7

1K 119 24
                                    

There yer go🙂

.

Dua dini hari Tobio mendengar suara grusak grusuk yang mengganggu tidurnya. Lelaki manis itu mau tak mau jadi terbangun karena berisik. Ia mengucak mata dan menatap kearah ranjang Atsumu.

Tobio berdiri, ia berjalan mendekat untuk mengecek. "Kak?" Terlihat Atsumu menggigil. Si kuning gantian sakit rupanya. Meski masih sangat ngantuk, Tobio turun ke bawah untuk mencari konbini guna membeli kompresan. Namun karena semua konbini sudah tutup, Tobio mengompres Atsumu dengan cara manual, air hangat dan kain.

Ia berjalan ke almari Atsumu, mencari kaos kaki, celana panjang, dan baju hangat untuk pria itu. Tubuh pegal usai jalan-jalan dan hati yang patah tidak menghentikan Tobio untuk membantu Atsumu di masa sakitnya.

Beberapa kali Tobio menguap dan mengusak mata, tapi ia tetap menjaga Atsumu. Mengecek suhunya berulang kali. Menggosok telapak tangannya. Belum lagi kalau air hangatnya sudah dingin, Tobio harus turun untuk merebus air dan mengganti kompresan.

Dari jam 2 sampai jam 6 pagi Tobio tidak tidur. Sampai ia benar-benar tidak kuat, lelaki manis itu ketiduran selama dua jam.

Ia terbangun lagi dan melihat jarum jam menujuk angka 8, Tobio segera bersiap untuk kuliah karena akan ada kuis. Usai bersiap, si biru menatap pada Atsumu yang masih terlelap dengan tenangnya. "Kak gue tinggal dulu ya.. Cepet sembuh.." Tangannya mengelus pipi Atsumu pelan dengan tatapan sendu. Tobio pun pergi.

Karena mengorbankan jam tidurnya demi Atsumu, si blueberry jadi ketiduran di kelas dan mengikuti kuis seadanya.

.
.
.

Saat pulang, Tobio membelikan Atsumu bubur. Walau harus berputar agak jauh untuk mendapatkan bubur sore-sore. Ia khawatir dengan kondisi si kuning. Segera Tobio memantabkan langkah dan membuka kamar asrama.

Cklek

"Makasih ya udah jagain aku waktu sakit.." Ujar Atsumu pada pacar barunya yang kini tengah duduk sambil menyuapi bubur.

Saat Atsumu bangun yang ia lihat pertamakali adalah Kitashin, dia mengira kalau yang merawatnya sejak tadi adalah sang kekasih, padahal Shinsuke kebetulan saja datang saat Atsumu baru bangun.

Tobio yang sudah merawat Atsumu dari semalam hanya dapat berdiri remuk di ambang pintu. Ia melihat kearah bubur yang sudah ia cari jauh-jauh. Sia-sia.

Mereka berdua menoleh kearah pintu, Tobio masuk dan segera duduk di meja belajarnya, memunggungi dua orang itu. Ia memakan buburnya dengan banjir air mata. Sial bego kenapa harus kayak gini.

.
.
.

Tiap-tiap hari Kita main asrama Atsumu. Kadang melihat mereka suap-suapan, kadang melihat Atsumu tidur di pangkuan Kita, kadang melihat dua sejoli itu tidur siang bersama. Tidak jarang juga si Kita menginap. Terhitung satu bulan Tobio menjadi saksi kemesraan mereka jika di asrama.

Rasanya sakit. Sudah selama itu tapi hatinya masih belum bisa melepaskan Atsumu. Mungkin karena hubungan mereka tidak pernah benar-benar dimulai, maka sampai kapanpun ini belum berkahir bagi keduanya.

Dari pada menjadi obat nyamuk seperti hari-hari sebelumnya Tobio memutuskan untuk pergi jalan-jalan. Ia mendatangi sebuah taman dengan danau dan jembatan. Langit sudah gelap dan taman telah sepi. Tobio berjalan seorang diri ke tengah jembatan dan melihat danau.

Gimana caranya ngeluarin lo dari otak gue..

Gue capek kayak gini terus.

Ngebadutin hubungan orang.

Tobio meremat rambutnya.

.

"Kemana aja lo?" Tanya Atsumu.

"Ngga dari mana-mana." Tobio naik ke atas kasur dan menarik selimut. Pikirannya runyam, hatinya kacau, satu-satunya hal yang ingin dia lakukan sekarang adalah menangis.

"Gue tanya dari mana lo? Habis jalan sama Wakatoshi?!"

Tobio mendecakkan bibir. "Kalo iya emangnya kenapa?!" Bohongnya.

"Ya gak boleh lah!" Atsumu menarik selimut Tobio.

Kesal dengan perlakuan Atsumu, Tobio bangkit berdiri. "Kenapa?! Lo boleh punya pacar sedangkan gue ga boleh gitu?!" Air matanya jadi tumpah di depan mata si pirang.

Atsumu terdiam.

"Lo boleh bahagia sama pacar lo, sedangkan gue ga boleh.." Suara Tobio memelan. "Gue suka sama lo kak.. Gue tau harusnya ga terlibat perasaan sama lo.. Tapi hati ga bisa segampang itu buat diatur.. dan kalo suruh milih pun gue juga ga mau gini.." Tobio duduk lemas di pinggir ranjang sambil sesenggukan.

Kata orang, confess adalah cara jitu agar cepat melupakan, karena itu, dia ingin mencobanya. "Kita udah selesai kan detik lo punya pacar? So please.. Kalo lo udah bahagia sama pacar lo, gue juga mau bahagia walau bukan sama lo.."

Atsumu tertegun di tempat ia berdiri. "Bi.. Maaf.."

"Gak." Tobio mendorong Atsumu. "Gue ga butuh rasa kasihan dan maaf lo.."

Si raven menarik selimut lantas membelakangi Atsumu.

"Bi.." Atsumu naik keatas ranjang, mengabaikan rintihan yang lebih muda  dirinya tetap memeluk dari belakang. "Kalo lo suka sama gue, kita bisa kayak dulu.."

"Kayak dulu apa maksud lo? Lo cuman make gue doang kak.. Gue cuman jadi selingan lo.." Tobio sesenggukan.

"Ngga Bi, ngga gitu.." Atsumu membalik tubuh Tobio agar menghadapnya. "Ga tau kenapa gue ga suka setiap lo jauh dari gue, gue ga suka ngeliat lo sama cowo lain.. Dan gue juga ga nganggep lo selingan.."

Tangan Atsumu membelai pipi yang lebih muda, sesekali mengecupi wajahnya.

Napas Tobio tersenggal. "Kalo gitu.. Antara kak Kita sama gue.. Siapa yang lo pilih.."

Atsumu mengelus pipi Tobio kemudian memeluknya. "Gue ga bisa milih.. Shinsuke pacar gue Bi, gue sayang banget sama dia, gue juga udah suka dia dari lama—"

"Oke.." Tobio mundur dari pelukan Atsumu.

"Bio.."

"Kak Kita bakal sedih banget kalo tau pacarnya kayak gini ke orang lain. Lo jaga baik-baik kak Kita. Lo sayang kan sama dia?" Tobio menarik napas. "Gue ga pernah mau dijadiin pilihan buat orang yang gue sayang, gue yakin kak Kita juga gitu.."


FWB! (AtsuKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang