Hari kelulusan.
Mereka berdua berjalan di bawah cahaya bulan dan bintang, mereka berdua memakai seragam SMK mereka yang sudah hampir tidak terlihat warna aslinya. Penuh dengan coretan warna-warni dan tanda tangan teman-teman mereka, hari kelulusan baru saja terjadi beberapa jam lalu dan mereka baru kembali dari pesta makanan yang di lakukan di tempat biasa mereka dan teman-temannya lakukan, salah satu pria yang memiliki tinggi badan dari pria di sampingnya berjalan dengan kepala tertunduk.
Hari ini dia harus mengutarakan apa yang dia rasakan selama tiga tahun terakhir untuk temannya, Jeremy mengintip dari sudut matanya untuk melihat orang yang berjalan di sampingnya. Elji terlihat cantik seperti biasanya, Jeremy tidak tahu apa yang membuat matanya melihat sesuatu yang berbeda dari seorang pria yang selalu dia lihat cantik.
Jeremy berdehem, dia merasakan keringat dingin di telapak tangannya yang terkepal, dia sangat gugup meskipun sudah mengumpulkan keberanian sejak kemarin. Sudah lama dia merencanakan pengakuannya untuk Elji tapi dia masih belum cukup berani untuk mengutarakannya, namun beberapa hal membuatnya merasa jika dia tidak segera mengatakannya dia akan menyesal seumur hidup. Jeremy berhenti berjalan sehingga membuat Elji yang mengikuti di sampingnya ikut berhenti melihat Jeremy berhenti.
"Jemi?" Elji memanggil dengan bingung, dia menghadap Jeremy.
"Aku mau bilang sesuatu." Jeremy mengangkat kepalanya, dia menatap Elji dengan sangat gugup. Elji berkedip, dia tertawa kecil dan mengangguk.
"Apa itu?" Elji menunggu dengan sabar untuk mendengar apa yang akan di sampaikan Jeremy.
"Aku-" dia belum sempat menyelesaikan perkataannya ketikan ponsel milik Elji berdering cukup keras, Jeremy terkejut dengan nada dering yang asing itu. Dia cukup mengenal Elji dan sangat memperhatikan detail kecil apapun dari pria yang dia sukai, sehingga dia hafal dengan nada dering yang biasanya Elji pakai tapi kali ini dia mendengar nada dering asing yang tidak pernah di pakai Elji sampai sekarang.
Elji terkejut, dia mengambil ponselnya dengan sedikit gugup.
"Aku minta maaf, apa aku bisa mengangkat telpon ini dulu?" Elji bertanya dengan hati-hati, dia ingin menolak panggilan ini tapi melihat nama kontak yang ada di ponselnya membuat Elji enggan melakukan itu.
Jeremy terdiam, dia mengangguk dengan ringan ketika Elji bertanya untuk kedua kalinya. Dia menyaksikan Elji berjalan menjauh dan menjawab telponnya dengan ekspresi yang jarang dia lihat dari Elji, Jeremy mengambil beberapa langkah untuk mendengar apa yang di ucapkan Elji.
"Malam ini? Ah, tentu aku bisa!"
"..."
"S-sekarang juga? Tapi aku sedang bersama temanku-"
"..."
"Tidak! Tentu saja aku mau, a-aku akan segera kesana!"
"..."
"Ahh... A-aku, aku juga menyukaimu."
"..."
"O-oke, alamatnya aku kirim lewat chat ya."
Elji menutup telpon, dia berbalik dan mendekati Jeremy.
"Em, Jadi apa yang mau kamu bilang?"
Jeremy menatap Elji dengan pandangan yang sulit Elji artikan, Elji bingung karena ini pertama kalinya dia melihat ekspresi rumit dari wajah yang biasanya tanpa ekspresi Jeremy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Zone [ One Shoot ] ✓
Short StorySedikit jauh dari harapan. - Jangan terlalu berharap sama ini cerita soalnya agak geli geli gimana gitu Dasa baca nya juga (ʘ言ʘ╬) Tapi langsung aja dibaca yuk! [ Jum, 14 Oktober 2022 ] Genre : Shounen-ai Story' : @Dasdaria Status : Ending ✓