Hari masih gelap untuk dikatakan pagi, tetapi Tami sudah duduk termenung di depan meja makan. Semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan hari ini. Ia menatap sekelilingnya, apartment ini bisa dibilang bersih dan segala yang ada di dalamnya sudah terisi lengkap, bahkan ketika ia berkeliling pantry tadi ia bisa menemukan berbagai makanan siap saji sudah memenuhi lemari dan juga lemari es. Menyadari hal itu membuat Tami menghela napasnya berat. "Gue nyusahin orang lagi. Padahal kan gue kabur dari rumah buat gak nyusahin orang," gumamnya dengan tatapan sendu.
Apartment yang disiapkan Rendra memang berada di dekat kampus dimana Tami seharusnya berkuliah, bisa dikatakan Rendra sudah mempeesiapkan segalanya dengan matang. Menyadari itu membuat Tami merasa bodoh karena kurang memikirkan hal ini. Seandainya tidak ada bantuan darj sepupunya itu, bisa dipastikan semua kebohongan Tami akan terbongkar dan berakhir sia-sia.
Akhirnya Tami memutuskan untuk sarapan. Setidaknya berpura-pura butuh energi juga kan. Ketika Tami baru saja menyelesaikan sarapannya, bel apartment nya berbunyi. Seperti yang ia duga, di balik pintu sudah berdiri seorang wanita tua dengan penampilan elegant namun juga terkesan dingin tengah menunggu pintu terbuka. Tami menghela napas panjang guna menenangkan hatinya yang berdetak tidak karuan. Beberapa tahun tidak bertemu dengan Sekar nyatanya beehasil membuat Tami merasakan perasaan nervous saat ini.
Dengan senyuman yang dipaksakan, Tami membuka pintu apartment dan menyapa Sekar seperti yang biasa ia lakukan. Sekar sendiri hanya membalas sapaan Tami dengan anggukan. Tidak ada pelukan hangat ataupun cium pelepas rindu yang menyatakan jika kedua orang tersebut adalah keluarga. Yah begitulah interaksi antara Tami dan Sekar dekat tapi sebenarnya jauh.
"Tante ngagetin banget. Kok gak ngabarin dulu," ucap Tami mencoba berbasa-basi. Sementara Sekar tengah mengamati sekeliling apartment.
"Kenapa saya harus kabarin kamu? Atau apa ada yang kamu sembunyikan?" Tantenyabitu memang tidak ramah pada Tami, namun pendidikan tata krama di keluarga Tami untuk selalu menghormati yang lebih tuanmasih ia pegang teguh sampai saat ini. Sehingga meakipun Sekar bersikap menyebalkan Tami selalu berhasil menjaga sikap dan ekspresinya.
"Tante ngomong apa sih? Aku gak punya waktu untuk bohong atau menyembunyikan sesuatu dari Tante. Di sini aku sibuk belajar supaya bisa bantu Papa kelola usaha keluarga seperti maunya Tante." Tami mencoba menjaga ekspresinya untuk tetap tersenyum ramah pada Sekar sementara sang Tante hanya diam dengan ekspresi datarnya.
"Baguslah kalau kamu sibuk belajar. Berarti kamu ingat jika wanita di keluarga kita harus berusaha ekstra jika masih mau dianggap di dalam keluarga. Terlebih kamu yang akan meneruskan bisnis keluarga. Akan tidak lucu jika bisnis keluarga hancur di tangan kamu." Ucapan Sekar sebenarnya terasa menyayat hati Tami. Bagaimana pun mereka adalah keluarga apakah begitu cara tantenya memberikan dukungan pada dirinya.
"Tante tenang aja. Gimana pun darah Bagaskara mengalir di aku. Jadi gak mungkin aku mempermalukan keluargaku sendiri." Masih berusaha tengang, Tami tampak menimpali ucapan Sekar dengan sopan. Namun, ekspresi Sekar justru meremehkannya.
"Oh iya? Kamu jangan sesumbar jika belum benar-benar menghandle perusahaan." Ucapan Sekar hanya ditanggapi senyuman oleh Tami. Ia paham mungkin Tantenyabitu khawatir jika ia tidak menjadi kuat ia justru akan menghancurkan apa yang sudah dibangun oleh keluarganya.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
Romanzi rosa / ChickLitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...