Bab 3 : Adalah Angkasa

20 5 0
                                    





Karena dia adalah Angkasa. Pria paling disenangi siswa, siswi, serta guru-guru di sekolah karena prestasi dan wajahnya yang rupawan.

Adalah Angkasa yang tak berekspresi sama sekali ketika para gadis cantik melontarkan pujian untuknya, memberikan hadiah mahal dan menaruh berbagai macam coklat di laci meja belajarnya setiap hari.

Dan dengan segala kelebihan yang Angkasa miliki ternyata ada satu gadis yang tidak mampu Angkasa luluhkan dengan mudah, dan tidaklah cukup untuk membuat Syacalla Lily dengan gampangnya menerima Angkasa sebagai jodoh pilihan keluarga Januar.

Maka disinilah Calla dan Angkasa saat ini, duduk berhadapan sejak 15 menit yang lalu tanpa menyapa satu sama lain karena rasa canggung. Ice americano pesanan Angkasa dan Ice Cappuccino milik Calla- sudah tidak menarik lagi untuk diminum karena hanya dipandangi sejak tadi tanpa dicicip.

"Kalau lo mau duduk dengan tatapan kosong kayak gitu, mending kita..."

"Ada yang mau aku tanyain," sela Angkasa sebelum Calla menyelesaikan ucapannya.

"Apa?"

"Kenapa Nayla bisa sampai dipukuli oleh Om Adit?"

Calla mengerutkan dahinya karena mendapat pertanyaan seperti itu dari Angkasa.

"Gimana gue tau, Sa? Kejadiannya hari minggu, kita semua libur."

"Memangnya kamu nggak bisa lebih perhatian lagi sama sahabatmu sendiri?"

Calla tersenyum getir, nada bicara Angkasa seolah-olah menyalahkannya atas insiden Nayla. Memangnya Calla tidak punya urusan lain sampai harus memantau Nayla 24/7 setiap waktu. Tuntutan dari orang tuanya saja sudah cukup menyita waktu Calla.

Kursus bahasa inggris, kursus private seluruh mata pelajaran, belum lagi ia les biola dan piano, latihan renang bersama coach-nya setiap hari sabtu. Calla saja sampai lupa pada dirinya sendiri karena terlalu sibuk menyenangkan orang tuanya.

"Apa gue terlihat seperti orang yang nggak punya kesibukan?"

Mendengar penuturan Calla yang terlihat menahan emosi, Angkasa menghembuskan nafas panjang, "I'm sorry, bukan maksud aku nyalahin kamu dan yang lain, tapi-"

"Bukan karena jarak kita-kita yang deket sama Nayla, lo bisa nyalahin kita semua yang ada disini, Sa. Kalau begitu konsepnya, Tante Anggi yang harusnya lebih pantes lo tanyain karena dia satu rumah sama Nayla."

Angkasa hanya diam tanpa menjawab.

"Gue tau kok, kalau Nayla pacar lo, lo sayang sama dia," sesak dada Calla ketika mengatakan hal itu, namun ia tetap melanjutkan. "Tapi gue, Jake, Jay sama Kai juga sahabatnya Nayla, kita semua sayang sama Nay."

Hening beberapa menit, tidak ada yang berbicara lagi. Mereka membuang pandangan masing-masing ke arah yang berbeda.

"Aku denger kalau Om Adit udah ditahan."

"Om Adit lagi mabuk waktu kejadian itu."

"Hah? Mabuk?" tanya Angkasa tidak percaya

"Iya, mabuk. Om Adit memang sering ke club. Nay suka cerita sama gue. Udah sekitar 3 bulan Om Adit sering pulang dalam keadaan mabuk."

Angkasa semakin menyipitkan matanya, menyimak dengan serius penjelasan dari Calla. "Tante Anggi ngga pernah cerita apa-apa sama aku?"

Calla melempar tatapan malas pada Angkasa, "ya.. ngga semua yang terjadi sama keluarga mereka harus diceritain ke elo. Emangnya Tante Anggi anak SMA yang butuh temen curhat tiap ada problem?"

Lily Terakhir Untuk CallaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang