39. Asam lambung, rumah sakit dan cincin.

592 92 33
                                    

Haiii, its been a long time since aku update chapter 38, ya?! So sorry karena buat kalian nunggu lama dan terima kasih karena masih nungguin cerita ini update. Hope u guys enjoy this chapter!!! 

Happy reading! <3

***

Hari sabtu pagi yang cerah ini mendukung suasana hati gadis yang sedang berkaca memandang dirinya dengan balutan gaun putih semata kaki yang indah, rambutnya yang ditata rapi ke atas membuat punggung mulus nya terpampang indah.

"Cantik," puji laki-laki jangkung yang baru saja memasuki kamar. Laki-laki itu memeluk gadis nya dari belakang.

Sang gadis terkekeh malu, "Aku tahu, makasih udah puji aku, Mas."

Mereka saling pandang melalui kaca dengan pandangan memuja satu sama lain.

"Ness,"

"Hmm?"

"Aku sayang kamu, banget."

Vaness membalikkan tubuhnya, mendongak menatap mata indah milik Natan. Secepat kilat Vaness menjatuhkan bibir nya di atas bibir milik Natan, "Aku juga sayang kamu, Mas," Natan membeku karena kecupan kilat dari Vaness.

"Udah ah, jangan bujuk aku, aku masih sebel dilangkahin lagi, mana Dede lagi yang ngelangkahin aku."

Natann tertawa pelan melihat ekspresi kesal campur sedih yang Vaness tunjukkan, "Makasih, sayang."

Vaness selalu suka kata makasih dibanding kata maaf. Dia menerima ucapan terimakasih Natan. Vaness tahu, itu sebuah ucapan terimakasih untuk Vaness yang masih tetap bersama Natan dan merelakan mimpi nya untuk menikah muda. Sesuai kesepakatan, mereka akan menikah setelah Natan menyelesaikan masa residen nya. Vaness pun melanjutkan pendidikan magister psikologi forensik karena itu pun menjadi salah satu keinginan nya, dulu dia berencana akan lanjut s2 setelah menikah tapi karena kesepakatannya dengan Natan jadilah dia melanjutkan studi s2 nya setelah lulus s1.

"Sama—"

"Malah peluk-pelukan ini berdua. Ayo buruan ke kamar Vanna, kita mau di foto dulu!" Virgi dan anak nya memasuki kamar dan langsung mengoceh. Kalian tidak salah baca, Virgi dengan anaknya. Dia sudah punya anak dan saat ini sedang kembali mengandung.

Mereka pun mengikuti Virgi dan anak nya yang sudah berjalan lebih dulu. Sesampainya di kamar hotel yang ditempati Vanna sejak dua hari yang lalu—ngomong-ngomong hanya berjarak satu kamar dari kamar Natan dan Vaness—di dalam kamar itu sudah ada Ayah Geo dan Bunda Lena yang tampak serasi berdiri di samping kanan dan kiri putri bungsu nya, Rivanna, yang sedang tersenyum bahagia ke arah kamera. Gaun putih elegan yang didesain terbuka di bagian bahu dan punggung ditambah dengan ekor gaun yang panjang membalut tubuh mungil gadis itu.

"Mas Natan, sini foto sama Dede!" ajakan Vanna itu membuat Vaness hampir menangis. Sangat jarang Vanna memanggil kakak nya seperti itu lalu hari ini, dengan senyum bahagia Vanna memanggil Natan.

Kedua kakak-beradik itu pun berfoto. Natan memeluk Vanna dan membisik, "Adik nya Mas udah mau jadi tanggung jawab orang ya? Riva... Mas disini, dari dulu, sekarang, sampai nanti. Bahagia, ya, Riva, ya.... Bilang kalo Erric macem-macem. Nanti udah mau jadi—"

"Aduh, cringe, ah, ngga usah dilanjut gue geli, Nat." sela Vanna yang sudah mendongak, menahan air mata.

Natan pun tersenyum tipis dan berjalan mendekati Vaness. Sama hal nya, Natan juga mengusap sudut matanya yang berair. Melihat itu Vaness tertawa mengejek,

"Bisik-bisik apa tuh?"

"Aku bilang, aku seneng dia nikah soalnya jadi ngga ada yang minta uang buat jajan makeup lagi ke aku." jawab Natan dengan tenang.

Mas Natan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang