Bab 35

20 4 1
                                    

Keadaan Tama nampak audah membaik, begitu juga dengan hubungannya dengan Tami. Ia dan Tami kini sudah mulai membiasakan diri untuk menyapa ataupun mengobrol dengan wanita satu-satunya di kos itu. Tetapi ada satu hal yang masih Tama tidak mengerti. Mengapa dari segala wanita yang ada di dekatnya hanya Tami saja yang bisa menjadinpengusir mimpi buruknya.

Sebenarnya kejadian ia bermimpi buruk tempo hari bukanlah yang pertama. Hampir setiap malam Tama selalu bermimpi buruk semenjak kepergian sang Ibu. Bahkan dulu walaupun ada sang ayah yang menemaninya tidur, mimpi buruk itu tetap saja berhasil menghantuinya dan membuat tidurnya tidak nyeyak. Tetapi kenapa ketika ia menggenggam tangan Tami mimpi itu seolah hilang dan baru kali itu lah Tama bisa tertidur dengan lelap.

Tama sejujurnya Tama tidak tahu apa yang Tami lakukan sehingga bisa mengusir mimpi buruknya itu. Tapi satu hal yang Tama tahu, degup jantungnya kini bekerja lebih cepat ketika ia berada di dekat wanita itu.

Seperti saat ini, ia dan Tami tengah menonton televisi. Hal yang sebenarnya biasa saja tetapi namun bisa membuat Tama memandang Tami tanpa terputus. Seakan tayangan acara musik di hadapannya tidak menarik padahal acara itu yang selalu Tama tonton. Mata Tama seolah malas untuk bergerak memperhatikan hal lain saat ini.

"Tam, gue ke luar bentar yah." Tami tiba-tiba berdiri dari duduknya. Membuat Tama juga mengikuti ke mana gerak wanita itu.

"Ke mana?" tanya Tama penasaran. Saat itu hari sudah menjelang sore, bahkan Tami baru saja kembali pulang bekerja dari kafe.

"Cari makanan atau cemilan kali," jawab Tami sambil berlalu menuju ke kamarnya untuk mengambil dompet dan juga ponselnya.

Ketika Tami keluar dari kamar, ia hanya memandang Tama dengan alis bertaut. "Yuk," ucap pria itu sambil berlalu mendahului Tami menuju pintu keluar kos.

"Lo mau ke mana?" tanya Tami heran ketika melihat Tama juga akan pergi ke luar. Apa lagi jika mendengar ucapan pria itu yang pendek-pendek dan bermakna tidak jelas. Yuk? Yuk ke mana coba? Pikirnya.

"Nemenin lo." Tuh kan pria itu menjawab dengan kata pendek pendek. Apa itu tadi jawabannya? Nemenin gue? Senak kapan dia bisa sedeket ini sama gue?

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang