43. Rania terluka

246 20 0
                                    

Happy Reading 💚

Ujung-ujungnya Angga tak tega melihat istrinya yang begitu tampak khawatir. Akhirnya mereka kembali baikan dan melanjutkan langkah kakinya.

"Gak usah dengerin kata mereka," tutur Angga saat melihat Rania yang melihat orang-orang disekitarnya memerhatikan mereka.

Rania mengangguk tersenyum. Toh buat apa dia takut, ada Angga juga disampingnya. Cukup Allah dan mereka yang tau apa hubungan mereka sebenarnya.

"Kalau tau tadi mas gak ke kantor, Rania gak perlu buatin bekal."

"Kenapa gitu?"

"Ya kan, itu kan bekal untuk di kantor."

"Apa bedanya? Kita bisa makan sekarang disini."

Rania menggeleng. "Untuk mas aja, itu untuk jatah satu orang kok."

Angga dan Rania mendudukkan diri di kursi taman.

"Makan!" perintah Angga setelah memberikan tempat yang satu lagi untuknya dan satu untuk Rania.

Memang ada dua tempat, lebih tepatnya satu untuk sayur dan satu untuk nasi, dan Angga sudah membagi rata baik nasi maupun lauk sayurnya.

"Gak deh, nanti mas gak kenyang."

"Rania." tegur Angga dingin, membuat Rania menyengir takut jika suaminya kembali marah.

Iapun mengangguk dan menyuapkan dirinya. "Mas tunggu sebentar ya, aku beli minum dulu."

"Gak usah biar mas aja."

"Biar Rania aja mas." ucap Rania berlalu pergi supaya Angga tak sempat mencegahnya.

Angga menghembuskan nafas pelan dengan geleng-geleng kepala.

Di keheningan itu seseorang datang membuat Angga menghentikan kunyahannya.

"Sendiri aja? tumben ke kampus."

"Ngurus berkas wisuda."

"Sama dong, udah selesai?"

"Dikit lagi." jawab Angga santai.

Luna ber oh ria. "Makan apa tu?"

"Seperti yang terlihat," ucap Angga dengan wajah datarnya.

"Boleh duduk disini?"

"Eng—"

Belum sempat Angga menjawab Luna sudah mendudukkan dirinya tanpa izin.

Rania yang baru balik membawa dua botol Aqua langkahnya terhenti saat melihat Angga dan Luna yang ada di sana.

Lagi-lagi melihat itu sungguh merusak suasana hatinya. Baru saja dia kembali merasakan hangat suaminya, kini sudah kembali dirusak.

Ia bingung, apakah dia menghampiri? Atau pergi saja membiarkan mereka.
Rania kembali menggeleng, ia akan tetap kesana dan berpura-pura baik-baik saja.

Ia berjalan melangkahkan kakinya dengan terus berdoa meminta ketenangan hati dan jiwa pada Allah.

"Gak bisa, disini udah ada orangnya." tutur Angga berharap agar Luna pergi.

"Siapa?"

Rania yang tiba mengalihkan atensi mereka.

"Rania, ada apa?" pertanyaan Luna itu membuat Rania menoleh sejenak ke arah Angga.

"Ee enggak kok kak, mau ngambil nasi aku aja." tutur Rania dengan senyum paksa.

"Oo ini punya kamu ya? Kok bisa di sini? Oo jadi maksud kamu Angga ada orang disini tadi itu Rania?" ucap Luna sedikit terkekeh karena lambat memahami.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang