Part 16 | Pengadilan

5 3 0
                                    

"Aku merasakan ada bahaya kalau kita menuju ambang pintu." Ujarnya lagi. Dahi Savion mengkerut lalu mulai berdecih kesal, "Didasari oleh apa pernyataan itu?" tanyanya, sedikit membentak.

Elia menunduk pelan, "Insting."

"Ha? Kita bukan bocah kecil yang akan percaya dengan insting bodohmu itu." Ketus Savion, ia mulai berjalan lagi menuju pintu dan membukanya perlahan. 

Sialan, aku merasa ada yang tak beres, batin Elia.

Sejak kemarin, sejak duel dengan lady Lilith. Ada yang tak beres, tambahnya lagi. Ia mulai menggigit bibir bawahnya sendiri sembari mengumpat dalam hati.

Pintu dibuka oleh Savion, sesaat kemudian ia terdiam di tempat, membeku dengan tubuh yang terasa kaku. Awalnya, Asher hendak menghampiri, namun terhalang oleh tangan Kai, yang sepertinya memiliki firasat yang sama buruknya dengan Elia.

"Hei!" terdengar suara beberapa orang berteriak. Mereka terdengar mendekat, menghampiri Savion yang terpaku di depan pintu.

Sesaat kemudian, terdengar suara riuh, beberapa orang kembali berlari --suara derap kaki mereka yang cepat dan lincah terdengar jelas dari dalam ruangan. Beberapa mulai meneriaki Savion serta memukulnya. Hal itu membuat Asher reflek melepasnya tangan Kai, lalu berlari menuju Savion.

"Apa yang kalian lak--" suaranya yang diawali dengan nada tinggi terbungkam dengan cepat seusai ia menunduk. Tiba-tiba, Asher mulai menatap Savion dan berjalan mundur satu langkah.

"Apa yang..."

"Apa yang terjadi?" ia berumam pelan. Kai melihat bola mata Asher bergetar saat itu. Namun pria itu ragu untuk menarik diri dan tetap berada di dalam ruangan.

"KALIAN PEMBUNUH!" seru seorang murid yang mulai menunjuk-nunjuk kearah Asher. Beberapa murid yang berkerumun telah ketakutan, tubuh mereka bergetar dengan hebat.

"Pierre! Pierre!" seseorang meneriakkan nama yang asing di telinga keduanya. Suara itu mulai terisak, serak, parau, kemudian berteriak dengan memaki-maki.

Elia melangkah maju selangkah, lengannya digenggam Kai, gadis itu membawa Kai perlahan menuju kerumunan. Menatap hal yang menjadi alasan mengapa Savion dan Asher terlihat bungkam.

Tak lama setelah mendekati ambang pintu, keduanya terpaku. Menatap seorang pria dengan seragam akademi, tergeletak di tanah. Ia berlumuran darah, beberapa bagian tubuhnya terlihat membusuk, mulutnya mengeluarkan busa-busa tipis.

"Mayat.." gumam Elia. Ia terjatuh ke lantai dan menutup mulutnya, ketakutan. Terlalu takut hingga tubuhnya bergetar tipis.

"Siapa? Siapa yang melakukan ini pada Pierre?!" pria itu kembali berteriak, suaranya sangat serak, ia menangis tersedu-sedu.

"Kalian... kalian yang sedari tadi ada disini! Kalian pasti membunuhnya, iya kan?! Kalian yang melakukannya, kalian membunuh Pierre!" siswa itu kembali berteriak, dengan uraian air mata yang menetes, ia melotot dan menatap kearah empat murid yang sedang terpaku tubuhnya di ambang.

"Pierre Ward.." Savion bergumam. Sesaat kemudian, guntur terdengar nyaring, semua tersentak. Hujan turun dengan tiba-tiba.

"Melihat dari kondisi tubuhnya, pasti adalah racun." Ujar salah satu siswa menginterogasi tubuh mayat bernama Pierre.

"Tapi, kenapa mayatnya ada di depan gudang senjata?" tanya nya, kemudian melirik tajam kearah Savion. 

"Tidak.. kami hanya mengambil contoh ukuran pedang, lalu tiba-tiba, pria itu ada disana." Jelas Kai.

"Tidak mungkin! Kalau begitu, bukankah kalian pasti mendengar suara dari luar ruangan? Atau kalian hanya pura-pura tidak dengar dan membiarkan Pierre mati?!" tanya siswa itu, semakin kencang berteriak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Elia: The Daughter Of SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang