Waktu terus berjalan, hingga kehamilan lisa sudah memasuki bulan yg ke 9 di mana anak yg di kandungan itu akan segera hadir menginjakkan kaki di dunia.
Sejak kejadian di malam itu, bu sitti tak selalu lepas pengawasannya ke pada bu lisa.Tepat di malam selasa, bu lisa merasakan sakit di bagian perutnya.
Shinta pun bergegas memanggil neneknya, setelah memanggil neneknya dia segera mencari ojek untuk mengabarkan ke pada bapaknya dengan cara menelpon nya di wartel dekat rumah, karena pada saat itu jaman belum canggih, telpon genggam pun belum ada.Mendengar kabar dari anaknya, pak bahmid pun meminta izin kepada atasannya dan segera pulang.
Setiba nya di rumah, pak bahmid melihat bu lisa yg di dampingi oleh ibu mertua dan juga seorang bidan.Nafas pak bahmid memburu, jantungnya berdebar kencang. Dia terus berdoa dalam hati agar di berikan keselamatan utk anak dan istrinya itu.
Air ketuban pun pecah, menandakan sebentar lagi persalinan itu di mulai.
Bidan pun mulai memberikan instruksi kepada bu lisa,.
Dengan gelisah pak bahmid terus berdoa kepada sang pencipta.Tiba tiba langit menggelegar, menandakan bahwa akan turun hujan di sertai dengan angin kencang.
Perasaan bu sitti pun mulai tidak enak.
Iya pun berkata pada pak bahmid.
"Nak, jangan putus berdoa yah, ibu merasa akan ada sesuatu yg datang" ucap bu sitti terlihat khawatir.Mendengar ucapan mertuanya, pak bahmid membelalakkan matanya dan seakan mengerti, dia pun bergegas ke ruang tamu sembari duduk di sofa.
Sedangkan bu sitti mencoba memberikan semangat kepada anaknya dan melantunkan doa doa suci al-quran.
Di antara proses persalinan yg dia alami, dia merasa saat ini lah yg paling menyakitkan.Shinta pun melihat ibunya yg menahan sakit mulai meneteskan air mata, sedangkan sandri yg sedari tadi menemani andira utk tidur, mendengar suara teriakan ibu tercintanya dia hanya bisa berdoa untuk keselamatan ibu dan calon adiknya.
Pak bahmid yg duduk gelisah di kursi sofa ruang tamu, tiba tiba merasakan hawa di rumah berubah secara tiba tiba, di barengi dengan turunnya hujan yg begitu derat di sertai angin kencang, dan gemuruh guntur yg menggelegar.
Di sisi lain, bu lisa sangat lemas keringat bercucuran membasahi wajarnya dengan raut wajah yg mulai pucat.
Bu sitti pun mulai meneteskan air matanya sambil terus berdoa kepada sang maha kuasa.30 menit berlalu,seakan bayi yg ada di kandungan bu lisa itu tak mau keluar.
Membuat bu lisa semakin lemah karena sedari tadi berkeras agar bayi yg di kandungannya keluar.
Tetapi tetap saja bayi itu belum keluar.Bu lisa pun semakin lemah, penglihatannya mulai kabur, suara suara yg di sekitarnya pun iya mulai tak mendengarkan, semakin lama suara suara itu semakin kecil
Penglihatannya pun mulai gelap, semakin gelap,dan gelap.Bidan yang melihat kondisi bu lisa mulai panik dan coba memerika bu lisa, bu sitti pun ikut panik, tangisan shinta semakin menjadi jadi.
Pak bahmid yg berada di ruang tengah, merasakan bulu kuduk nya berdiri, dia paham akan apa yg dia rasakan.
Di tengah kepanikan nya akan istrinya, dada pak bahmid semakin berdebar kencang bukan karena takut oleh apa yg di rasakannya melainkan emosinya yg mulai meluap luap mengingat apa yg pernah terjadi pada istrinya saat bu sitti menceritakan kejadian malam itu.Dengan muka memerah pak bahmid menatap pintu utama rumah yg memang terbuka lebar itu, seakan tahu akan ada yg datang.
Tak lama di depan itu muncul asap hitam tebal yg lama kelamaan menjadi sosok hitam yg pernah mengganggu bu lisa.
Tidak hanya satu, melainkan 5 sosok.
Dan mereka mempunyai wujud yg berbeda beda.Pak bahmid geram dan berdiri menatap sosok itu.
"Mau apa kalian?" Ucap pak bahmid dgn sorot mata marah.
"Kami datang, ingin mengambil anak yg tak di inginkan oleh ibunya itu" ucap salah satu sosok yg berdiri paling depan di antara mereka dengan seringai yg menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA