Senyuman terus terukir di bibir cantik Tami. Perasaannya terasa lega berkat teleponnya dengan Rendra semalam. Pemandangan ini membuat semua penghuni kos menjadi heran. Masih jelas dalam ingatan mereka bagaimana wajah murung Tami seharian kemarin. Bahkan wanita itu juga tidak sadar jika tangannya terluka. Lalu mengapa pagi ini dia sudah sangat ceria? Pikir mereka.
"Mi, lo baik-baik aja kan?" tanya Randu sambil memperhatikan Tami dari atas sampai bawah dengan tatapan bingung yang ketara.
"Baik dong, seperti biasanya," jawab wanita itu disertai cengiran lebar, yang bagi teman-temannya terasa sangat aneh.
"Mi, perasaan kemarin yang luka tangan lo deh. Apa sebenarnya pas jatuh kepala lo juga terbentur yah?" Derby mencoba menerka-nerka apa penyebab perubahan mood Tami pagi ini yang dirasa sangat drastis dibandingkan semalam.
"Gak kok, yang luka cuma tangan aja. Terima kasih, yah." Tami menjawab pertanyaan Derby sambil mengunyah sarapan paginya. Tiba-tiba Derby berdiri dan dengan terburu-buru mencari sesuatu di kotak penyimpanan obat. Setelahnya ia terlihat meneliti beberapa obat yang seingat Tami digunakan untuk mengobati lukanya semalam.
"Lo kenapa deh?" Didam bertanya pada Derby dengan raut wajah bingung. Sudah cukup Tami berlaku aneh pagi ini, jangan ditambah dengan Derby juga. Kalau Tama dan Randu kan memang sudah aneh.
"Gue lagi cek, obat yang gue gunain semalem kadaluarsa atau gak. Kali aja itu yang bikin Tami jadi aneh," ucap pria itu polos. Sambil masih memperhatikan obat yang berada di tangannya. Ucapan Derby otomatis membuat teman-temannya memandang pria itu dengan tatapan heran. Ini orang kok yah bodoh banget. Iya kali obat kadaluarsa bikin orang jadi aneh kayak Tami, pikir Randu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gue seneng bukan karena semalam pakai obat kadaluarsa, By. Tapi karena sudah ikutin saran lo semalem. Sekali lagi terima kasih, yah." Tami mencoba meluruskan apa yang coba dipikirkan oleh Derby, membuat pria itu mengernyitkan dahinya.
"Emang gue kasih saran apa?" tanyanya dengan seraya berpikir.
"Udah ah. Ojek gue sudah nunggu di luar." Tami segera bangkit dan membereskan peralatan makannya, kemudian pergi menuju kampus, meninggalkan teman-temannya yang masih terheran-heran dengan kelakuan ajaib wanita itu. Emang gue ngomong apa yah? Pikir Derby sambil mencoba mengingat-ingat apa yang ia ucapakan pada Tami semalam.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
ChickLitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...