Ander-Ads merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa periklanan. Para pengusaha yang menghasilkan produk dengan merek mereka sering kali membayar perusahaan itu agar dibantu menjangkau lebih banyak kalangan. Orang-orang punya banyak cara untuk memperkenalkan produk mereka, tetapi bisa dibilang, perusahaan itu bekerja sangat baik daripada iklan mana pun. Ander-Ads bahkan punya agensi untuk melatih para public figure untuk mengiklankan produk-produk tertentu di laman media sosial mereka masing-masing. Itu menjadikannya sebagai perusahaan periklanan nomor satu di negara ini.
Wow. Setidaknya itu kesimpulan yang kudapat setelah membaca beberapa situs yang membahas tentang mereka di internet.
Aku menyimpan ponsel kembali ketika taksi makin dekat dengan lokasi yang dikirimkan Troy. Namun, mataku harus menyipit karena yang kulihat di depan sana tidak seperti yang kubayangkan. Maksudku, Troy bilang kami akan mendiskusikannya sambil makan siang, tetapi alamatnya justru mengantarkanku pada sebuah gedung tinggi dengan bertuliskan nama perusahaan Troy secara vertikal di sisi kanan.
"I'm sorry, Sir. Apa alamatnya memang benar di sini?" Aku mungkin hidup belasan tahun di sini, tetapi New York terlalu luas untuk dikunjungi setiap tempatnya.
"Benar, Nona." Dia menjawab dengan sopan. "Anda bilang tempat makan, bukan? Ander-Ent punya kafe di lantai satu bangunannya." Dia menjelaskan sebelum memberhentikan mobil tepat di depan jalan masuk ke bangunan tersebut.
Aku menurunkan kaca jendela dan memandang bangunan di depan mata dengan rasa takjub. New York penuh dengan gedung-gedung pencakar langit, tetapi Ander-Ent--anak perusahaan dari Ander-Ads--mempunyai desain bangunan yang unik. Gedung ini memiliki balkon di sisi kiri gedung dan tampak hijau dengan tanaman rambat yang menjuntai dari tralis pembatas. Meski bukan gedung tempat aku akan bekerja nanti, tetapi mungkin aku akan mengunjungi tempat ini lagi nanti. Maksudku, aku akan membuat diriku betah.
Namun, aku juga tidak lupa betapa jantungku sangat berdebar karena akan menemui CEO dari perusahaan ini. Walau Troy juga akan ada di sana, tetapi tidak cukup membantu karena kami tidak sedekat itu. Bertemu dua kali bukan berarti kami akan menjadi teman.
"Nona, Anda masih punya waktu banyak untuk mengagumi bangunan itu, tetapi saya akan kehilangan pelanggan jika Anda tetap berada di sini." Suara sang sopir menyadarkanku. Dia sangat baik, bahkan tersenyum ramah padaku.
"Maaf." Hanya itu yang bisa kukatakan selain merogoh tas dengan cepat dan mengeluarkan beberapa lembar uang pas untuknya. "Terima kasih." Dan aku langsung keluar dari sana.
"Ava!"
Aku baru mengambil beberapa langkah di atas hamparan batu klingker yang memenuhi halaman depan gedung ini ketika kudengar Troy berteriak. Pria itu berdiri di teras gedung dan aku tidak sadar kapan dia berada di sana. Aku bahkan tidak melihatnya tadi. Setelan jas kerja itu sangat cocok untuknya. Warna cokelat tua membuat kulitnya yang agak gelap jadi stand out.
Troy melambai penuh semangat, kurasa. Aku bisa melihat wajah semringahnya meski belum benar-benar tiba di hadapannya. Semoga aku tidak salah mengira kalau dia memang menantikan kedatanganku, karena sekarang aku mulai khawatir kinerjaku tidak akan berhasil memenuhi ekspektasinya. Well, sebenarnya bukan salahku juga jika dia akan kecewa. Pertama, dia yang menawarkan pekerjaan itu padaku. Kedua, aku tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang tidak akan datang dua kali.
"Siang, Troy." Oke, itu sapaan yang canggung untuk seorang pria yang tersenyum lebar padaku. Maksudku, dia memberi pekerjaan dan dengan dia berpenampilan sangat formal membuatku tidak bisa bersikap kasual. Kuharap aku tidak tampak konyol saat ini.
"Santai saja, Ava. Kau terlalu kaku. Aku masih Troy yang beberapa waktu lalu menggodamu."
Aku tersentak kaget ketika dia mendaratkan tangan di bahuku dan meremasnya pelan. Bukan karena takut atau semacamnya, tetapi aku terlalu gugup saat ini. Dia memang tidak mengatakan sesuatu tentang interviu, tetapi menemui atasan langsung tanpa tahu rupanya seperti apa jelas menciptakan sensasi yang mendebarkan. Bagaimana kalau kesan pertama yang kuberikan tidak cukup baik? Oh, bahkan aku masih mengenakan jaket kulit dari Alby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Break [✔]
Romance[Song Series][Completed] Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. Orang bilang, di balik kesialan, akan di...