Bab 18

28 8 2
                                    

Vote dulu yuk!

Tami baru saja menjejakkan kakinya di lantai dapur rumah kos mereka. Ia melirik sejenak pria-pria yang tengah fokus dengan sarapannya masing-masing, sementara ia sendiri bingung akan memakan apa pagi ini, karena kebetulan tidak ada makanan apapun yang bisa ia langsung makan. Ingin membuat mie instan entah mengapa rasanya bosan. Ingin beli sarapan di luar, ia merasa malas. Akhirnya Tami memilih untuk membuat segelas teh hangat sebelum berangkat ke kampus. Mungkin diperjalanan nanti ada makanan yang bisa menggugah selera makannya.

"Lo gak makan, Mi?" tanya Derby sambil mengunyah makanannya.

"Gak nafsu," jawab Tami sekedarnya.

"Gue duluan yah," lanjutnya ketika berhasil menghabiskan teh yang ia buat dalam hitungan menit. Sementara teman-temannya hanya bisa saling pandang melihat kelakuan Tami dan memilih kembali menghabiskan sarapan mereka.

Tuh cewek tumbenan amat gak sarapan. Biasanya dia makan kayak udah gak makan seminggu, batin Tama.

Tami baru saja mendudukan dirinya di salah satu kursi di dalam kelas. Sepertinya ia datang terlalu pagi. Mata Tami menyapu sekeliling kelas, mencari teman yang bisa ia ajak menemaninya sarapan pagi ini. Namun, terlihat dari sepinya kelas yang hanya diisi oleh beberapa orang saja termasuk dirinya.

Sebuah siluet wanita yang terburu-buru masuk ke dalam kelas, membuat Tami refleks menengok. Tampak Fita berjalan dengan terburu-buru ke arahnya. "Lo belum sarapan kan?" tebak wanita itu cepat. Sementara Tami hanya bisa mengangguk dengan tatapan polosnya untuk merespon pertanyaan wanita itu yang terkesan tiba-tiba.

"Bagus. Nih lo abisin sarapan gue." Fita langsung memberikan kotak bekalnya pada Tami. Membuat wanita itu mengernyitkan dahinya dalam. Gak biasanya banget dia kasih gue makanan. Ini gak ada racunnya kan yah?

Tami nampak mengamati kotak yang diberikan Fita dengan seksama. Mencoba mencari alasan dari sikap wanita itu yang tiba-tiba baik padanya. Padahal biasanya Tami meminta cicip bekalnya saja tidak peenah diperbolehkan.

"Terus lo mau kemana?" tanyanya seraya menahan lengan Fita yang hendak pergi keluar kelas, setelah menaruh bekalnya begitu saja di meja Tami, karena temannya itu memilih diam sambil menatap Fita penuh arti.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang