untitled.

1 0 0
                                    

"Hahaha.. saya paling suka tampilin lagu ini, soalnya relatable banget buat saya yang nilainya jelek terus di sekolah dan cuman pengen nikmatin hidup."

Seperti biasa, dia mengawali penampilannya dengan basa-basi singkat. Bersama dengannya, beberapa pemain harpa, piano, gitar, bahkan terompet--bukan, bukan terompet tahun baru--. Namanya Noel. Aku tidak mengenalnya secara langsung, sih, tapi aku sering datang ke restoran ini. Awalnya hanya untuk makan ravioli mereka--yang katanya paling enak di kota--, tapi ternyata, Noel lebih menarik perhatianku dan menggantikan tujuan utamaku datang ke sini hampir setiap hari.

Setelah sindiran bernada bercanda yang ditujukan untuk dirinya sendiri, Noel mulai bernyanyi dengan suaranya yang, menurutku, memang bagus. Kaus polo berwarna kuning, celana panjang sepinggang, dan rambut yang seperti kucing berjenis LaPerm sangat senada dengan tema restoran ini makin membuatku bertanya-tanya, apa alasanku menyukainya.

Atau karena dia selalu menikmati lagu yang dia bawakan?

Ini bukan hiperbola, tapi wajahnya memang seperti boneka porselen, apalagi dengan bibir merah mudanya yang selalu tersenyum. Kalian semua harus melihat gerakannya setiap milidetik! Aku tidak bisa menjabarkannya. Namun jelas, dia menikmati setiap tangga nada yang dia nyanyikan.

Sialan, aku jatuh cinta.

Hal yang paling gila: dia menunduk, mengajak dua pemain terompet bercanda sambil terus menyanyikan lagunya. Dadaku makin berdebar saat ia mulai turun dari panggung dan bernyanyi di antara penonton.

Apa mungkin, aku memang suka setiap lelaki yang rambutnya seperti kucing LaPerm?

Aku sudah menyukai 3.. 5.. 7.. 8 lelaki yang rambutnya seperti kucing LaPerm! Dan itu bukan petanda yang baik. Biasanya, mereka jatuh cinta terlamaku dan termenyakitkan. Namun, aku, si percaya diri yang bermodalkan mata yang menontonnya hampir setiap hari dan astrologi, yakin bahwa Noel is the one. Dia tidak akan seperti yang lain.

Saat aku berkata, alasan utamaku datang ke sini sudah berubah, aku tidak bercanda. Ravioli yang duduk di piring putihku masih utuh; aku melihat jam yang menandakan 15 menit lagi, suara Noel akan berganti dengan instrumental klasik--makanan Eropa memang lebih enak dimakan dengan musik klasik.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 10, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

On My OwnWhere stories live. Discover now