Pelajaran Pertama

847 112 11
                                    

Floryn turun dari mobil milik Aamon dengan lemas, wajahnya pucat seperti mayat, jalannya sempoyongan. Bahkan dia tidak bisa mencerna perkataan anak-anak lainnya yang melihatnya keluar dari mobil seorang ketua OSIS.

"Kau harus terbiasa, aku tidak mau mobil kesayanganku ternodai oleh muntahmu." Kata Aamon setelah memarkirkan mobilnya.

Floryn menatapnya dengan raut wajah lemas. "Bagaimana aku bisa terbiasa jika membawa mobil seperti mengantar nyawa..." Bisik Floryn.

"Floryn!!" Sebuah teriakan menggema sampai dalam sekolah. Bahkan Floryn belum sempat untuk menengok siapa yang memanggil namanya, namun dia sudah langsung di serbu dengan pelukan dari keempat sahabatnya.

"Kami khawatir sekali denganmu tahu! Kenapa kau berangkat ke sekolah bersama kakak OSIS mesum itu?!" Tanya Miya galak.

Aamon yang kebetulan masih di dekat Floryn, menatap tajam kearah gadis Elf bersurai putih. "Apa maksudmu dengan mesum?"

"Itu kenyataannya, kok! Ayo Floryn, kita langsung ke kelas!" Guinevere menarik Floryn yang masih dalam keadaan lemas.

Sementara Aamon hanya tersenyum sinis dan melangkah menuju kelasnya. Gusion yang sudah melihat itu semua hanya bisa menggeleng, dia bahkan tidak mau menyapa atau bertatapan dengan kakaknya.

Alucard menepuk pundak Gusion. "Kenapa bengong disini, Gus?" Tanyanya.

Gusion menggeleng. "Tidak ada, ngomong-ngomong pelajaran pertama kita olahraga ya?" Tanya Gusion kemudian.

"Iya. Enak nih kita dapet pelajaran olahraga pagi hari, mataharinya gak terlalu panas." Sahut Zilong. "Semoga guru olahrganya pak Balmond."

...

Di kelas Floryn masih harus membiasakan kepalanya yang masih terasa pening, Ruby memberikan sebotol air untuk Floryn sementara Lesley mengelus badan Floryn untuk membuatnya lebih baik.

"Sudah gila kakak OSIS itu. Umurnya saja belum cukup untuk mendapatkan SIM." Celoteh Guinevere kesal.

"Kok bisa dia tidak terkena tilang atau semacamnya?" Miya memandang bingung Guinevere.

Guinevere menghela nafas letih. "Keluarga Paxley itu memiliki hubungan baik dengan pemerintah, pejabat, bahkan petinggi-tinggi lainnya. Aamon yang menjadi seorang penerus memiliki kekuasaan yang sangat besar, bahkan polisi tunduk olehnya." Guinevere menjelaskan, sementara teman-temannya menyimak dengan seksama.

"Paxley juga memiliki banyak perusahaan. Bahkan para koruptor pun tidak berani untuk memakan uang rakyat, karena sebagian dari mereka bekerja untuk Paxley."

"W-wah... Di sekolah kita ada ya murid seperti itu..." Bisik Ruby.

"Lalu, bagaimana dengan Gusion?" Tanya Lesley.

"Seperti yang aku ceritakan saja kemarin, anak itu sama sekali tidak ada urusan dengan kakaknya." Guinevere menjawab pertanyaan Lesley sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lebih tepatnya, orang tuaku tidak memberikan beban apapun padaku." Sambar Gusion tiba-tiba.

Guinevere melompat kaget. "Huwa! Kaget aku! Jangan tiba-tiba muncul di belakang dong!" Hardik Guinevere.

"Gusion... Aamon kan kakakmu, apa kau tidak bisa memohon padanya untuk melepas Floryn?" Tanya Lesley penuh harap.

"Tidak, aku tidak akan pernah mau berbicara pada orang itu. Dan juga, tolong jangan katakan dia adalah kakakku. Aku tidak ingin satu sekolah tau." Sahut Gusion dengan ekspresi dingin.

"Tapi kalian 'kan sama-sama Paxley?" Kata Ruby bingung.

"Aku tahu. Selama anak-anak tidak peduli dengan margaku, aku masih aman." Gusion menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal dengan gusar.

I'm Not Your Babu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang