Piece : 03

25 8 0
                                    

"Masuklah, aku sudah menyiapkan cerita untuk bab selanjutnya." Aslan mengikuti Dy dari belakang sampai ke ruangan kerja Raga.

"Bagaimana keadaan Raga, ada peningkatan?" Aslan menatapi Dy yang tengah membereskan kertas-kertas untuk dibawanya.

"Masih seperti biasanya." Dy memberikan amplop cokelat yang berisikan kertas-kertas tadi.

"Semoga Raga cepat sadar dari komanya." Dy berharap itu. "Ah iya, aku harap juga kamu dan anak-anak bisa datang ke acara tunanganku." Aslan memberikan sebuah surat undangan yang dihias sangat indah pada Dy.

"Tunangan? Dengan siapa?"

"Lihat saja nanti. Aku tunggu kehadiranmu lho, kalau begitu aku harus pergi lagi untuk langsung ke kantor." Dy mengangguk, mengantarkan kembali Aslan sampai pintu depan.

"Hati-hati." Dy melambaikan tangannya dan dibalas klakson mobil oleh Aslan.

Lelaki manis itu kembali ke dalam, menyimpan kartu undangan tadi di atas meja ruang tamu bersandingan dengan kartu undangan milik Varo yang jika diteliti sangat mirip.

Dy juga belum sempat membaca kartu undangan dari Varo secara detail hanya diberitahu oleh Bundanya Raga waktu dan tempatnya saja. "Mirip banget? Ah mungkin semua surat undangan pertunangan sama kek gitu." gumam Dy.

Dia memilih melangkah ke dapur untuk mencuci piring. Berbarengan dengan Gara turun dari kamarnya, melihat Dy sedang sibuk. "Bukannya tadi ada suara Kak Aslan?"

"Iya, cuman ngambil cerita buat bab selanjutnya terus pergi lagi. Dia juga sambil ngasih surat undangan pertunangan." jelas Dy, membelakangi Gara yang duduk dikursi meja makan.

"Tunangan?"

"Iya tunangan. Tuh surat undangannya dimeja ruang tamu, coba bacain Bang kapan dan dimana waktu pertunangannya." pinta Dy.

Gara beranjak dari duduknya, saat diruang tamu dia melihat ada dua buah surat undangan dengan ukiran dan corak yang sama bahkan warnanya pun sama. Pemuda itu memilih mengambil keduanya.

"Sama Bu, yang mana yang punya Kak Aslan?" Dy mengernyit bingung saat melihat Gara menunjukan dua undangan yang ternyata memang sama.

"Lah kok?" bingung Dy.

Lelaki manis itu mengambil satu dan langsung membacanya meski tangannya masih basah tak sempat mengelapnya.

"Varo dan Aslan." baca Dy tertera sangat jelas nama-nama di cetakan undangan tersebut. "I-ini gak salah?"

Gara menaikan pundaknya tidak tahu, bahkan dirinya baru melihat undangan tersebut.

Beda halnya dengan Dy yang masih bingung dengan semuanya. "Sejak kapan?"

"Emang Varo itu siapa?" tanya Gara.

"Dulu Bubu pernah jadi Asistennya pas di kampus dulu, kamu juga pernah ketemu kalo gak salah pas makan malam yang kamu pergi duluan." jelas

Dy menatap kembali surat undangan ditangannya. "Tapi Bubu gak tau tentang kedekatan mereka kapan."

"Oh waktu itu, Gara gak terlalu jelas liat wajahnya. Dan coba tanya aja langsung Bu." usul Gara.

Pemuda jangkung itu melangkah ke kulkas dan membukanya mengambil kaleng soda yang memang sudah disediakan oleh Dy untuknya meski terkadang Dyga merengek mau, namun Dy tak pernah memberikannya karena beralasan Dyga masih kecil dan memilih menggantinya dengan membuatkan jus.

"Halo Aslan, ini gak salah?" Dy tampak masih tak percaya.

Gara kembali melangkahkan kakinya ke kamarnya lagi, dia menyimpan kaleng sodanya di atas meja dan membuka pintu balkon. Bersamaan dengan itu ponselnya berdering, tertera nama Linggar disana.

Fallin You Too (Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang