Setelah kejadian pertengkaran tempo hari, baik Sabira maupun Sabian sudah kembali damai seperti semula. Hari ini adalah hari Minggu, yang biasanya setiap hari Minggu Sabian menemani Sabira untuk jalan-jalan, seperti sekedar makan diluar atau ke Rawrmedia.
Sabira yang sudah rapih dengan pakaian jalannya, ia melangkah berjalan dengan semangatnya menuju kamar Sabian. Tak perlu pikir panjang, Sabira langsung mengetuk pintu kamar Sabian.
Tok!
Tok!
Tok!
Sabian muncul saat ketukan pintu ketiga. Sabian yang sudah berpakaian rapih juga membuat Sabira mengeluarkan senyum bahagianya. "Cie rapih banget! Semangat banget mau nemenin aku jalan, biasanya aku masuk ke kamar abang masih tidur." Kata Sabira sambil menaik-turunkan alisnya, namun sedikit mengerucutkan bibirnya pura-pura sedih.
Sabian yang mendapat pernyataan dari adiknya pun mengernyit bingung. "Hah?"
Sabira yang tadinya masih menaik-turunkan alisnya pun terhenti. "Hah?" Alisnya ikut mengerutkan seperti Sabian.
Sabian terkekeh pelan, pasti adiknya salah paham. "Gue nggak bisa nemenin lo dulu. Mau nemenin Kayira dulu. Mau nonton di bioskop, katanya."
"Kayira siapa, tuh?" Tanya Sabira dan di selingi nada menggodanya, bukan menggoda sejenis merayu, namun lebih ke menjahili abangnya tersebut.
"Gebetan gue." Jawab Sabian sembari menaik-turun alisnya bangga. Sabira hanya menjawab dengan membentuk bibir menjadi O.
"Tapi temenin aku sebent-"
Drrtt!
Drrtt!
"Biy. Kayira udah nelepon, duluan!" Ucapnya sembari keluar rumah mewah Pahlevi dengan girangnya.
Minggu ini Sabian tidak bisa menemani Sabira. Ia ingin menemani Kayira nonton, katanya. Biasanya mau sesibuk apapun Sabian, pasti akan bisa meluangkan waktu untuk dirinya.
Sabira yang terlanjur suasana hatinya buruk pun langsung memasuki kamar kembali. Ia membanting dirinya di kasur. Sudah empat kali terhitung Sabira menghela napasnya, bahkan mengguling-gulingkan tubuhnya di kasur pun sudah ia lakukan.
"Bosen. Telepon Lili aja kali, ya?" monolognya pada diri sendiri.
Sabira mengambil ponselnya yang berada di atas lemarinya, ia membuka aplikasi WhatsApp lalu mencari kontak 'Lili' setelahnya Sabira menekan tombol telepon.
"Hoaam! Kenapa, Biy?"
"Ih, Lili! Lo jam segini masih tidur?!" Tanyanya sembari membelakkan matanya, pasalnya sekarang ini pukul setengah dua belas siang.
Mengapa Sabira tidak pernah memakai bahasa gua-lo pada Sabian? Karena menurut Sabira tidak etis memakai gue-lo pada orang yang lebih tua, sekalipun pada abangnya yang sedarah.
"Hhmmhm orang masih jam tujuh pagi!" Ucap Lili. Sabira yakin saat ini Lili masih melindur dan tengah berkutat pada selimutnya.
"JAM SETENGAH DUA BELAS, LILI!" Teriak Sabira yang diberi tawa renyah diakhir, teriakan itu sukses membuat Lili terkejut.
"Biya! Kaget tau gue! Jadi bangun kan mata gue nya, emang lo kenapa? Biasanya lo jam segini masih jalan deh sama abang lo tiap minggu?" Tanya Lili dengan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Me Up!
Teen Fiction"Kalian semestanya Sabira, tapi kalo semestanya Sabira hancur gimana bisa Bira bertahan?" Sabira Abdias Pahlevi yang terasa hampa, rapuh dan hancur ketika mengingat keluarganya tak sehangat dulu. Keluarga Pahlevi, keluarga yang dulunya dilanda kebah...