3. ☁️

40.3K 4.1K 651
                                    

Jaehyun menyeret keluar Chaeyeon dari rumahnya, kakak perempuannya selalu saja mengganggu! Selalu mengunjungi Jaehyun, dan terkadang marah-marah tidak jelas, membuat Jaehyun jengah dekat sifat kakak perempuannya. Ditambah lagi, pagi ini ada Taeyong, membuat pagi Jaehyun begitu buruk.

"Kau sudah selesai?" Tanya Jaehyun, melihat makanan pada piring Taeyong yang sudah kosong.

Taeyong mengangguk, membuat rambutnya bergerak ikut bergerak lucu. "Sudah. Makanan mu sangat enak!"

"Sekarang, pulanglah. Aku harus bekerja."

Wajah Taeyong memelas, menatap Jaehyun dengan berkaca-kaca. "Kenapa kau tidak membiarkan ku tinggal bersama mu saja?"

Jaehyun menyerngit jijik, wajah Taeyong sekarang benar-benar terlihat seperti kucing gelandangan yang minta dikasihani. "Tidak bisa. Kau harus pergi sekarang, aku harap kau tidak pura-pura lupa ingatan untuk pulang ke rumah mu sendiri."

"Akh!" Taeyong mencengkram kepalanya dengan kedua tangan, dan membuat ekspresi kesakitan, sebelum kembali mendongak menatap Jaehyun. "Kau siapa?" Tanya nya polos, bertingkah seperti orang yang hilang ingatan sungguhan.

"Dasar gila." Jaehyun menghampiri Taeyong dan menyeretnya, tapi pergerakan Jaehyun terhenti saat merasa tubuh Taeyong begitu berat, menoleh kebelakang ternyata Taeyong berpegangan pada sisi meja, membuat Jaehyun berdecak kesal.

"Pulang Lee!"

"Kumohon biarkan aku tinggal dirumah mu." Ucap Taeyong, memohon dengan nada yang dibuat semenyedihkan mungkin. "Aku bisa melakukan apapun, biarkan aku tinggal, kau tidak perlu memberi ku gaji. Aku bisa makan, aku bisa tidur, aku bisa menonton televisi, aku bisa memuaskanmu di atas ranj—"

"Lee Taeyong!" Bentak Jaehyun jengkel. Jaehyun melepaskan genggamannya pada Taeyong dan menatap Taeyong yang menunduk memilin ujung bajunya dengan datar.

"Pergilah. Rumah ku bukan penampungan."

"Aku tidak punya rumah." Cicit Taeyong.

Jaehyun mengangkat sebelah alisnya, tidak percaya. "Kalau begitu, kau bisa tinggal di kolong jembatan."

Dan Jaehyun kembali menarik tangan Taeyong, tidak memperdulikan Taeyong yang terus saja merengek.

Saat sampai didepan pintu, Jaehyun menghempaskan tubuh Taeyong, hingga jatuh tersungkur pada lantai. Taeyong berteriak tak terima. Pantatnya itu kecil, jadi rasanya sangat sakit! Sial.

Taeyong berdiri dan menatap Jaehyun dengan tajam. Tapi sedetik kemudian Taeyong berdehem kecil, merasa takut dengan tatapan Jaehyun yang juga menatap nya tajam.

Taeyong mendesah kecil. "Bisakah kau mengantarkan ku pulang ke rumah? Aku tidak punya uang untuk naik bus." Pinta Taeyong dengan tidak tahu dirinya.

"Kau bilang padaku, kau tidak punya rumah."

"Aku hanya bercanda. Kau yakin membiarkan ku pulang sendiri? Bagaimana jika aku di culik lalu diperkosa oleh pria tua?"

"Bukan urusanku."

Jaehyun hendak masuk kembali di dalam rumah, tapi dengan cepat Taeyong menahannya.

"Jika kau tidak mengantar ku pulang, aku akan melaporkan mu pada polisi! Dengan tuduhan, membiarkan bocah berusia dua puluh tahun diperkosa oleh pria tua!"

Jaehyun hanya menatap Taeyong dengan datar. "Laporan mu akan ditolak, karena tidak ada bocah berumur dua puluh tahun."

Jaehyun mendekati Taeyong dan menunduk menyamakan tinggi mereka, hingga wajah mereka hanya terpaut beberapa senti. "Bagaimana jika aku yang memperkosamu, hm?"

Tapi bukannya takut, Taeyong malah tersenyum sumringah. "Ide bagus! Ayo kita lakukan sekarang. Aku janji tidak akan melaporkan mu pada polisi!" Bahkan Taeyong langsung memeluk Jaehyun, membuat Jaehyun tersentak dan mendorong tubuh Taeyong agar menjauh.

Jaehyun menghela nafas. "Baiklah, aku akan mengantarmu pulang." Jaehyun harus mengalah, ia tidak akan sanggup berada disekitar bocah tengik seperti Taeyong!




Didalam mobil pun, Taeyong tidak bisa diam. Menaik turunkan kaca jendal mobil, membuat Jaehyun memutar bola mata malas dan mengunci kaca jendela agar Taeyong berhenti bermain. Taeyong juga menggigiti sabuk pengaman yang terpasang pada tubuhnya. Jaehyun berdecak, dan membuka dashboard mobil, mengambil permen lollipop milik keponakannya, putri kecil Chaeyeon, kemarin Jaehyun yang menjemput gadis kecil itu pulang dari sekolah jadi permennya tertinggal. Jaehyun memberikan permen itu pada Taeyong, yang disambut ceria oleh Taeyong, itu lebih baik, dari pada Taeyong menggigiti sabuk pengaman mobilnya!

Taeyong sudah memberitahu Jaehyun alamat rumahnya, jadi disinilah mobil Jaehyun berhenti sekarang, di depan rumah yang terlihat mewah juga besar, walaupun tidak sebesar rumahnya. Jaehyun menyerngit dan menoleh pada Taeyong yang belum juga turun dari mobilnya, masih menikmati lollipop nya.

"Rumah mu terlihat seperti orang yang berkecukupan. Tapi kenapa kau terlihat seperti gelandang?"

"Rumah reot seperti itu kau bilang berkecukupan?" Kali ini Taeyong menatap Jaehyun, mengabaikan permennya.

"Tentu saja. Lihat lah, ada wanita paruh baya disana, apa dia pembantu dirumah mu?"

Taeyong menatap Jaehyun bingung, dan mengikuti arah pandang Jaehyun. Seketika Taeyong berdecak setelah tahu apa yang Jaehyun lihat. "Itu bukan pembantu, itu pemilik rumahnya! Aku memang akan terlihat seperti orang kaya jika kau, menoleh sebelah kanan, rumahku sebelah kiri." Taeyong menunjukkan rumah nya yang berada di seberang jalan.

Jaehyun tersedak air liur nya sendiri, saat melihat tempat tinggal Taeyong. Lagi pula bagaimana bisa, rumah kecil dan terlihat kumuh itu berada di tengah-tengah perumahan elit! Kenapa juga Taeyong tidak membersihkan rumahnya, bahkan rumput liar tumbuh begitu saja di halaman rumahnya.

"Oh." Jaehyun mencoba untuk bersikap biasa saja.

"Jangan dilihat dari luarnya saja, kau harus tau di dalamnya."

"Apa didalamnya nyaman?" Tanya Jaehyun. Mungkin saja, hanya luarnya yang terlihat tidak terawat tapi di dalamnya begitu bersih juga rapi.

Taeyong menggeleng, "tidak. Sama saja seperti luarnya." Jawab Taeyong santai.

Jaehyun hanya menghela nafas, dan tersenyum paksa, dia lupa sedang berbicara pada siapa.

"Aku tinggal sendiri." Ucap Taeyong tiba-tiba, Jaehyun hanya diam saja, menunggu ucapan Taeyong selanjutnya, ia juga sedikit penasaran.

"Kedua orang tua ku, meninggal karena kecelakaan saat aku  berumur lima belas tahun. Hanya aku yang selamat, bahkan supir taksi yang di tumpangi kedua orang tua ku juga kehilangan nyawanya. Tentu saja aku selamat, karena aku tidak berada di dalam mobil bersama orang tuaku tapi aku menunggu mereka dirumah." Taeyong terkekeh pelan, seperti sedang melemparkan lelucon yang lucu. Sedangkan Jaehyun hanya diam, tidak ikut tertawa seperti Taeyong.

"Sebenarnya kami memang tidak memiliki rumah tetap, kami hanya menyewa rumah. Aku hidup sendirian, tidak mungkin bisa membayar uang sewa. Aku juga putus sekolah. Tapi, aku bersyukur karena ada seorang wanita paruh baya yang menolongku, aku tidak mengerti, tapi dia memberi ku tempat tinggal. Jadi, itulah kenapa aku bisa mendapat rumah ini."

"Lalu bagaimana kau—" pertanyaan Jaehyun terhenti saat Taeyong memotong ucapannya.

"Tidak. Aku tidak bisa menceritakan semuanya padamu. Simpan saja pertanyaanmu."

"Terimakasih atas tumpangannya, Jaehyunie~" sebenarnya Taeyong tidak tahu nama Jaehyun, Jaehyun juga tidak mengenalkan dirinya, Taeyong tahu saat Chaeyeon datang, dan memanggil Jaehyun dengan sebutan Jaehyunie, jadi Taeyong hanya mengikuti.

Jaehyun tidak menjawab ucapan Taeyong, matanya hanya mengikuti langkah Taeyong yang mulai masuk kedalam rumahnya hingga punggung sempit itu menghilang dibalik pintu.


To be continue...






Aneh ya? :(

Jangan khawatir, mungkin kedepannya akan aku buat lebih aneh lagi :)

Terimakasih. 💚💚






TAEYONGIE - JAEYONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang