5 - Guru Favorit

137 25 2
                                    

Tatapan penasaran dari murid-murid kelas 4-2 tertuju pada gulungan kertas raksasa yang siap kugelar di tengah ruang 3 yang telah bersih dari kursi dan meja. 

"Ready?" tanyaku pada mereka.

"Ready!" seru mereka dengan antusias. 

Aku menggelar gulungan kertas raksasa itu di tengah ruangan dan mereka langsung mengerubung sambil bersorak-sorai. Di bawah mereka terbentang sebuah papan permainan yang terdiri dari kotak-kotak kecil dengan nomor di pojok kanan atasnya dan berisi gambar berbeda di tiap kotaknya. 

"We're gonna play snake and ladder. Kita akan main ular tangga. Anyone knows snake and ladder? Ada yang tahu permainan ular tangga?" 

"Aku." 

"Aku." 

"Aku." 

Semua murid mengacungkan jari. Aku sampai tidak percaya mereka masih tahu permainan jadul ini. Kupikir anak-anak zaman sekarang hanya tahu gim online di ponsel. 

"Great. Berhubung semua orang di sini tahu, I assume you know how to play. Semua bisa mainnya, kan?" 

Dua puluh bocah itu serempak menjawab bisa. 

"But …" Aku menjeda kalimatku sejenak, "I have my own rules. Miss punya aturan main sendiri." 

"Apa, Miss?" tanya Zahwa. 

"First, I will divide this class into four groups. Kalian bikin empat kelompok. So, each group consists of how many people¹?" 

"Five, Miss," seru Jian. 

"Good, Jian. Buat kelompok masing-masing lima orang. Stand with your own group member. Jangan nyampur sama anggota kelompok lain ya." 

Mereka menurut lalu membuat kelompok tanpa ribut. 

"Done?" 

"Done, Miss." 

"Good. Second, each group has chance to roll the dice once. Tiap kelompok punya kesempatan lempar dadu sekali. Remember. Once. Only once." Aku membuat penekanan dan menaikkan telunjuk sebagai isyarat lalu mengeluarkan dadu besar yang sebenarnya adalah plush toy². Mereka langsung berteriak gemas melihat dadu yang kubawa terutama murid-murid perempuan. "Third, each group moves according to the number that is shown on the dice. The number on the dice shows how many moves you make³. Kalau kamu dapat angka 3 berarti maju 3 langkah dan seterusnya ya." 

"Yes!" 

"But …" Aku menjeda kalimatku lagi, "do you see the picture in every square? Kalian liat ada gambar-gambar di setiap kotaknya, kan?" Aku menunjuk gambar yang berbeda yang kubuat di setiap kotak ular tangga itu. Mereka mengangguk. "You have to guess what the picture is then make a sentence with the picture. Kalian harus tebak itu gambar apa terus bikin kalimat pake gambar itu. Get it? Mengerti, kan?" 

"We do!" 

"Good. If no group members can guess the picture or make a sentence then your group is not allowed to roll the dice for once. Kalau nggak ada yang bisa nebak gambar atau bikin kalimat maka grup kalian nggak dibolehkan lempar dadu sekali. Langsung lompat ke giliran grup berikutnya ya—"

"Terus kalau we step on the snake⁴ gimana, Miss?" tanya Cleo. 

"You know the rules⁵, kan, Cleo?"  

"We go back to buntut number, kan, Miss?" sahut Aisya. 

Aku tertawa. "Yes. You're right. We have to go back to the number that is shown by the snake's tail⁶. Buntut itu tail ya, Aisya." Aisya mengangguk sembari tertawa pula.  

KADREDA | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang