"Jangan lupa koolfever, kamu kalau demam pakai koolfever udah kayak bapak-bapak meriang pakai koyo, ditempel seluruh badan."
Felix mengulaskan cengiran, menjatuhkan plester penurun panas yang tersedia di etalase ke dalam keranjang dengan kotaknya sekaligus. "Abisnya dingin, enak."
Jisung hanya menggelengkan kepala, mengabsen lagi daftar belanjaan mereka dari catatan ponselnya. "Minggu ini mau dimasakin apa?"
"Pengen mac and cheese, tapi kamu bisa masaknya nggak? Dulu kak A'im kalau buat tuh enak banget."
"Ngide banget mac and cheese, anak kosan biasa makan maklor juga." Jisung tertawa saat Felix menyikutnya, memasukkan sekotak pasta, susu, dan keju batangan ke dalam keranjang belanjaan mereka. "Apa lagi yang mau dibeli? Nggak snack micin ya, terakhir kamu sakit tenggorokan sampai nggak ngomong seharian, dikit lagi aku anter ke RS buat swab sama isolasi."
"Anjir, jahat banget pacarnya digituin," Felix tertawa. "Eh bentar, itung dulu. Jangan langsung dibawa ke kasir dulu." Dia menarik tangan Jisung yang sudah hendak melangkah ke kasir, mengeluarkan ponselnya sendiri untuk menghitung nominal belanjaan mereka dan berdecak. "Tisu sama tisu basahnya ganti merk, beli yang lagi promo aja. Kopinya juga, jangan mahal-mahal, kita anak kos! Budgetnya mesti diteken kalau mau beli jajan juga."
Jisung berkelit, sigap menjauhkan keranjang dari tangan Felix. "Udah, nggak usah ribet. Kamu mau jajan apa? Kalau cuma buat bayarin belanjaan kamu doang mah aku masih mampu, Za. Asal nggak minta jajan ke apple store aja, sih."
"Dih nggak bisa gitu, Van. Harus hemat, tau. Pengeluaran nanti pasti makin banyak, apalagi ilkom banyak beli buku referensi kan? Udah sini, kurang-kurangin aja belanjaannya, biar patungannya nggak kebanyakan."
"Sssh, udah, nggak usah riwil. Let me spoil you this one time, ok, babe? Sana ambil jajan yang kamu mau, nggak usah mikirin pengeluaran."
Felix menyerah pada akhirnya saat Jisung bersikeras menjauhkan tangannya yang berusaha mengeluarkan dan mengembalikan benda dari keranjang belanja mereka. Meski tertutup oleh masker yang dikenakannya, Jisung tahu sang kekasih merengut terus sepanjang koridor supermarket, bahkan hingga perjalanan pulang dan mereka tiba di depan pintu kos.
"Apa? Kenapa marah, hm?" Jisung mengekor Felix yang membawa seluruh belanjaan mereka, tak mengizinkan pemuda itu untuk membantu sedikit pun. "Aduh, maju amat itu bibir udah kayak Tweety."
Felix mendelik ke arahnya, menjatuhkan tasnya ke lantai. Jisung meringis saat suara gedebukan terdengar dari tas yang bertemu lantai, dekat sekali dengan kakinya.
"Kamu bawa kitab undang-undang berapa banyak?"
Felix mengendikkan bahu. "KUHP, KUHPer, sama KUHAP." Kemudian dia mulai membongkar belanjaan mereka, sepenuhnya mengabaikan Jisung. Tanda bahwa seorang Mazaya Felix Dzafino sedang sangat kesal. Kalau Jisung mengganggunya sekarang, Felix mungkin saja mengunyahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalliance [2/2] +Jilix
FanfictionKuliah itu, bagian senangnya cuma pas pengumuman keterima doang. [Demesne's Sequel ; College Life]