Namaku Carania sering disapa Cara, aku gadis berusia 23 tahun dengan karir melebur dikasur, tugas menumpuk bagai gunung dan plin-plan, gengsian, banyak maunya.
Aku sering menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bersemedi, mencari ide untuk menyelesaikan skripsi dan menulis sebuah pengakuan bahwa aku mencintai dia tanpa tapi.
Ya, itulah aku. Gadis yang bukan lagi anak kemarin sore dibawah ketek ibu, aku bukan lagi gadis desa yang hanya mengenal cara memasak saja, tapi aku gadis kota yang mulai terbiasa dengan gawai pintar.
Benda pipih itu tak bisa lepas dari keseharianku, menemani kemanapun aku pergi dan kapanpun aku membutuhkannya.
Komunikasi jelas menjadi alasan benda super pintar itu ada.
Dalam komunikasi jelas ada dua pihak yang saling berhubungan. Hubungan dalam kasusku ini bukan hubungan biasa yang jika tak ada rasa biasa saja! Tapi hubungan ini hubungan antara dua hati yang saling terpatri.
Bulan cinta mulai tiba, tapi aku masih saja menunggu dalam diam. Gengsi mau cerita, tapi gak mungkin terus berduka cita.
Love languages yang aku bangun dengannya berkutat soal world of affirmation dan act of service.
Melulu soal perkataan dan tindakan di dunia maya, cukup menekan tombol record, share and like semua berjalan dengan sempurna menurut kaca mataku sebagai seorang wanita yang mudah tersanjung, tapi sering terbakar api cemburu diam-diam.
Aku mengenal dia di dunia nyata, tapi jarak membuat kami harus mengenal dunia maya, aku lahir di Bandung, dia lahir di Jakarta kami bertemu di Surakarta.
Indah bukan? Pertemuan tanpa disengaja itu membuat aku dan dia saling jatuh cinta. Satu bulan lamanya kami saling bertegur sapa hingga akhirnya tercipta rasa.
"Aku cinta sama kamu, tapi aku takut. Selama ini aku bungkam karena aku takut kamu gak kuat LDR, tapi kali ini biarkan aku egois, mengungkapkan rasa dari pada sakit hati sendiri tanpa kamu tahu alasan aku sakit hati," ucapnya saat kami telah berpisah selama kurang lebih satu minggu.
Aku kembali melanjutkan rutinitas sebagai seorang mahasiswi tingkat akhir dan dia kembali melanjutkan rutinitas sebagai karyawan pabrik.
Aku jujur aku bingung, kenapa dia bisa mencintaiku? Padahal kami baru saja saling mengenal.
Satu bulan jelas bukan waktu yang lama untuk saling mengenal satu sama lain secara baik.
Banyak pasangan suami istri yang menikah bertahun-tahun saja bisa gagal mengenal pasangan masing-masing. Ada saja hal baru yang membuat diri ragu, apalagi ini!
"Kamu yakin? Aku sih gak masalah LDR, tapi kamu tahu kan, aku mahasiswi tingkat akhir, jadwal aku sibuk terus kamu juga pekerjaan pabrik yang jelas sibuk dari pagi hingga sore hari. Apa kita bisa? Aku ragu," balasku di aplikasi berwana hijau itu.
Beberapa menit setelah tanda centang dua itu tersemat dia tidak membalasnya. Mungkin dia menyerah sebelum berjuang, baiklah itu kasus yang lumrah dalam kehidupan cinta. Ditolak secara halus atau menyerah sebelum lulus.
Tapi aku salah mengira, jam 5 sore dia membalas pesan kilat itu. Kata-katanya begitu menggugah membuat aku tiba-tiba yakin, entahlah dia seperti menggunakan mantera untuk menyihir ku. Aku benar-benar terkesima dengan sikap dewasa yang ia tunjukkan.
"Kalau kamu ragu jelas hubungan ini hanya berjalan satu arah. Kalau kamu gak ragu, maka aku yakin semua akan berjalan sesuai keinginan. Aku bisa, aku yakin bisa, buktinya aku masih bisa chat kamu kan? Ya walaupun gak sering, tapi kita pasti bisa. Quality time kita malam hari atau pagi hari, itu jauh lebih dari cukup untuk saling berkabar kan? Lagi pula hal yang paling penting dalam sebuah hubungan adalah komunikasi juga keyakinan bukan, jadi aku harap kamu bisa menyakinkan diri kamu sendiri supaya gak ragu sama aku," jelasnya panjang kali lebar.
Baiklah, aku setuju akan yang disampaikannya itu. Ya, komunikasi dan rasa percaya pada pasangan memang hal dasar dalam sebuah hubungan, tapi come on! Ini kali pertama aku mengawali hubungan dengan pertemuan singkat. But, why to try it and give he opportunity, maybe he can make me happy.
Baiklah, aku memulai kembali satu hubungan cinta yang entah akan seperti apa itu. Semoga semuanya berjalan dengan baik.
"Okey, kalau gitu kita jadian hari ini. Fix no debat kita jadian," balasku yakin.
12 April menjadi tanggal cinta itu mekar, cinta yang aku bangun diatas rasa percaya paling tinggi. Semoga semua berjalan dengan baik tanpa tepi.
Bulan pertama hubungan ini terjalin aku sangat bahagia. Waktu yang kami miliki cukup untuk saling berkomunikasi dan juga kami sering melakukan video call. Hampir setiap malam Wajah tampannya selalu muncul wara-wiri di depan gawai pintarku.
"Kamu makin kurus beb," ucapku pada dia yang semakin hari semakin kurus saja. Sepertinya pekerjaan di pabrik kian hari kian menumpuk. Lingkaran hitam di bawah mata dia juga semakin tebal.
"Iya nih beb. Kerjaan lagi banyak banget," balasnya sambil mengeratkan pelukannya pada bantal guling itu.
"Andai aja kamu ada di sini, mungkin capek aku bakalan ilang pas liat wajah kamu atau senyum kamu," sambungnya lagi.
Pipiku merah seketika, aku tersipu dengan gombalan garingnya itu.
Oh iya lupa, aku belum memperkenalkan dia pada kalian. Dia Rakandra, pria dengan ketampanan diatas rata-rata. Raka memang hanya pegawai pabrik biasa, tapi dia luar biasa dimata seorang Carania. Dia berhasil membuat Cara semakin giat belajar dan tak mengeluh pada sosial media.
Segala keluh kesahnya kini tumpah ruah pada Raka, pria yang senantiasa menemani hari-harinya dibumi.
Raka pria yang baik, sopan, penyayang, dewasa, berwawasan luas, sarjana juga dan tidak lupa dia hanya mencintai satu nama yaitu aku.
Raka hidup seorang diri di Jakarta, kedua orang tuanya telah tiada, hidup Raka jelas beda dengan hidupku yang dipenuhi cinta kasih dari kedua orang tua. Tapi semua itu tidak membuat Raka putus asa, pria itu senantiasa menjaga apa yang dia miliki kini, termasuk aku.
Cinta dia sama besarnya dengan jerih payahnya dalam mencari rupiah, makanya aku sangat percaya pada dia. Karena setiap hari dia hanya sibuk bekerja, bekerja dan bekerja.
Awalnya memang tidak menimbulkan masalah, tapi lambat laun resah dan gelisah mulai muncul.
Masalah itu datang saat hubungan kami menginjak usia 3 bulan, masa dimana rentannya pergolakan batin juga ketertarikan lain.
Itu terjadi padaku, ada dia yang lain yang berhasil mengusikku di dunia nyata, dia teman sekampusku.
Love languages antara aku dan si mister x ini jelas lebih baik, kami bisa melakukan phsycial touch dan quality time yang berkualitas ditemani sejuknya angin di tepian kolam renang rumahku.
Dia ternyata rekan bisnis keluargaku, jadi mudah saja untuk bercengkrama dan berdekatan dengan dia.
Tapi sekali lagi aku harus sadar posisi, aku milik orang lain yang belum pasti jadi milikku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our A Way
RomanceJalan cinta yang tak pernah terteka, antara dua anak manusia yang saling menyapa. Cerita ini berkisah antara aku, dia dan mereka dengan berjuta pilihan yang menyapa. "Aku memilih untuk bertahan ditengah himpitan yang kian menyiksa." -Caraina- "Dan...