Happy reading semuanya.
🍁🍁🍁
Jovanka membenarkan letak kepalanya yang sedang bersandar di dada bidang Daxter. Sejak kedatangan mereka di rumahnya beberapa menit lalu, Jovanka benar-benar tidak mau lepas dari Daxter.
Michael, Vanessa, dan Jonathan bahkan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Jovanka yang sangat aneh.
"Vanka, Abang dilepasin dulu, dong. Biar mandi dulu, pasti badannya Bang Dax lengket semua itu." Vanessa sebenarnya sudah lelah menyuruh anak perempuan satu-satunya itu untuk melepaskan Daxter. Namun melihat wajah Daxter yang sangat memelas dia jadi tidak tega.
"Kamu mau mandi dulu?" tanya Jovanka sambil mendongak yang dijawab anggukan oleh Daxter.
"Gerah, By. Mau bersih-bersih." kata Daxter lirih.
Badannya sudah benar-benar merengek untuk diajaknya mandi. Namun melihat Jovanka manja-manja begini, Daxter juga tidak mau melepaskannya. Benar-benar dilema!!!
Jovanka tiba-tiba bangkit dari duduknya yang membuat Jonathan dan Michael ikut meluruskan punggung mereka. Sejak tadi mereka dan Vanessa berada di ruang tamu untuk melihat Jovanka yang sedang bermanja-manja dengan sang kekasih.
Sungguh keajaiban melihat Jovanka yang sangat galak bisa semanja itu dengan Daxter!
"Ayo ke kamar aku, kamu bisa bersih-bersih di sana." Michael akan membuka mulutnya namun kembali menutup saat Vanessa menatapnya tajam.
"Udah, Bang, sana bersih-bersih." kata Vanessa dengan senyum lebarnya.
Di tempatnya Michael dan Jonathan ingin sekali membantah ucapan Vanessa. Bagaimana bisa mereka membiarkan Daxter mandi di kamar putri tersayang mereka?!
Namun di rumah ini Vanessa-lah ratunya. Mereka tidak akan bisa melawan keinginan Vanessa apapun yang terjadi.
Daxter dengan segera bangkit dari duduknya dan berlalu menyusul Jovanka yang sudah lebih dulu berlalu. Setelah kepergian keduanya, suara-suara protes datang dari dua lelaki berbeda generasi itu.
Namun seperti biasanya. Sebuah pelototan dan kalimat 'Mau tidur di luar?' dari Vanessa berhasil membungkan Michael dan Jonathan.
🍁🍁🍁
Jovanka sedang sibuk mengancingkan kemeja Daxter saat ponsel laki-laki itu berbunyi. Saat akan mengangkatnya, Jovanka sudah lebih dulu menjauhkan ponsel itu darinya. Daxter yang melihatnya pun menatap aneh ke arah Jovanka.
"Kenapa?"
"Aku mau kamu di sini sampai besok!" kata Jovanka yang membuat Daxter semakin tak mengerti jalan pikiran wanita itu.
"Kenapa?"
"Karena kamu bahaya."
"Bahaya? Emangnya aku kenapa?"
"Daxter, aku nggak mau menikah dengan seorang pembunuh." kata Jovanka yang berhasil membuat Daxter mengerti. Laki-laki itu pun terkekeh melihat wajah Jovanka yang terlihat penuh amarah namun Daxter tahu wanitanya juga sedang gelisah.
"Jo, aku memang selalu berkata ingin membunuh seseorang yang sudah membuat aku marah. Tapi di dalam diriku yang paling dalam, aku tetap seorang Nugraha. Darah Nugraha di dalam hatiku jauh lebih kental daripada darah seorang Martinelli." katanya sambil menangkup wajah Jovanka dengan tanganya yang dingin.
"Jovanka, aku tumbuh di dalam keluarga yang sebagian besar berprofesi sebagai dokter. Mereka semua mengusahakan segala cara untuk menyelamatkan hidup seseorang."
"Aku tumbuh dalam bimbingan seorang Revano Nugraha yang berdedikasi tinggi dan sangat bijaksana. Aku dibesarkan dalam pangkuan seorang Arini Nugraha yang lembut, mandiri, dan penuh kasih sayang. Apa kamu pikir aku akan semudah itu melenyapkan nyawa seseorang?"
"Nggak, Jovanka! Saat tangan ini ingin melenyapkan sebuah nyawa, wajah orang tuaku selalu muncul di dalam benakku dan berhasil menahan sisi gelapku untuk melakukannya. Wajah kecewa saudara-saudaraku sangat tidak ingin aku lihat jika mereka tahu apa yang telah aku lakukan."
"Dan sekarang, Jovanka, kamu menjadi salah satu alasanku untuk sembuh. Aku mau melepaskan sisi gelapku, sedikit saja aku sudah bersyukur. Aku hanya nggak mau kamu pergi, Jo. Kamu sudah menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidup aku. Jadi kamu jangan khawatir lagi tentang hal itu. Sampai kapanpun, nggak akan ada nyawa yang lenyap di tangan aku."
Jovanka yang sudah sesegukan pun langsung memeluk tubuh Daxter yang jauh lebih tinggi darinya itu. "Daxter, aku percaya sama kamu dan kamu juga nggak perlu takut, aku akan selalu ada buat kamu." katanya yang membuat Daxter mengeratkan pelukannya.
"Jadi, aku boleh pulang sekarang?"
"Nggak! Kamu harus tetap di sini sampai besok!" kata Jovanka keras kepala. Daxter pun hanya bisa menghela nafasnya dan menuruti apa yang diinginkan Jovanka.
Kapan lagi kan bisa melihat Jovanka manja-manja begini?!
🍁🍁🍁
Jovanka barusaja keluar dari kamar mandi saat melihat Daxter terburu-buru memakai kemejanya yang sudah ia lepas sejak beberapa waktu yang lalu. Laki-laki itu lebih memilih untuk menggunakan kaos daripada kemeja karena menurut Daxter kaos terasa lebih dingin dan nyaman untuk digunakan.
"Kamu kenapa?"
"Aku harus pergi, Jo." kata Daxter sambil lalu yang membuat Jovanka kalang kabut menyusul langkah lebar Daxter. Dia hanya menggunakan bathrobe sekarang namun dengan nekatnya dia menyusul Daxter menuju depan rumah.
"Daxter..." laki-laki itu masih mengacuhkannya dan terus melangkahkan kakinya.
"Daxter..." untuk kedua kalinya Daxter mengacuhkan panggilannya.
"Daxter, kamu kenapa?!" teriak Jovanka kesal sambil menarik lengan Daxter hingga laki-laki itu kini menatapnya. Jovanka terenyuh saat melihat bibir Daxter yang bergetar hebat dengan mata yang berkaca-kaca.
"Hey, kamu kenapa, Sayang?" untuk pertama kalinya Jovanka memanggil Daxter dengan panggilan itu. Dia terlalu lemah untuk melihat wajah Daxter yang penuh kekhawatiran.
"Adik aku, Jo... Adik aku, Shaeron... masuk rumah sakit!" katanya dengan bibir yang bergetar hebat. "Aku harus ke rumah sakit sekarang!" lanjutnya sebelum masuk ke dalam mobil dan melajukannya meninggalkan kediaman Alixie begitu saja.
Di tempatnya Jovanka terpaku dengan tangan yang mengepal penuh amarah.
Shaeron Lee adalah seorang gadis yang pernah Daxter kenalkan ke publik sebagai pacarnya.
Jovanka tahu itu karena saat mencari berita tentang Daxter, berita kencannya dengan Shaeron-lah yang banyak muncul ke permukaan.
Jovanka tahu gadis itu bukan adik kandung Daxter, namun sahabat Varsha yang sudah Daxter anggap sebagai saudaranya sendiri. Namun melihat bagaimana kekhawatiran Daxter yang sangat berlebihan kepada Shaeron, Jovanka menjadi sangsi.
Benarkah Daxter hanya menganggap Shaeron sebagai adiknya?
🍁🍁🍁
Much love💚
Jiwoo Lee👰🏻♀️
12 Mei 2022🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scandal✔
RomanceSweet Scandal *** Jovanka Alixie, seorang fashion designer sukses di Perancis harus kembali ke Indonesia karena Mama-nya. Tak habis akal, Jovanka pun membangun bisnisnya di Indonesia dengan menggandeng sahabatnya semasa kuliah di Perancis. Namun hal...