5

236 28 10
                                    

Ino tidak pulang bersama Sasuke seperti yang seharusnya terjadi, karena Ino pulang lebih dulu tanpa memikirkan apa pun lagi. Bisa dibilang ia kabur dari sekolah, Ino muak, dan ia melangkah menuju jalan raya di depan. Menghentikan taksi, lalu menaikinya dengan tujuan ke salon langanan.

Ino akan mengubah gaya rambutnya. Well, Ino pecinta boneka barbie, Ino juga penggila princess dan tokoh disney lainnya. Untuk itu, Ino meminta kepada petugas salon untuk membuat rambutnya mirip dengan boneka. Hasilnya, rambut pirang itu dirombak. Ino sudah siap untuk memulai aksi yang baru.

Sementara itu, di sekolah. Sasuke bersandar di motornya.

"Ino ilang," celetuk Sai memberi kabar terkini, tapi basi. Karena sebelum jam pulang berlangsung pun, Ino dinyatakan lenyap dari lingkungan sekolah.

"Gue tahu," sahut Sasuke.

"Gara-gara lo."

"Enak aja!" balas Sasuke.

Sai mendengkus. "Lo bilang apa sih sama dia?"

"Gak ada, gue balik duluan deh." Maka Sasuke memakai helmnya dan lalu meninggalkan Sai di parkiran.

"Ino pulang! Yuhu ... para semut di lubang, ayo keluar!" teriak Ino ketika memasuki mansionnya.

Yang Ino panggil itu semut, tapi yang menyahuti justru nyanyian jangkrik dalam angan. Sepi, senyap. Rumah besar itu tak ada penghuninya.

"Ah iya, Mama di kuburan. Papa masih hunting di LA," gumam Ino sambil melemparkan tasnya ke sofa.

"Kak Inuel!" Ino mengeraskan vokalnya.

"Di mana?" sambil mencari sosok pengasuhnya di tiap sudut ruangan.

Namanya Sizune yang biasa Ino panggil dengan sebutan Inuel.

"Punya pengasuh, tapi ilang-ilangan mulu kerjaannya," desah Ino.

Karena rumah adalah neraka bagi Ino, untuk kabur dari rumah pun Ino tak tahu harus lari ke mana sementara teman saja ia tak punya. Selain Naruto, Ino tak merasa memiliki kawan untuk bersandar. Maka hari ini, seperti hari-hari sebelumnya Ino habiskan dengan tidur panjang.

Sesuatu yang berlawanan dengan Sasuke. Jika Ino dikepung oleh kesunyian, maka Sasuke dikukung dengan teriakan-teriakan heboh keluarganya.

"Daddy! Kak Sasuke cium pipi aku nih!"

Inami merasa ternodai.

Sasuke terkekeh, ia senang menggoda adiknya. Saat memasuki rumah dan yang membukakan pintu adalah sang Adik maka Sasuke tak menyia-nyiakan kesempatan untuk beraksi.

"Jijik! Ewh." Lagi, Inami merutuki kecupan Sasuke di pipinya.

"Jangan pura-pura, cewek di sekolah Kakak aja pada berharap dapet kecupan," balas Sasuke.

"Ya ini mah beda, Kanjeng! Astaga, Nyai teh tidak bisa diginiin."

"Ck, mulai drama." Bukan Sasuke. Tapi adik keduanya lah yang baru saja berdecak.

Vokalnya jauh lebih datar dari Sasuke.

"Kanjeng Ratu mana?" Sasuke bertanya mengabaikan ketidakwarasan sang Adik.

"Mommy lagi shopping," jawab Itachi , si pemilik suara datar itu.

Sasuke mengangguk, ia duduk di sofa. "Sultan Agung ikut juga?"

Inami yang jawab, "Kapan sih Daddy gak ngintilin Mommy?"

Ya seperti itu, interaksi dalam keluarga kecil dari turunan seorang Uchiha Fugaku.
Rumah mereka tidak besar, tidak kecil dan cukup untuk lima anggota. Fugaku, Mikoto dan ketiga anaknya. Mereka punya cara tersendiri dalam mengisi waktunya, punya cara tersendiri untuk meramaikan rumahnya.

SASUINO { As long as it's happy }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang