Awan mendung berkumpul menghiasi langit kota New York. Ketika Hanah menengadah ke atas, beberapa kali terlihat kilatan cahaya petir bergerak dari awan-awan kelabu itu. Untung saja pagi ini dia sempat melihat prakiraan cuaca hari ini sehingga sebuah payung sudah siap sedia di dalam tas jinjingnya. Dia pun mengambil payung lalu membukanya.
Baru dua tiga langkah keluar dari bangunan, rintik hujan itu perlahan semakin turun deras membasahi tanah. Ketika sekelilingnya dipenuhi orang-orang yang panik untuk mencari tempat berteduh, justru malah sebuah senyum lebar melengkung di wajah Hanah. Melihat hujan entah mengapa membawa ketenangan baginya.
Sesudah melewati belokan terakhir sebelum bangunan apartemennya berada, langkahnya terhenti ketika mendengar sebuah suara memanggilnya dari belakang. Sosok tetangganya yang selalu murah senyum itu membuat Hanah membalasnya dengan senyum lebar.
"Hai, Alfonsus!" sapa Hanah. Dia sedikit terkejut saat tiba-tiba Alfonsus berlari lalu berhenti tepat di bawah payungnya. Perbedaan tinggi mereka membuat Alfonsus sedikit membungkukkan badannya.
"Biar aku yang pegang," ucap laki-laki itu, mengambil alih gagang payung yang diserahkan secara sukarela oleh Hanah. "Untung saja kamu membawa payung. Aku hampir basah kuyup keluar dari kafe di jalan sebelumnya."
"Aku melihat prakiraan cuaca hari ini..." Hanah menoleh ke arah Alfonsus kemudian sedikit mengerutkan dahinya saat melihat ada tetesan air hujan di wajah laki-laki itu. "Wajah, tidak, kepalamu basah kena air hujan."
"Oh, ini? Nanti sekalian kukeringkan di apartemen saja," kata Alfonsus dengan nada santai.
"Nanti kamu masuk angin lho," dengkus Hanah sambil menarik beberapa lembar tissue dari dalam tasnya. Gadis itu pun mengelap beberapa tetes air hujan yang terlihat di wajah laki-laki itu.
"Hanah...?" Sekali lagi, terdengar sebuah panggilan lain dari arah belakang.
Tangan Hanah yang menggenggam tissue seketika menggantung di udara. Saat ini dadanya terasa bergemuruh secara tiba-tiba. Kedua alis gadis itu berkerut dalam, sementara bibirnya terkatup erat. Wajahnya tampak seperti menahan sesuatu yang menyakitkan.
Alfonsus menjadi orang pertama yang membalikkan badan dan berhadapan dengan orang itu. Keningnya sedikit berkerut melihat seorang laki-laki berdiri dengan sebuah payung berwana hitam membentang di atas kepalanya. "Maaf, Anda siapa ya?" tanya Alfonsus.
Laki-laki asing itu mulanya terlihat kaget namun sesudah mendengar pertanyaan Alfonsus, dia mengerjapkan kedua matanya dan ekspresi di wajahnya berubah datar. "Seharusnya aku yang bertanya. Siapa Anda?" Nada suaranya terdengar dingin.
Pada saat itulah Hanah memutuskan membalikkan tubuhnya dan menatap pemilik suara itu. Kedua matanya tampak mulai berkaca-kaca. Sama seperti setahun lalu, wajah itu masih terlihat tampan. Hanah merasa tidak mungkin baginya melupakan wajah itu. Hanya saja, saat ini pipi laki-laki itu terlihat lebih tirus membuatnya jadi bertanya apakah laki-laki itu makan dengan teratur atau tidak.
"...Sam," panggil Hanah dengan suara parau. Kedua pundaknya bergetar menahan isak tangis yang bisa pecah kapan pun saat ini.
Kini giliran Alfonsus menoleh ke arah Hanah. Dia tertegun melihat ekspresi sedih tercetak jelas di wajah Hanah. Namun, karena gadis itu terlihat mengenali laki-laki misterius itu, dia jadi mengurungkan niat mengatakan apapun. Dia hanya diam sambil menatap kedua insan itu.
***
"Apa kamu sehat-sehat saja?" Itu adalah pertanyaan pertama yang Sam lontarkan sesudah duduk diam cukup lama di sofa kecil apartemen Hanah.
Di sebelah Sam, Hanah duduk sambil menjawab dengan anggukan kepala. Kedua matanya masih terlihat memerah akibat menahan tangisnya. Tangan yang dia pangku kini diraih oleh laki-laki itu. Sama seperti dulu, telapak tangan Sam memberikan rasa hangat. Hal itu membuat jantung di dalam rongga dadanya berdebar dua kali lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Behind Marriage (Completed)
RomanceBagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa membentuk sebuah keluarga. Dengan begitu, kakek akan membuat kamu menjadi penerus satu-satunya bisnis k...