𝟏𝟗: Forced To Beautify Self

875 145 2
                                    

Setelah pertengkaran mereka di pinggir jalan, Jimin langsung membawa Rosé dengan paksa ke cafe yang jaraknya tak terlalu jauh dari jangkauan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pertengkaran mereka di pinggir jalan, Jimin langsung membawa Rosé dengan paksa ke cafe yang jaraknya tak terlalu jauh dari jangkauan mereka.
Wanita itu tak henti-hentinya mengomel sambil mengernyit karena suaminya tak menuruti permintaannya.

"Sepertinya aku membencimu, Jim!" Kata Rosé sambil menarik kursi dengan kasar, kemudian ia duduk dan memberikan tatapan tajam pada Jimin yang duduk di depannya, tetapi dibatasi oleh meja kaca bundar diantara mereka.

Jimin yang mendengar jelas dan melihat sepasang manik cokelat kehitaman yang telah mengintimidasinya, ia menyeringai tipis sebelum berkata. "Itu tak akan lama, Rosé. Ku pastikan itu!"

Rosé tersenyum miring, meremehkan perkataan Jimin. "Kita lihat saja nanti." Jedanya. "Dasar pria otoriter!"

Jimin kembali menyeringai, mengabaikan makian istrinya dan lebih memilih memanggil pelayan untuk memesan 2 cangkir espresso kental.

Tak ada obrolan sepatah katapun diantara mereka sejak pelayan cafe berpamitan untuk membuat pesanan mereka. Bahkan Rosé sendiri terus saja membuang muka ke arah luar jendela, melihat orang-orang yang berlalu lalang di pinggir jalan kota yang memiliki julukan The Smoke itu. Sedangkan Jimin sendiri, dengan sorot manik hitamnya ia mengamati gerak-gerik Rosé yang masih mengernyit sambil bersedekap dan mengetuk-ngetuk ujung sepatunya.

"Maaf jika aku membuatmu kesal." Ujar Jimin sungguh-sungguh, membuka pembicaraan terlebih dahulu.

"Kau sering membuatku kesal!" Seru Rosé yang mengalihkan pandangannya ke arah Jimin. "Kau selalu memaksaku mengikuti keinginanmu. Jangan harap aku bisa menyukaimu dengan sikap burukmu itu!"

"Aku punya alasan mengapa aku terus memaksamu, Rosé." Kata Jimin datar sambil menyesap espresso nya, setelah sebelumnya beberapa detik yang lalu seorang pelayan mengantarkan pesanannya. "Dan tentu saja, setelah kau membenciku, seiringnya waktu kau akan menyukaiku kemudian mencintaiku. Aku yakin itu. Perhitunganku tak pernah salah, bukan?"

Rosé tersenyum sinis, lalu ia berkata.
"Jangan terlalu percaya diri."

"Aku selalu percaya diri dalam segala hal."

"Dan terlalu otoriter." Rosé menambahkan ketika Jimin mengamatinya dengan senyum tipis yang sungguh menjengkelkan. "Mengapa kau selalu memaksaku?"

"Bukankah sudah pernah ku katakan padamu, bahwa aku akan menghapus masa lalumu dan menggantinya dengan masa depan, tentunya denganku." Lantas Jimin menghela napas sebelum ia melanjutkan kalimatnya. Berdebat dengan istrinya sungguh membuatnya lelah.
"Aku harus membuatmu tetap terjaga bagaimanapun caranya."

"Termasuk memaksaku meminum espresso ini?"

"Tentu saja." Jawab Jimin santai tanpa rasa bersalah.

"Simpan saja espresso sialan itu, Jim!" Sahut Rosé tak sabaran. "Carikan saja bantal untukku dan aku akan tertidur sekarang juga dengan kepala di meja ini."

TOUCHING YOUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang