8

4 4 1
                                    

Bila memang engkau tak lagi cinta
Lebih baik engkau katakan saja
Ku relakan bila kau ingin pergi
Meninggalkan luka di dalam hati

Cukup sudah kau lukai hatiku
Yang selalu tulus mencintaimu
Ku ikhlaskan semua yang terjadi
Ku akhiri cukup sampai di sini

Pergilah engkau bersamanya
Anggaplah diriku yang tak pernah ada
Aku mohon jangan lukai hatinya
Cukup aku saja

Bila nanti engkau tak bahagia
Kembalilah pintu selalu terbuka
Namun hati takkan bisa kembali
Seperti dulu lagi

Cukup sudah kau lukai hatiku
Yang selalu tulus mencintaimu
Ku ikhlaskan semua yang terjadi
Ku akhiri cukup sampai disini

Pergilah engkau bersamanya
Anggaplah diriku yang tak pernah ada
Aku mohon jangan lukai hatinya
Cukup aku saja

Bila nanti engkau tak bahagia
Kembalilah pintu selalu terbuka
Namun hati tak kan bisa kembali
Seperti dulu lagi

Pergilah engkau bersamanya
Anggaplah diriku yang tak pernah ada

Aku mohon jangan lukai hatinya
Cukup aku saja

Bila nanti engkau tak bahagia
Kembalilah pintu selalu terbuka
Namun hati tak kan bisa kembali
Seperti dulu lagi
Aku mohon jangan lukai hatinya
Cukup aku saja

Bila nanti engkau tak bahagia
Kembalilah pintu selalu terbuka
Namun hati tak kan bisa kembali
Seperti dulu lagi
Namun hati tak kan bisa kembali
Seperti dulu lagi

"Merdu banget suaranya," bisik-bisik yang terdengar saat Byanca menyanyikan lagu yang sebenarnya ia tidak tau apa judul dari lagi itu.

Dan selama Byanca bernyanyi ada satu orang yang selalu memperhatikannya.

"Wah suara kamu lumayan bagus juga yah," puji panyanyi cafe itu.

"Makasih," balas Byanca sedikit tersipu.

"Saya pamit dulu," sambung Byanca yang hendak turun dari atas panggung.

"Iya silahkan,"

Byanca kembali duduk di tempat duduknya, dan saat ia berjalan ia tak sengaja menjatuhkan daftar menu yang ada dimeja tidak jauh dari nya.

"Sorry sorry," ucap Byanca mengambil Kertas itu.

Saat Byanca mengembalikannya, orang yang duduk dikursi itu terus saja memperhatikan dirinya dengan senyum manis namun itu membuat kedua alis Byanca bertaut.

"Kita kenal?" tanya Byanca 0ada orang itu.

Saat pertanyaan itu Byanca lontarkan, senyum yang sedari tadi merekah tiba-tiba menjadi datar. Byanca menyaksikan perubahan pada ekspresi wajah lelaki itu.

"Kamu gak kenal aku?" tanya lelaki berhoodie hijau army itu dengan memegangi dadanya.

"Enggak," jawab Byanca singkat, namun mampu menusuk hati lelaki berambut gelap itu.

Lelaki itu merasa seperti ada jarum tajam yang menusuk hatinya, lelaki itu menatap nanar gadis yang berada didepannya. Mengapa bisa Byanca tidak mengenali dirinya.

************

Sudah larut malam namun Byanca masih berada di cafe itu, dengan ditemani coklat panas yang sudah dingin karna ia diam saja.

"Cowok tadi siapa yah?" gumam Byanca saat mengingat kejadian siang tadi.

"Ko gue ngerasa gak asing sama dia,"

"Permisi Mbak," sapa seorang waiters perempuan mendekati dirinya.

"Iya Mbak?" balas Byanca.

"Maaf sebelumnya kami hendak tutup, apa mbak masih menunggu seseorang?" tanya waiters itu sopan.

"Owh, enggak Mbak. Maaf saya akan pergi," ucap Byanca yang langsung meninggalkan cafe.

Byanca berjalan menuju halte yang sepi, hanya ada beberapa yang lewat saja.

"Gue telpon Ben aja deh," gadis itu segera mengambil ponselnya dan mencari nama Ben.

"Halo Ben," sapa Byanca.

"Halo By,"

"Lo bisa jemput gue gak?" tanya Byanca.

"Lo dimana?" tanya Ben.

"Nanti gue serlok," jawab Byanca.

"Yaudah, gue otw sekarang."

Byanca segera memasukkan ponselnya kedalam saku seragamnya, tatapannya lurus pada jalanan yang nampak hanya beberapa pengendara yang lewat.

~bersambung

Dear ByancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang