Pringatan

965 109 6
                                    

Masih bergelut dengan dokumen-dokumen serta kamputer yang berada di hadapannya membuat Naruto sampai lupa jika jam sudah menunjukkan tepat pukul 00.00, Naruto benar-benar disibukkan dengan segala jenis laporan di depan matanya sampai lupa bahwa dia sudah harus pulang.

"oe Naruto sampai kapan kau mau disana hah?" tanya Shikamaru yang baru saja membuka pintu ruangan Naruto.

"oh Shikamaru, maaf tapi kalau kau sudah mau pulang sialahkan" jawab Naruto masih tak mengalihkan pandangannya dari tumpukan kertas di mejanya.

"apa kau tak ingin pulang?" tanya Shikamaru lagi.

"setelah ini selesai"

"huuuffttt....." Shikamaru menghela napas setelah mendengar jawaban sang Hokage "ingat kau besok ada agenda penting, pulang dan istirahat lah" lanjutnya.

"tapi ini-.."

"sudahlah, tumpukan kertas itu tinggal ditandatangani saja, jangan menjadi orang yang terlalu kaku setelah menjabat sebagai hokage"

"jangan-.." ucapan Naruto dipotong oleh Shikamaru.

"Hinata bisa sangat khawatir jika kau sampai sakit, ditambah lagi anak-anak mu bisa membenci mu tahu"

"aku tahu tapi-.."

"sudahlah! Pulang saja, itu bisa dilanjutkan besok lagi" Shikamaru bersikeras.

"baiklah-baiklah" Naruto akhirnya menyerah.

"kalau begitu aku pamit, ingat rapikan dulu mejamu sebelum pulang" ucap Shikamaru lalu menutup pintu.

"fiuuuhhh.." Naruto menyandarkan punggungnya di sandaran kursinya "aku bawa ini pulang saja mungkin ya.." ide muncul dikepala Naruto "tapi kalau ku bawa pulang nanti tercecer, yasudah lah ku tinggal saja" Naruto berdiri lalu merapikan semua tumpukan kertas itu dan tak lupa dia membersihkan mejanya yang dipenuhi dengan kap ramen instan.

Naruto P.O.V

Aku sudah menyuruh Hinata untuk tak menungguku pulang setiap aku terlambat, tapi apa dia mendengarkan aku.

"tadaima" ucapku sambil melepas sepatu lalu setelah itu aku menuju ruang keluarga untuk melihat situasi.

Tak ada yang menjawab, berarti Hinata sudah ti-.. hah?

"sudah kuduga" ucapku sambil menepuk jidat.

Hinata menungguku sampai tertidur di sofa, dia benar-benar keras kepala. Aku ingin marah padanya tapi dilain sisi aku juga senang karena dia setia menungguku.

Ku pandangi istriku sejenak, ia tertidur pulas sambil menopang kepalanya. Aku tahu dia selalu keras kepala jika itu menyangkut soal keinginannya, aku sudah berkali-kali menyuruhnya untuk tidak menunggu ku tapi dia tetap melakukannya. Aku merasa bersalah karena selalu membuatnya begadang.

Naruto P.O.V End

Tatapan sendu Naruto menatap sang istri yang masih tertidur pulas di atas sofa. Naruto merasa bersalah mebuat sang istri ikut begadang bersamanya.

"Hinata" ucap Naruto lembut sambil mengguncang tubuh Hinata dengan perlahan.

"ennghhh" lenguh Hinata "eh Naruto-kun? Sudah pulang" ucap Hinata terkejut sang suami sudah berada di hadapannya.

Naruto mematung dan terus memandangi sang istri.

"Na-Naruto-kun?" Hinata merasa agak takut.

"jika besok masih dilakukan, aku pasti akan marah" tegas Naruto.

"lakukan apa?" heran Hinata.

Naruto mengabaikan pertanyaan Hinata dan melenggang pergi meninggalkannya. Naruto tahu dia harus bersikap tegas sebelum hal buruk terjadi pada sang istri.

Hinata mengikuti langkah kaki Naruto menuju ke kamarnya.

"Naruto-kun kenapa?" merasa ada aura dingin menyelimuti mereka, membuat Hinata terus bertanya.

"tidur!" tegas Naruto lagi.

"heh?" Hinata terkejut.

"ku bilang tidur" Naruto sekali lagi.

Hinata mulai paham mengapa suaminya terlihat marah.

"ba-baiklah" Hinata lebih memilih untuk menurut karena tak ingin beradu argumen dengan Naruto yang dalam mode marah ditambah lagi Naruto pasti sangat lelah.

Hinata berbaring sambil memaksa sang kelopak mata untuk tetap menutup, sayup-sayup Hinata mendengar Naruto yang juga bersiap untuk tidur setelah membersihkan dirinya.

"aku hanya tak ingin kau kenapa-napa-dattebayo" ucap Naruto sambil mengecup kening Hinata lalu menarik selimut dan tidur membelakangi Hinata.

Hinata yang masih belum tertidur mendengar ucapan Naruto, ia kemudian membuka mata menatap punggung si jinchuriki Kyubi itu.

Tak ada ucapan apapun dari bibir Hinata, dia langsung melingkarkan tangannya di pinggang sang suami sambil berharap itu dapat meredahkan amarah Naruto. Tak ada balasan apapun dari Naruto, dia bertindak sejauh itu semata-mata untuk kebaikan sang istri bukan yang lain, meski dalam lubuk hatinya, ia merasa tidak tega telah membentak Hinata.


NEXT PART

Maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan karena author penulis amatiran.

Jangan lupa vote dan komen ya! Terimakasih, sampai jumpa di part selanjutnya...

MALAIKAT KECIL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang