15. Gengsi
Happy reading buat kamu yang setia sama cerita Beeilla💗💗💗💗
******
Elang menatap wajah perempuan yang kini genap tiga bulan menjadi istrinya. Perempuan dengan wajah damai nan polos itu terlelap seperti tanpa beban. Perut yang kian membuncit, membuat kesan tubuh kecil itu kini mulai tumbuh membesar mengikuti usia kehamilannya.
Lelaki berbaju kaos hitam menutup pelan pintu kamar Aluna. Dia, berjalan ke arah sofa single, mendudukan tubuhnya. Lalu mata hitam tajamnya menatap ke arah atap apartemen. Sudah hampir tiga bulan semenjak kepergian Kiara, perempuan itu tidak pernah menghubungi dirinya lagi. Kepergian kala itu benar benar seperti perpisahan terakhir bagi Elang. Sudah berkali kali mencari cara agar bisa berkomunukasi kembali hasilnya tetap nihil.
Seperti malam ini, dia, Elang baru saja pulang dari perusahaan milik keluarganya. Sudah lima hari secara berturut turun dia datang hadir mengikuti jam meeting menggantikan Pak Rangga--ayahnya. Bukan hal serta karena keinginan dia untuk datang apa lagi ikut jam meeting bersama vendor besar, melainkan terpaksa ikut sebab, bu Yuli--ibunya memaksa dan mengingat tanggung jawab menjadi suami.
Dia menatap layar handphone yang tergenggam sedikit kasar. Melihat salah satu aplikasi yang mungkin akan ada pesan masuk dari perempuan tercinta, Kiara. Dia mengerang kasar, melempar asal handphone lalu mengusap wajah dengan kasar.
Tidur yang terusik membuat tidur Aluna terganggu, dengan pergerakan pelan, Aluna membuka pelan pintu kamar yang sudah tertutup rapat. Dari jarak yang tidak jauh, ada Elang sedang memijat pelan pelipis dengan tangannya.
"Sudah pulang kak?" Elang menoleh ke Aluna yang sudah berdiri di ambang pintu kamar. Hanya sekilas, Elang kembali dengan posisi menunduk kembali memijat pelipisnya.
Aluna yang sudah menunggu sejak sore tadi dengan hidangan makan malam yang lezat, tidak membuang kesempatan melihat Elang yang sudah pulang. Dia mengambil nasi hangat dan meletakan beberapa lauk di sebelah nasi, niat mengambilkan makan malam. Setelah itu, dia berjalan mendekati Elang. Duduk di sebelah bawah sofa, menyodorkan piring ke arah atas. Elang yang melihat piring berjalan pas di sebelah wajahnya menatap galak ke arah Aluna.
"Gue gak mau" tolak Elang tanpa menatap ke arah piring.
"Tapi aku sudah buat ini khusus buat kakak" ungkap Aluna berharap Elang merubah pikirannya.
"Gue gak minta" herdik Elang beranjak masuk ke dalam kamar meninggalkan Aluna yang kini menatap ke arah hidangan yang sudah dia ambil untuk sang suami.
"Padahal aku udah ikutin perkataan mama" tutur Aluna pada dirinya. Dia beranjak dari tempat duduknya, menaruh kembali hidangan tersebut di atas meja. Tangan mungilnya mengambil dua buah anggur yang tadi pagi dia beli di market bawah apartemen. Dengan langkah pelan, dan salah satu tangan mengusap perut buncit, Aluna kembali masuk ke dalam kamar, menutup dan menguncinya.
Di lain sisi, Elang mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu. Dia berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Air yang mengenai kepalanya saat ini, membuat tubuh kembali segar. Hampir dua puluh menit dia berada di sana, dengan wajah segar dan bertelanjang dada, dengan handuk di pundak, Elang berjalan ke arah kulkas membuka sekaleng soda, hanya beberapa tegukan, kaleng itu sudah terpanjang rapi di tempat sampah dengan posisi asal.
Suatu kecil terdengar dari perut rata Elang, dia mengusapnya dengan pelan "laper banget" keluh Elang mengingat terakhir kali makanan masuk ke perut, saat pagi tadi. Itupun hanya dua potong roti tawar yang di oles dengan selai kacang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH ALUNA (tahap revisi)
JugendliteraturFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! **** Pernikahan yang tidak pernah di pikirkan oleh Elang, Pernikahan dini karena sebuah kesalahan fatal yang di lakukan olehnya. Menikahi gadis yang selalu menjadi bahan bullyan di sekolah adalah hal yang paling memal...