Mirae berjengit kaget saat mendengar suara pintu rumah Jay terbuka. Gadis itu segera beranjak dari sofa ruang TV dan menghampiri Jay yang datang dengan wajah masam.
"Kamu habis darimana? Pulangnya sore banget," tanya Mirae sambil menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah 5 sore.
"Lo kok disini?" tanya Jay heran.
"Mama lagi di kantor. Aku enggak ada temen. Dohee juga lagi les, jadi aku kesini aja," jawab Mirae dengan senyum lebarnya.
Jay menatap wajah Mirae tanpa ekspresi. Laki-laki itu berjalan melewati Mirae tanpa menggubris pertanyaan Mirae.
"Kamu udah makan belum? Tadi aku pesen pizza sama cola soalnya aku laper banget disini," kata Mirae. "Sisanya ada di dapur."
Jay berjalan menuju dapur dan mengambil segelas air mineral. Mirae mengikuti laki-laki itu dan duduk di kursi makan.
"Kamu kenapa, sih? Muram banget," tanya Mirae penasaran.
Jay masih bungkam. Ia menenggak air mineralnya seperti orang yang benar-benar kehausan.
"Oh, ya, tadi aku minta es batu kamu soalnya pipiku yang kepentok masih sakit," ujar Mirae.
Kepentok? Bisa-bisanya dia sembunyiin itu dan gue percaya, pikir Jay.
"Ngomong, kek, Din. Aku kayak ngomong sama pa-"
PRANG!
Tubuh Mirae membeku setelah Jay melempar gelas yang ia pakai itu ke arahnya. Gelas tersebut melesat melewati Mirae dan pecah karena menabrak tembok di belakang Mirae.
"Bisa gak lo sehari aja enggak ngomong terus?" tanya Jay dengan tatapan kesal.
Mirae terlalu kaget untuk berbicara. Rasanya ia telah membangunkan singa marah di dalam tubuh Jay. Dan ini adalah kali pertamanya ia melihat Jay semarah itu setelah sekian lama.
Mirae melihat gelas beling yang berserakan di bawahnya. Ia tidak berani bergerak sedikitpun, takut kakinya tergores.
"K-kenapa, Jay?" tanya Mirae dengan tubuh bergetar.
"Lo bohong sama gue," jawab Jay.
Alis Mirae terangkat, ia tidak mengerti apa yang dimaksud Jay barusan.
"Lo pikir lo bikin gue tenang dengan lo bilang gitu? Enggak! Lo bikin gue kesel!" omel Jay.
"B-bohong apa, Jay?" tanya Mirae.
"Memar di pipi lo."
Pupil Mirae membesar.
"Bisa-bisanya lo enggak kasih tahu yang sebenarnya ke gue," ketus Jay.
"Heeseung kasih tahu kamu?" tanya Mirae.
"Enggak penting, Rae, gue tahu darimana! Lo tuh enggak menyelesaikan apapun dengan diam-diam kayak begini, paham?" balas Jay.
Pandangan Mirae mulai memburam karena air mata. Tangisnya bisa pecah kapan saja sekarang.
"Bagus. Nangis. Lo tahu enggak siapa yang bakal nangis kalau lo kenapa-kenapa?" tanya Jay.
Mirae terdiam.
Jay menunjukkan kepalan tangannya yang terlihat memerah dan lecet.
"Gue Rae yang sedih. Gue yang nangis. Bukan lo," ucap Jay.
"Jay... Maksud Mirae bukan begitu-"
"TERUS GIMANA?" bentak Jay.
"Nunggu lo masuk ICU lagi? Iya? Nunggu lo koma lagi? Lo mikir perasaan gue dong! Lo pikir selama ini gue ngapain kalau enggak ngelindungin lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgotten || Park Jongseong (Jay) [16+]✔
Fanfiction[COMPLETED✅] Menjadi tampan dan populer tidak menjamin hidup kalian akan bahagia. Bagaimana jika kalian berteman, bahkan bersahabat, dengan seorang perempuan super ekstrovert dan terlalu lugu? Jika kalian mengalami hal ini, mungkin kalian akan paham...