3

692 62 4
                                    

Gun mungkin terbiasa dengan bullyian Oab setiap harinya, tapi hanya Oab. namun kini satu sekolah memandangnya dengan tatapan yang berbeda sejak kata Pelacur yang diungkapkan Oab untuk dirinya pagi tadi. teman-teman sekelasnya bahkan memandangnya dengan tatapan yang berbeda dari biasanya, ada yang takut, ada yang menamdang merendahkan, ada yang memandang dengan jijik , ada yang berbisik-bisik sembari menunjuknya, bahkan ada yang menggodanya.

Gun tidak sanggup lagi, dia ingin lari saja rasanya, ingin  pergi jauh, ketempat yang tidak ada siapa-siapa lagi, ketempat yang tidak ada orang yang memandangnya degan tatapan yang membuatnya seakan dikecam habis-habisan. 

Oab dan gengnya memasuki kelas Gun, dengan cepat matanya mencari keberadaan Gun. untung Gun duduk paling pojok belakang, dan tubuhnya yang mungil membuatnya dengan muda terhalang tubuh tinggi teman-temannya yang lain.

Gun mendongkak begitu ia menyadari keheningan menyelimuti kelasnya, dan begitu mengetahui penyebab kehiningan itu, Gun menciut, ingin rasanya Gun melorot saja kelantai terus melorot hingga di telan bumi, namun sayang untuk bersembunyi ke kolong mejapun tak bisa Gun laksanakan, entah Gun yang sial, atau memang Oab yang terlalu bernapsu untuk mencarinya, matanya dan mata Oab bertemu begitu cepat.

Gun meneguk kasar savilanya hingga berbunyi -glek-. matanya masih setia menatap Oab yang berjalan perlahan mendekatinya, sedangkan anggota geng Oab lainnya hanya berdiri didepan kelas menunggu perintah Oab.

"ayo kekantin" ajak Oab sembari mengulurkan tangannya. mendengar itu sontak saja mata Gun membola sempurna, bukan hanya Gun, teman-teman sekelas Gun juga ikut terkejut mendengarnya. yang benar sajalah Oab, tadi pagi baru saja mencaci maki Gun didepan satu sekolah, sekarang malah mengajak Gun ke kantin, apa dia benar-benar bertobat?. tidak mungkin.

Gun menatap uluran tangan Oab yang terbuka lebar didepannya. "ayo ke kantin!" ajak Oab lagi kali ini dengan nada yang tak sabaran, Oab menggerakan jemarinya seakan memaksa Gun untuk cepat meraih tangannya. 

Oab mendengus kesal melihat Gun yang masih saja diam menatap tangannya, kemudian dengan kasar Oab menyambar tangan Gun, genggamannya di tangan Gun mengencang sembari di tariknya tubuh Gun hingga berdiri.

"sepertinya kau memang suka bermain kasar" kata Oab sembari menyeret Gun keluar kelas. tidak dihindari, semua mata tertuju pada dua remaja itu, dua remaja yang kini bergandengan tangan berjalan menyusuri koridor sekolah (Oab saja yang menggandeng Gun). semua menatap terkejut, kemudian Gun mulai mendengar dengungan-dengungan yang sangat tidak ingin didengarnya. dengungan itu menyiksa telinganya, menyakiti hatinya, melemaskan raganya. 

"phi Oab, semuanya melihat kita" kata Gun dengan suara pelan. bukan apa-apa, Gun sengaja mengatakan itu berharap Oab malu berjalan dengannya dan akhirnya membiarkannya pergi. namun kali ini Gun salah besar, mendengar itu bukannya Oab melepaskannya, cowok itu malah menariknya untuk semakin mendekati tubuh Oab, dan dengan lengan kekarnya Oab memeluk Gun erat kemudia berbisik.

"tidak apa, biar mereka tahu, kalau kamu sekarang adalah pelacurku" kata Oab tepat ketelinga Gun, hangat napasnya sempat membuat Gun bergidik geli, namun kata-katanya yang kurang ajar itu membalikkan Gun pada kenyataan.

"Gun bukan pelacur!" Bantah Gun sembari mencoba melepaskan diri.

"phi lepaskan, lepaskan Gun!!" entah sejak kapan Gun menangis, tapi yang Oab tahu air mata cowok dipelukannya itu telah menetes membasahi tangannya. Oab menghentikan langkahnya, ditatapnya Gun tepat ke mata remaja itu. Oab terhipnotis oniks coklat terang itu untuk beberapa detik. 

"phi Oab lepaskan Gun, Gun bukan pelacur!!" gerakan memberontak Gun melempar Oab kembali kedunia nyata, Oab menggeleng, lalu mengerjab beberapa kali, memastikan dirinya tidak mungkin jatuh pada remaja menyedihkan itu.

K E Y B O A R D [offgun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang