Bab 16

161 17 0
                                    

Taery tidak mengerti dengan Yoongi. Padahal lima menit yang lalu, dia mengatakan ingin memborgol Taery dan mengurungnya di dalam kamar untuk Yoongi.Tidak rela Taery pergi dengan Jimin.

Tapi kini malah sebaliknya. Taery sedang duduk di mobil dengan Jimin.
Entah mau dibawa ke mana lagi.

Masih kesal dengan Jimin yang tiba-tiba pergi dan meninggalkan notes kecil. Tapi Taery tidak akan membahas soal itu. Toh Taery sendiri yang uring-uringan meminta laki-laki yang juga diam menyetir di sampingnya ini untuk meninggalkannya.

"Mau kemana?" Akhirnya Taery membuka suara setelah menghela napas sebelumnya.

Sebenarnya Taery ingin diam saja. Akan tetapi, rasanya aneh. Jimin bukan laki-laki yang betah diam saja jika bersama Taery.

Kini dia hanya membisu. Fokus mengemudi. Bahkan melirik pada Taery saja tidak. Bukan seperti Jimin yang selalu hangat pada Taery apapun situasinya.
Taery sampai harus merapatkan jaket yang dia pakai—Yoongi yang meminjamkan.

Sikap Jimin dingin sekali. Asing. Bahkan sudah 5 detik, Jimin tidak menjawab pertanyaan Taery.

Sudah 10 detik ketika akhirnya Taery memutuskan untuk membuang muka keluar jendela. Jimin masih tidak menjawab. Lucu sekali. Bahkan tiap detiknya Taery menghitung. Entah harus sebanyak apa dia menghitung waktu yang dia habiskan bersama Jimin di dalam mobil.

Rasanya ingin berteriak meminta Jimin menghentikan mobil dan menurunkannya. Ia bisa menghubungi Yoongi dan meminta laki-laki itu untuk menjemputnya. Yakin 100% Yoongi akan datang padanya.

Tadi, sebelum pergi dengan Jimin, Yoongi mengatakan agar Taery segera menghubunginya jika terjadi sesuatu.

Taery semakin tidak nyaman. Seolah Jimin tengah marah padanya sampai mengunci mulut, tidak mau berbicara pada Taery. Kondisi seperti ini yang tidak Taery suka. Seolah ia melakukan kesalahan yang begitu besar pada Jimin.

Oke, dia memang bersalah. Seolah mempermainkan Jimin. Akan tetapi, bukan sepenuhnya salahnya. Jimin sendiri yang mau bertindak bodoh seperti ini. Seperti rela diperalat untuk keuntungan Taery.
Katanya bisa menjadi penurut dan menghancurkan Taery. Demi Taery. Agar tidak bosan.

Bodoh. They're both moron. Satu sama. Mereka saling menyakiti.

Tidak betah, Taery kembali memalingkan wajahnya pada Jimin. Laki-laki itu masih diam dengan wajah dinginnya. "Kalau kamu masih diam dan tidak mau bicara denganku—ah, aku yakin kau juga muak denganku kan? Kalau begitu—"

"Temani aku ke pantai ya?"
Tiba-tiba berbicara. Memotong perkataan Taery. Bahkan nada bicaranya lembut sekali. Sudah mau menoleh. Menatap Taery tepat di manik mata.

Taery bisa tahu bagaimana Jimin begitu menyayanginya lewat tatapan itu.
Sempat merasa khawatir Jimin berubah. Nyatanya sampai detik ini belum. Dengan lembut meminta persetujuan Taery menuju pantai.

"Sudah sampai sini. Aku tidak bisa menolaknya," balas Taery.

Jimin mengangguk. Taery benar. Dia tidak akan bisa menolaknya. Mereka sudah sejauh ini. Hampir sampai di pantai.
Kembali diam. Taery semakin muak. Menghela napas berkali-kali dengan kasar.

"Kau tidak suka pergi bersamaku?" tanya Jimin. Tiba-tiba saja topiknya menjadi berat.

Taery sampai gelagapan. Bingung. Dia harus memberikan jawaban seperti apa?
Jimin seolah sedang menguji.

Jawaban Taery bisa saja benar dan salah. Dia kesal bukan karena dia bersama Jimin, namun kondisi mereka yang tidak bisa dibilang baik-baik saja.

"Kau pikir aku dan kamu baik-baik saja?" Taery balas bertanya.

DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang