chapter 3

672 71 24
                                    

Pintu di dobrak dengan kasar membuat mu melihat sang pelaku alias suna sendiri.

Dirinya menatap kesal pada pantulan dirinya sendiri dan menghancurkan kaca cermin tersebut hingga beberapa pecahannya menempel di paha dan tangan mu.
Membuat darahmu mengalir perlahan lahan, kau cuma terdiam. Ini normal, ada hal yang tak berjalan sesuai dengan keinginannya saja makanya dia menjadi segila ini.

Kau tak mau menghiburnya dengan berbagai cara karna itu cuma akan menggali kuburan mu sendiri, yang kau lakukan cuma berjalan ke bagian pojok kasur dan memilih menyelimuti dirimu kembali lalu tertidur. Bagian lain Kasur bergerak menandakan Suna sudah selesai mengamuk dan membersihkan kaca kaca di sana agar tak di injak oleh mu. Perlahan tapi pasti membuka selimutmu dengan pelan dan mencabut kaca kaca di sana dengan hati hati, entah di kaki atau tangan dirinya melakukannya dengan hati hati dan berlahan membuat mu menghela nafas pelan.

Suna mengelus pucuk kepala mu dan mengecup bibir mu sejenak.
"Kau harus diam di kamar selama beberapa hari, jangan keluar apapun yang terjadi oke?"

Kata kata itu di ucapkan dengan tekanan membuat mu cukup mengangguk pelan, suna menyambut anggukan itu dengan senang dan mulai memperlakukan mu lebih lembut lagi.

Kau tak mau mempermasalahkan hal itu lebih jauh, rasa sakit yang diberikan padamu sudah membuat mu terbiasa, orang orang mungkin akan berteriak histeris meminta dirimu untuk tak membiasakan hal ini, tapi apa boleh buat? Jika ingin mati bisa saja dirimu terus memberontak dan akan berakhir sebagai mayat simpanan suna rintarou.

Kau akan tenang di alam lain, tapi tidak dengan para teman mu yang masih memikirkan dimana kau sekarang dan apa benar kau sudah mati, meneteskan air mata pun sudah tak bisa di lakukan lagi, kau sudah benar benar kehilangan nafsu hidup dan berbagai hal lainnya, yang kau impikan sekarang hanya bertahan hidup dan berteriak di menara paling tinggi kalau kau masih hidup. Yah meski itu ga mungkin.

Berbanding terbalik dengan suna yang kini menduselkan kepalanya di area dada mu, tak ada tanda tanda menolak lagi, dirinya mulai tenang dan lumayan puas, meski memang menjinakkan dirimu bukanlah perkara mudah. Kepala nya mendongak melihat bibir ranum mu dan mulai mencumbu nya begitu saja, mengabsen satu bersatu gigi mu dan mulai menjelajah dengan leluasa berkat lidah mu yang menghilang.

Meski rasa menyesal karna tak dapat memainkan lidah mu lagi tetap ada di benaknya, dirinya sudah puas dengan ini saja, rasa dan aroma besi karatan dari mulutmu tampak masih ada membuat suna mau tak mau membuka mulut mu dan melihat apa luka itu masih terbuka.

Seketika dirinya melirik bagain bawah mu, ah kau belum memakai dalaman.
"Babe, Let's play a game." Ucap suna lalu menjatuhkan mu ke kasur begitu saja.

.

.

.

.

Kau terbangun dengan perasaan kesal dan geram, pakaian mu kini sudah berganti, yukata yang dipakaikan itu benar benar indah dan cocok dengan kulit sawo matang milik mu, tapi entah kenapa rasanya kau muak dengan dirimu sendiri, sudah kotor, tak bisa berbicara pula. Apa kau masih bisa disebut manusia? Oh jelas bagi siapapun yang mungkin tak mengerti rasanya. Ia akan ceplas ceplos begitu saja. Mengatakan bahwa dirimu bukan lagi manusia tapi hanyalah boneka yang akan dimainkan terus menerus sampai pemilik mu bosan.

Tapi hei! Ayo lihat sisi positif nya jika perkataan orang itu benar! Kau hanya perlu menanti waktu kapan Suna akan merasa bosan dengan mu lalu membunuh atau melepaskan mu begitu saja, kau benar benar tak sabar menunggu waktu itu, masa bodo lagi dengan kata kata apakah dirimu adalah manusia atau boneka. Kau tak peduli lagi.

Asal kau dilepaskan ke alam lain atau ke tempat lain, kau benar benar akan puas dengan segalanya, 'menjadi anak yang suka bersyukur itu penting' begitu lah ungkapan dari Kita Shinsuke yang membuat mu masih tenang di tempat.

I Just Love You Soo (Suna Rintarou x Reader)✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang