09-Rooftop

500 61 4
                                    

Letta dkk berpapasan dengan Arsen dkk dikoridor sekolah ketika mereka hendak menuju rooftop. Nampaknya para pria itu hendak ke rooftop juga setelah meninggalkan kantin. Namun anehnya, sebab Caca si perempuan sok polos tak bersama kumpulan lelaki itu.

"Eh, neng Letta mau kemana tuh? Tumben banget gak gelendotan sama si kingkong" Sapa seorang sahabat Arsen.

Arsen memiliki tiga orang teman, Geovandra Wisnu Darenic, Galaksi Juan Malendric dan Nerios Gatra Sarendra.

Yang barusan menyapa Letta dengan riang tanpa adanya sindiran itu Nerios, atau sapa saja Rio. Dari ketiga teman Arsen yang lainnya, memang hanya Rio lah yang lebih menyukai Letta dibanding Caca.

Rio memiliki paras yang tampan, atau lebih ke cantik? Mungkin. Bibir Rio tipis namun berwarna merah alami. Serta pipinya yang chubby dengan kulit putihnya, gelar pria cantik seantero sekolah mereka dapat diberikan pada Rio.

Letta sendiri menatap Rio dengan pandangan santai, Rio dan Letta memang memiliki hubungan yang cukup baik sejak mereka berkenalan.

"Lagi gak pengen aja Ri" Balas Letta layaknya sedang berbincang dengan teman dekatnya sendiri.

Mereka terus berbincang sembari berjalan menuju rooftop, sebab tujuan mereka memang sama. Arsen dan kedua sahabat lainnya hanya berjalan mengikuti Letta dan Rio. Sedangkan ketiga sahabat Letta sendiri juga ikut di belakang mereka dengan berbincang juga tentunya.

Arsen sedari tadi hanya diam, ia masih sedikit canggung dengan Letta pasal apa yang ia bicarakan bersama Letta tadi pagi dikelas gadis kecilnya itu.

Namun kesenangan mereka harus usai, ketika seorang gadis dengan kacamata bulat serta rambut kepang satu menghampiri mereka. Gadis itu berteriak meminta tolong agar Arsen dan teman-temannya menolong Caca yang sedang dibully.

Arsen menatap kaget pada gadis itu, belum sempat ia menjawab ucapan gadis ber kepang itu, gadis itu sudah terlebih dahulu meninggalkan dirinya setelah memberitahukan dimana Caca berada.

Arsen menatap pada para sahabatnya serta Letta dkk, seakan meminta izin untuk meninggalkan mereka dan menemui Caca. Namun sebelum Arsen pergi, sebuah suara mengintimidasi membuat langkah Arsen terhenti.

"Lo yakin pengen pergi? Kalau lo nemuin Caca, gue gak akan segan buat aduin ke Papih sama Mamih, kalau lo masih deket sama itu perempuan" Celetuk Elen dengan sengaja.

Langkah Arsen terhenti dan berbalik pada adiknya. "Maksud lo ap-" Ucapan Arsen terpotong.

"Papih dan Mamih gak suka sama Caca, dan mereka pasti gak akan pernah suka sama cewek itu. Lo tau sendiri gimana selera orang tua kita? Caca sama sekali gak masuk dalam kategori mereka, mau lo mohon, ngancem ninggalin rumah bahkan bunuh diri, gue yakin orang tua kita gak akan bisa terima dia, malah bisa aja Mamih bayar orang buat hancurin Caca" Potong Elen.

"Gue gak akan biarin Caca disakitin!" Tekan Arsen.

Elen menggedikkan bahunya. "Kalau lo gak mau, ya gak usah temuin dia. Lagian harusnya itu lo biarin si Caca berusaha lepas dari perilaku bully yang dia terima, jangan terus buat dia bergantung sama lo. Karna gue tau, perasaan lo ke dia cuman sebatas kagum karna dia pernah nolongin lo dulu" Tukas Elen.

Elen masih duduk diam dengan nyaman pada kursi yang ia tempati untuk duduk itu. Elen tidak memperdulikan raut wajah dari Arsen yang sudah memerah karna marah, namun ia tidak bisa menyakiti adiknya itu.

Sesering-seringnya Arsen berdebat dengan Elen, ia tidak pernah bermain kasar pada Elen. Sebab Arsen sudah menjadikan Elen salah satu perempuan terpenting kedua dalam kehidupannya, setelah Mamih nya tentu saja.

"Bener kata Elen bro, lo jangan bantuin Caca mulu. Sesekali biarin dia lewatin semua itu sendirian, inget, lo gak bakal bisa selalu nemenin dia" Celetuk Geo tiba-tiba menepuk bahu dari Arsen.

♡♡♡

575 kata
07 Februari 2022

Grey Not LettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang