kemeja yang ia kenakan malam ini.

Mata Anin mengerjap seolah terkesima dengan usaha yang tengah Galen tunjukkan kepadanya. Dibawah alam sadarnya, Anin menerima uluran tangan Galen dengan tatapan yang tidak pernah lepas dari kedua bola mata hitam legam milik Galen.

Setelah Anin benar-benar berada di bawah blazzer yang ia bentangkan, Galen menutup pintu mobil dan menguncinya secara otomatis.

"Ayo."

Keduanya berlari kecil melewati parkiran tanpa ada jarak di antara keduanya karena pria itu menarik badan kecil Anin untuk merapat ke arahnya.

Sesampainya di Koridor dengan atap, Galen menurunkan pelindung kepala mereka dari hujan dan sedikit mengibaskan ke udara agar air yang semula sempat mampir di sana, bisa pergi kembali dari seragam Galen.

Anin masih terdiam, tiba-tiba kepalanya dipenuhi dengan dugaan-dugaan atau penyebab mengapa sikap Galen menjadi aneh malam ini. Pria yang tengah menyibukkan diri mengeringkan pakaiannya mendadak berperan sebagai seorang kekasih yang yang romantis.

"Gue gak boleh jatuh sama rencana Galen," bisik Anin masih dengan overthinking yang memenuhi pikirannya.

"Nin."

Ia mengerjap saat Galen tengah memandang ke arahnya dengan raut heran.

"Ayo."

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang