"Iya, aku sedang bekerja sekarang..." wajah mina terlihat begitu berbinar saat dia mendapat panggilan dari seseorang.
"Benarkah? Oke, nanti aku akan meminta sekretarisku untuk mencari waktu kosong agar aku bisa pergi liburan ke sana..." ucap mina terdengar semangat.
Tapi perhatian mina teralihkan saat mendengar ketukan pintu di ruang kerjanya dan seseorang tiba-tiba membuka pintunya.
"Selamat pagi, sayang..."
Jeongyeon menyapa mina dengan nada ceria saat memasuki ruang kantor mina. Mina masih saja sibuk bekerja di rumah pada sabtu pagi ini.
"Sudah dulu ya, nanti aku akan menghubungimu lagi..." mina langsung mengakhiri panggilannya dan dia tidak repot-repot membalas sapaan suaminya itu.
Matanya kembali tertuju pada monitor untuk memeriksa setiap detail yang dia butuhkan, untuk peluncuran pada bisnis fashion nya yang akan diselenggarakan dalam minggu ini.
"Sayang?" dia menatap jeongyeon sebentar dan mengangguk sebelum matanya kembali fokus pada monitor.
Jeongyeon yang melihat itu awalnya ragu-ragu untuk mendekati mina. Ia takut jika istrinya akan marah padanya, tapi saat mengingat tujuannya, keraguan itu perlahan mulai menghilang. Dia menarik napasnya dan dengan perlahan berjalan ke arah mina.
"Sayang, sarapannya sudah siap. Ayo makan..." ucap jeongyeon saat dia mencapai bagian belakang kursi kantor mina.
"Aku tidak lapar!"mina menjawab dengan nada suara begitu dingin.
"Makan saja sendiri!"tambahnya.
Jeongyeon merasa perlu untuk pergi tapi dia tidak bisa. Setiap hari adalah hari baru baginya, untuk terus berharap bahwa mungkin hari ini istrinya akan bergabung dengannya.
"Tapi sayang, kau sudah bangun sejak jam lima pagi dan kau hanya minum dua cangkir kopi. Kau tahu itu tidak bagus..."
"JEONGYEON!!!"ucapan jeongyeon terputus saat mina meneriaki namanya dan menatapnya dengan alis berkerut.
Jeongyeon terkejut...benar-benar terkejut. Ini adalah pertama kalinya mina kembali memanggil namanya lagi setelah 3 tahun terakhir saat mereka sedang berduaan.
Tapi sayangnya mina tidak memanggilnya dengan lembut seperti dulu lagi, istrinya itu malah meneriaki namanya dengan begitu keras.
Jeongyeon membiarkan mulutnya setengah terbuka dan mencoba mengendalikan nafasnya. Tiba-tiba saja air mata mulai memenuhi mata jeongyeon.
"M-maaf..." jeongyeon tergagap.
Mina merasakan betapa tindakan sederhananya bisa mempengaruhi jeongyeon, jadi dia mencoba menenangkan dirinya.
"Sudah ku bilang aku tidak lapar." kata mina dengan nada suara yang lebih tenang.
Jeongyeon dengan cepat menyeka setetes air matanya yang jatuh di wajahnya. Tentunya mina melihat itu tapi dia berpura-pura untuk tidak melihatnya.
"Maaf mina, aku hanya mengkhawatirkan mu..."
"Jangan. Aku baik-baik saja..." mina menoleh lagi untuk menghadap monitornya.
Jeongyeon menganggukkan kepalanya dan keluar dari ruangan mina. Ketika mina mendengar pintu di tutup, dia tiba-tiba merasa tercekik di dalam ruangannya itu.
Dia mematikan monitornya dan menyingkirkan keyboardnya. Menata semua folder dan kertas di depannya lalu menatap kosong ke jendela di belakang layar komputer.
.
.
.
.
."Jennie?" jeongyeon melihat jennie memasuki rumah ketika dia mencapai anak tangga terakhir.
"Hai..." jeongyeon menyambutnya dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Change (Completed)
Fanfiction"Tidak hari ini jeongyeon...tidak hari ini..." dia berkata pada dirinya sendiri. "Mungkin besok dan besoknya lagi..."